Empat tahun kemudian ....
👟👟👟
Minggu pagi setelah akhirnya lepas dari tugas kuliah yang menumpuk. Intan memilih untuk merefreshingkan pikiran ke kebun binatang. Meski terkesan anak-anak sekali, tapi entah kenapa menurut Intan, di sana benar-benar terasa tepat baginya melepaskan penat.Gadis yang kini memanjangkan rambut itu memakai setelan sederhana juga rias wajah yang sama sederhana. Kaos panjang merah muda dengan terusan celana jeans hitam. Tak lupa sepatu kets putih kesayangannya dan kamera dslr untuk berfoto di sana.
Ckrek!
Satu foto jerapah sedang makan berhasil ia dapatkan. Dan Intan tersenyum senang saat melihat hasil jepretannya bagus.
"Jujur aja, sampe sekarang gue iri banget sama jerapah yang punya bulu mata lentik tanpa harus extension," celoteh Intan ketika ia memperbesar foto pada bagian mata hewan tersebut. Lalu, memegang bulu matanya sendiri. "Kalo bulu mata gue lentik 'kan, sekarang pasti gue udah punya gandengan."
Menghela napas, Intan melanjutkan langkah, namun sebelum itu, ia menyempatkan diri untuk melambaikan tangan.
"Dadah, Mbak Jer!"
Sembari berjalan, ia memperhatikan sekeliling. Ternyata selain anak-anak, banyak juga remaja tanggung di sini. Ada yang datang bersama teman, atau bahkan bersama pacar juga ada.
Mendadak saja, Intan merasa miris.
"Coba dulu Si Edgar mau gue ajak ke sini," ucap Intan. "Jadinya gak bakal gue putusin cepet-cepet, 'kan."
Drrttt! Drrttt!
Merasa ponselnya berdering, Intan langsung mengambilnya di kantong celana. Setelah dilihat, ternyata dari Alana. Gadis itu pun segera mencari tempat duduk. Agar bisa lebih leluasa mengobrol.
"Halo, Lan?"
"Halo, Mermaid."
Memutar bola mata, Intan mendengkus. Alana ini usil sekali, sekarang. Selalu memanggilnya mermaid padahal ia tidak punya sirip.
Yah, meski Intan tau, sih, alasannya kenapa.
"Kenapa, deh, Nyonya Cakra?" tanya Intan, bola matanya bergulir pada orang-orang yang lalu-lalang di depannya.
"Ntar malem jangan lupa."
"Ntar malem?" Intan menggumam, lalu terdiam.
Nanti malam, ya?
Pasti akan sangat menyebalkan jika ia hadir.
"'Kan gue udah bilang, gue gak ikut."
"Ya ampun ... ini tahun kedua lo gak ikut, lho, Tan. Emang gak kangen?"
Kelopak mata Intan berubah sayu. "Kangen sama siapa? Ketemu lo 'kan setiap hari," elaknya.
"Gak mau tau. Pokoknya lo harus dateng. Mama Tamara udah nyiapin semuanya buat reuni nanti."
Dan, Alana mematikan sambungan secara sepihak. Membiarkan Intan berkutat dengan renungannya.
Reuni apanya, sih? Padahal yang datang bukan teman-teman sekolah, hanya sekelompok idiot itu saja dan pacar-pacarnya. Tidak ada yang istimewa. Setidaknya bagi Intan.
Karena dua tahun lalu, saat dirinya nekat datang ke acara tidak penting itu, pulang-pulang ia harus terjatuh lagi di depan kompleknya, kemudian menangis di rumah dan mengurung diri selama berhari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holla, Hiper! (Complete)
Teen Fiction[Side's Story of Favorably] Terkadang, rasa cinta yang awalnya indah bisa berbalik menyerangmu. Dan Cinta yang kamu agung-agungkan, bisa memutar balik hidupmu dalam sekejab mata. Setiap manusia memiliki ekspektasi dalam cinta. Berharap terus begini...