Tiga.***
"Turun.""Apa?"
Aldo mendesah malas, melirik gadis yang duduk di belakangnya dari spion motor bebeknya. "Gue bilang, turun," tegasnya.
Intan bungkam, melihat ke sekelilingnya, lalu kembali menatap sisi wajah Aldo. Ternyata ia ada di halte. Yang jaraknya sama sekali tidak jauh dari sekolah!
"Tapi, ini bukan rumah gue," ucap gadis itu, kentara bingungnya.
"Emang siapa yang mau nganterin sampe rumah?" sahut datar Aldo. "Udah, cepet turun!"
Plak! Intan memukul kesal helm bagian belakang Aldo, membuat laki-laki di depannya itu melotot tidak terima.
"Kalo nggak niat nganterin, gak usah sok-sokan nolong!" ketus gadis tersebut. "Pake ngaku-ngaku pacar gue segala! Ngeselin banget, deh!"
Plak! Sekali lagi, Intan meluapkan rasa kesalnya pada helm Aldo.
"Eh, jangan pukul-pukul!"
Plak! Lagi, Intan tidak peduli. Kemudian, baru ia hendak memukul kembali, Aldo melepas helmnya dengan kasar, membuat Intan merasakan aura jahat di sekelilingnya.
Segera, Intan turun dari motor Aldo, menunjukkan tanda peace di jarinya pada laki-laki yang memandangnya dingin itu. "Ampun," ucapnya seraya tertawa sumbang, "jangan apa-apaain gue."
Aldo tidak menjawab, dan itu membuat Intan semakin gugup. Ditambah tatapan matanya yang seperti ingin membakar orang.
Mencebikkan bibir, Intan merajuk, "tapi, gue juga berhak marah, dong! Jatohnya, lo, tuh, kayak mainin gue doang!"
"Masih mending ditolongin. Bacot banget!"
Ugh!
Intan mendengkus. "Terus, sekarang lo mau ninggalin gue gitu aja?"
"Gue nggak ada kewajiban buat nungguin lo."
Kedua mata Intan melotot tidak percaya mendengernya. "Ya ampun, ketus banget, sih! Gue ini cewek lho!" Ia mulai membesar-besarkan. "Masa' lo tega nurunin gue gitu aja di pinggir jalan?"
Seakan butiran debu, Aldo tidak menanggapi ocehan Intan. Ia malah memakai helmnya lalu menyalakan motornya kembali. Kemudian, sebelum menarik gas, dengan seringaian, Aldo berkata,
"Emang lo penting?"
Brum!
What the-
Detik itu juga, Intan merasakan jantungnya seperti ditikam benda tajam. Berhenti berdetak dan berhenti bernapas. Menatap syok ke arah Aldo yang menjauh.
Barusan apa? Nggak penting katanya?
NGGAK PENTING?!
"EMANG LO PIKIR LO JUGA PENTING, HAH?! LO JUGA NGGAK PENTING! NGGAK PENTING BANGET! DASAR ORANG ASING!" teriak Intan seraya menghentak-hentakkan kaki, hingga menarik minat orang-orang yang sedang duduk di halte untuk tertawa melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holla, Hiper! (Complete)
Fiksi Remaja[Side's Story of Favorably] Terkadang, rasa cinta yang awalnya indah bisa berbalik menyerangmu. Dan Cinta yang kamu agung-agungkan, bisa memutar balik hidupmu dalam sekejab mata. Setiap manusia memiliki ekspektasi dalam cinta. Berharap terus begini...