Empat Belas.
***Aldo diam-diam memperhatikan Intan dari balik pot pohon palem dekat bengkel Bang Burhan yang sudah tutup. Gadis yang saat ini menguncir satu rambutnya itu tengah duduk di bangku depan sambil mengayunkan kaki.
Senyum tipis Aldo lantas terukir. Ia pikir, Intan tidak mau menerima ajakannya lantaran tidak ada balasan apa pun setelah itu. Namun, tidak lama kemudian, tiba-tiba saja Si Aneh itu mengirim pesan padanya dan mengatakan bahwa dia sudah di depan bengkel lalu bertanya mengapa tidak ada siapa pun di sana.
Alhasil, Aldo yang masih di rumah dan belum ada persiapan apa-apa, langsung kalang-kabut seraya menggerutu kenapa Intan senekat itu. Bukannya apa, hari ini, Bang Burhan memang tidak buka. Katanya ada urusan penting dengan keluarganya di Banjarmasin. Jadi, Aldo khawatir pada Intan yang hanya seorang diri di sana.
Tapi, setelah dipikir ulang, rasanya bodoh sekali.
Memang siapa yang doyan pada perempuan aneh macam dia? Haha.
Sembari tersenyum, Aldo pun berjalan menghampiri Intan. "Naik apa lo ke sini?"
Mungkin karena tidak menyadari, Intan tersentak oleh suara Aldo. "Ya Allah! Aldo! Lo, tuh, kebiasaan bikin gue kaget mulu!"
Aldo tersenyum geli lalu mengambil tempat di sebelah Intan. "Naik apa ke sini?" ulangnya.
Intan nyengir. "Naik taksi," jawabnya. "Pulang nanti anter, ya. Duit gue udah limit."
"Gue nggak bawa motor," sahut Aldo, kemudian menatap Intan, ingin tau reaksi gadis itu.
Dan ternyata Intan hanya mengangguk santai. "Ya udah, anterin sambil jalan. Biar sosweet."
"Siapa?"
"Kita."
"Kita siapa?"
Intan mulai jengkel. Dia cemberut seraya melengos. "Ya udah, nggak usah. Gue jalan kaki aja sendiri. Biarin diculik juga. Awas, ya, nggak usah nyari-nyari gue, kalo gue ilang."
Aldo bertopang dagu di atas kakinya, menatap geli Intan dari samping.
"Katanya buka jasa bikin seneng, tapi malah dibikin senewen. Nyesel, deh, ke sini."
"..."
"Udah tau gue, tuh, bete abis. Galau, sedih, campur aduk. Tapi, kenapa, sih, nggak ada yang ngerti!"
Tak lama, gantian Aldo yang terkesiap melihat Intan yang tiba-tiba saja menangis, sesenggukkan. Kontan ia menegakkan tubuh, memperhatikan gadis itu dalam diam. Membiarkannya saja. Hingga lima belas menit kemudian, Intan berhenti, meskipun masih menyisakan suara isakkan kecil.
"Yang mana yang sakit?" tanya Aldo setelah Intan benar-benar terdiam.
"Hati gue," Intan menjawab seraya menyeka air mata di pipi, lalu menoleh pada Aldo. "Kenapa nanya-nanya? Mau ngejek lagi?"
"Iya. Muka lo jelek."
Intan cemberut. "Lo itu nggak bisa, ya, sekali aja bikin gue seneng?"
Aldo memiringkan wajah. "Emang sekarang belum seneng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Holla, Hiper! (Complete)
Novela Juvenil[Side's Story of Favorably] Terkadang, rasa cinta yang awalnya indah bisa berbalik menyerangmu. Dan Cinta yang kamu agung-agungkan, bisa memutar balik hidupmu dalam sekejab mata. Setiap manusia memiliki ekspektasi dalam cinta. Berharap terus begini...