a; monyet betina di pohon beringin

7.3K 398 5
                                    


Satu.

***

"Do, gue bingung."

Aldo mengalihkan pandangan sejenak dari ponselnya pada Faisal yang tengah rebahan di kasurnya seperti ikan asin. Sementara dirinya duduk di kusen jendela kamar. "Bingung kenapa lagi? Agil?" Tebaknya.

Faisal mengangguk lalu berkata, "itu cewek kenapa petakilan banget, ya, gue heran. Dulu emaknya ngidam apa, sih, sebenernya. Belatung nangka jangan-jangan."

"Parah, gue bilangin lo," sahut Aldo, setengah tertawa. "Eh, ngomong-ngomong, lo keren bisa bertahan sama cewek kayak Agil."

"Maksudnya cewek kayak Agil gimana?"

Menyadari nada suara Faisal yang berubah tidak enak, Aldo buru-buru menambahkan, "maksud gue, 'kan kayak yang lo bilang, Agil itu petakilan, kenapa lo bisa tahan?"

"Karena yang anggun itu ngebosenin," sahut cepat Faisal. Laki-laki dengan kaos hijau tua itu mengubah posisi menjadi duduk, "selalu ngomong lembut, susah bercanda, nggak bisa ngomong kasar, af all, cewek anggun bukan tipe gue banget."

Ouh ... sebenarnya Aldo tau jika teman idiotnya itu sedang menyindir, tapi ia hanya bisa tertawa alih-alih menyeret Faisal ke balkon dan melemparnya.

"Tapi, cewek anggun itu pasti keibuan," Aldo berkata tidak mau kalah.

"Terus, kata siapa cewek bar-bar nggak bisa punya sifat keibuan?" Faisal menantang. "Eh, denger, ya, Do. Lo itu jomblo dari lahir, jadi mana tau soal begituan."

Aldo berdecak sebal. "Itu ngasih tau apa jatohin gue?"

"Lo cuma ngeliat dari sisi luarnya doang, tanpa berusaha nyari tau lebih dalam," imbuh Faisal, wajahnya nampak serius. "Banyak lho di luar sana, cewek yang keliatannya bermartabat, tapi dalemnya busuk."

"Iya-iya, udah nggak usah bahas lagi. Gue nggak paham tentang cewek." Aldo memencet tombol power pada ponsel lalu berjalan menghampiri stopkontak di tembok samping televisi.

"Suatu saat, kalo lo dapet cewek kayak gitu, lo pasti tau gimana bahagianya." Faisal kemudian tertawa. "Ya ... meski kadang bikin ilfil, sih."

Tawa Aldo ikut mengalun. Bukan karena cerita Faisal mengenai Agil, namun karena doa laki-laki itu.

Dapet cewek petakilan? Enggak, deh. Batinnya sambil geleng kepala, lalu berjalan ke kasurnya, menjatuhkan diri di samping Faisal.

"Sal?"

"Naon?" (Apa?) Sahut Faisal, Aldo tidak langsung menjawab, membuatnya harus memanggil laki-laki itu, "Do?"

"Malem ini nginep lagi, ya?"

Sebelah alis Faisal terangkat, tapi tidak lama mengangguk. "Oke."

Mendengarnya, Aldo pun tersenyum tipis. Senang lantaran begadang malam ini ada yang menemani. Ia lantas memejamkan mata. Mencoba mengingat hal-hal yang menyenangkan. Namun, sesuatu yang tidak diinginkan justru mampir dalam ingatannya.

"Sal?"

"..."

Merasa tidak ada jawaban, Aldo membuka mata, menoleh ke samping. Wajahnya berubah datar ketika melihat manusia idiot di sebelahnya sudah berada di alam bawah sadar.

"Najis, pulang aja sono lu, Pelor!"

Mendengkus, Aldo berbalik memunggungi Faisal. Sebenarnya, sampai sekarang, Aldo heran kenapa Faisal bisa dengan gampang tidur di mana saja. Mau seberisik apa pun tempatnya, sekotor apa pun, bahkan sebau apa pun, dalam lima menit, jika dia menghendaki untuk tidur, maka detik itu juga, Faisal akan tidur.

Holla, Hiper! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang