k; tertawa hingga habis napas

3.8K 325 25
                                    


Sebelas.

***

        Antara sebal dan malu, itulah yang Intan rasakan sejak kejadian hari itu. Saking malunya, ia bahkan sampai tidak berani bersitatap atau berbicara dengan Aldo selama dua hari berturut-turut. Setiap bertemu di kantin dan berpapasan di koridor, ia pasti mengalihkan wajah atau kabur.  Entah apa alasannya, Intan hanya merasa ... aneh saja.

Hingga detik ini, kejadian tentang dirinya yang tiba-tiba kabur setelah mengeluarkan uneg-uneg—yang tidak jelas—pada Aldo, masih berputar-putar dalam kepalanya, bersama kalimat menjengkelkan seperti, "ugh! Aldo pasti mikir gue ini aneh, gue absurd, gue abstrak! Pasti, pasti, pasti!"

Argh! Lagipula kenapa harus kabur, sih? Padahal dia masih bisa menjelaskan dengan alasan lain kenapa dirinya mencari laki-laki itu, 'kan?

"Pelajaran olahraga semembosankan itu apa sampe cemberut gitu?"

"Eh," Intan mengerjap, mengalihkan pandangan ke samping, pada sosok yang baru ia sadari eksistensinya. "Nggak bosen, kok, Rel."

"Hm," Farel mengangguk singkat lalu menengguk air mineral dingin.

Melihat itu, kening Intan lantas mengerut. "Kalo abis olahraga, tuh, nggak boleh minum air dingin," ucapnya seperti mengomel. "Lo 'kan anak futsal, masa' nggak tau," imbuhnya.

Senyum Farel mengembang. "Tau, kok, Intan," sahutnya lembut seraya mengocok pelan botol minumnya yang isinya tinggal setengah. "Tadi, gue mau beli yang nggak dingin, tapi ternyata kosong. Ya, gue nggak ada pilihan lain daripada nggak minum, 'kan?"

"O-oh," Intan mengulum bibir, malu. "Seharusnya lo nanya gue, soalnya gue bawa botol minum yang gede. Sengaja karena olahraga."

"Ya udah, mana sini, gue masih haus."

Dengan senang hati, Intan memberikan botol minumnya yang berwarna pink pada Farel. "Abisin aja, nggak apa-apa, kok."

Farel tertawa begitu melihat isinya yang masih lumayan penuh. "Dikira gue unta kali, ya."

Pun, Intan ikut tertawa, senang lantaran laki-laki yang disukai tertawa karena dirinya.

"Gue minum, ya?"

"Iya."

Saat Farel hendak minum, rasanya begitu mendebarkan bagi Intan. Karena diam-diam, ia sedang mengharapkan sesuatu yang cukup memalukan, namun membahagiakan.

Apakah itu?

Tunggu saja!

Intan meremas jemarinya ketika Farel mulai mengangkat botolnya ke mulut. Isi kepalanya telah riuh oleh suara suporter bayangan yang memberi koor agar laki-laki itu menempelkan bibirnya di sana. Kaki Intan bahkan bergerak-gerak saking gemasnya.

Namun ...

Ugh! Penonton kecewa, tubuh Intan berubah lunglai.

Ternyata Farel minum secara ditenggak.

"Gagal, deh, *Ichigo," gumamnya.

Holla, Hiper! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang