Tiga Puluh Lima.***
Sudah hampir dua jam Intan dan Alana menunggu dua laki-laki di depan mereka selesai bermain game. Dan selama itu pula, mereka tidak sekalipun diajak berbincang. Seperti angin yang ada, namun tidak begitu disadari. Meski tatapan mata kedua gadis itu terus menyorot jengkel. mereka tetap tidak menyadarinya.
Kalau begini ceritanya, kenapa mereka ngajak para cewek main, 'kan? Toh, ujung-ujungnya mereka tetap asik sendiri.
"Lo udah tau 'kan gimana rasanya?" adu Alana, nampak benar-benar kesal.
Intan mengangguk. "Rasanya kayak mau ngancurin semua yang ada," ungkapnya datar.
Lalu, tiba-tiba saja Aldo berteriak, membuat Intan dan Alana harus senam jantung karenanya.
"BANGSAT! Lu ngapa kabur, sih, Cak?!"
"Mana gue abis tolol! Lo gak liat apa?" Cakra membalas sama sengit. "Liap map makanya! Buta map lo?"
Aldo terlihat mengacak rambut, kesal. "Ya, seenggaknya lindungin gue! Mati gue sama ulti-nya Si Lesley!"
"Iya, sorry."
"Ribut aja terus lo berdua!" Intan bangkit dari duduknya, membuat semua mata lantas mengarah padanya, namun ia tidak peduli dan menarik sebelah tangan Alana. "Yuk, Lan, keluar—"
"Eh, eh! Mau ke mana?" cegah Aldo, sembari meraih jemari Intan, panik.
"Iya, mau ke mana? Kalo mau pergi jangan ajak-ajak Alana, lo aja sendiri," imbuh Cakra.
Dug! Aldo meninju perut temannya itu tanpa ba-bi-bu, diiringi tatapan mematikannya. Lalu, ia kembali memfokuskan perhatian pada pacarnya. "Mau ke mana?"
Melihat Aldo yang khawatir, raut keras Intan pun berubah sedikit melembut. "Ke Indomart, laper, mau jajan."
"Ya, udah, nyeberangnya hati-hati, ya," pesan Aldo dengan genggaman tangan yang perlahan terlepas.
Intan mengangguk sekenanya, menoleh pada Alana lagi. "Yuk, Lan?"
Alana ikut berdiri, dan sebelum pergi ia menyempatkan diri untuk bertanya pada Cakra ingin menitip apa, lalu sambil tersenyum Cakra menjawab, "gak usah, yang penting lo selamat sampai tujuan."
Di sebelahnya, Aldo yang mendengar itu hanya memasang wajah seolah ingin muntah. Dan mereka pun melanjutkan permainan yang sempat tertunda, dengan teriakan yang saling sahut-menyahut tentunya.
***
"Lo beneran kesel sama Cakra gak, sih, Lan?" tanya Intan setelah menjilat es krim cone-nya. "Kok, masih sempet-sempetnya nanya ke dia mau nitip apa?"
Mereka telah selesai belanja dan sedang dalam perjalanan pulang, omong-omong.
Alana menggedikkan bahu. "Ya, kesel, sih. Tapi, gue juga gak bisa apa-apa. Cowok dan game itu bukan hal yang gampang buat dipisahin," ujarnya. "Lagipula, Cakra udah cukup ngalah, dari seminggu lalu, baru ini dia main game lagi."
"Dari waktu lo marah itu?"
Alana mengangguk. Lalu, menoleh pada Intan. "Lo sendiri, keliatannya gak begitu marah sama cowok lo, tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Holla, Hiper! (Complete)
Fiksi Remaja[Side's Story of Favorably] Terkadang, rasa cinta yang awalnya indah bisa berbalik menyerangmu. Dan Cinta yang kamu agung-agungkan, bisa memutar balik hidupmu dalam sekejab mata. Setiap manusia memiliki ekspektasi dalam cinta. Berharap terus begini...