Dua Belas.
***Hari ini adalah hari Alana piket. Kelas masih sepi ketika ia dan Intan datang. Karena itu, Alana mempergunakan kesempatan dengan baik untuk membersihkan kelas. Sebab, jika sudah ada anak-anak, disapu atau pel pun terasa percuma. Ujung-ujungnya pasti kotor lagi.
"Lan, gue mau ke perpus, ya? Ngantuk."
Alana yang sedang menyapu di sudut kelas lantas menoleh pada Intan yang bersandar lesu di kusen pintu. "Lo segala begadang, sih!"
Yang diomeli hanya nyengir. "Gue itu lagi kangen sama anime Tokyo Mew-Mew, nyaw! Makanya begadang, nyaw."
Kening Alana mengerut mendengar suara aneh Intan di akhir kalimat. Temannya itu benar-benar sedikit miring. "Ya udah, sana! Gue takut lo tambah gila kalo gak tidur," ujarnya, tidak ingin obrolan aneh mereka berlanjut.
"Dadah, nyaw!"
Tinggallah Alana seorang diri. Sekarang ia sedang menyapu di barisan kedua, menyusul ke barisan ketiga dan empat. Setelah itu, Alana menghapus papan tulis kemudian membereskan buku paket yang berserakan di meja guru. Dan ketika Alana tengah fokus pada pekerjaannya, seseorang tiba-tiba saja menyodorkan sebotol air mineral, membuatnya kontan mendongak.
"Minum dulu. Keringet lo sampe basahin rambut, tuh."
"Farel?"
Orang yang ternyata Farel itu tersenyum, menarik kembali botol minumnya untuk dibuka tutupnya, lalu disodorkan lagi pada Alana. "Ayo, minum dulu. Masih baru, kok."
Merasa tidak hati sekaligus bingung, Alana menerimanya. Ditenggaknya hingga seperempat botol.
"Makasih, ya." Alana menyodorkan botol itu pada Farel, namun laki-laki itu menolak.
"Simpen aja. Emang buat lo."
"Tumben dateng pagi," ucap Alana, basa-basi, sambil melanjutkan kegiatannya.
"Biasanya juga dateng pagi," sahut Farel, ikut membantu Alana. "Lo aja yang nggak merhatiin," imbuhnya, bergurau.
Alana hanya tersenyum simpul. "Mending lo naro tas dulu," titahnya kala melihat Farel masih memakai tas serta jaket boomber maroon-nya.
"Santai, Lan."
Alana tidak menyahut lagi lantaran bingung ingin berkata apa. Farel pun diam, menghargai gadis itu agar tetap merasa nyaman. Baru ketika Alana hendak mengangkat tumpukan buku, Farel mencegahnya.
"Biar gue bantu. Lo bawa yang ini aja," tunjuk Farel pada tumpukan buku yang lebih sedikit.
Belum sempat Alana menyela, Farel sudah mengambil langkah keluar, membuatnya kontan saja mengikuti laki-laki itu. Menyejajarkan tubuh.
"Padahal nggak usah repot-repot, lho, Rel. Gue bisa sendiri."
"Nggak apa-apa. Mumpung gue lagi gabut," alibi Farel seraya melirik gadis di sebelahnya yang tidak membalas lirikannya.
"Thanks."
Hening sejenak sebelum Farel kembali bertanya, "hubungan lo sama Cakra gimana? Dia nggak sering bikin lo kesel, 'kan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/131139809-288-k838288.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Holla, Hiper! (Complete)
Teen Fiction[Side's Story of Favorably] Terkadang, rasa cinta yang awalnya indah bisa berbalik menyerangmu. Dan Cinta yang kamu agung-agungkan, bisa memutar balik hidupmu dalam sekejab mata. Setiap manusia memiliki ekspektasi dalam cinta. Berharap terus begini...