gg; rasa yang tlah hilang

3.8K 360 49
                                    


Tiga Puluh Tiga.

***


       Himme, himme, himme, sukki, sukki, daisukki himme—

"Holaaa?"

"Baru bangun, Cyin?"

Intan yang masih setengah sadar lantas melotot lebar kala mendengar suara itu di telinganya. Saraf otak yang biasanya lemot, mendadak kencang di atas taraf. Posisinya pun berubah menjadi duduk tegak dengan rambut acak-acakkan serta garis katulistiwa harum yang menghiasi sisi pipi.

"MBAK IKE?!" teriaknya spontan.

"Benar, ini sepupu kamu yang paling cantik, disiplin, atletik, higienis dan multitalenta," suara di seberang sana menyahut angkuh.

Oh my God!

Perasaan Intan mulai tidak enak. Pasalnya, sepupu yang hampir setengah tahun tidak ada kabar ini adalah orang yang super-duper perfeksionis dan menyebalkan! Lalu, kenapa tiba-tiba mbak-mbak yang rempongnya mirip Syahrini itu meneleponnya?

Tidak mungkin jika cuma iseng, 'kan?!

"Oh," Intan tertawa kikuk. "Kirain siapa. Ada ap—"

"Kirain siapa-kirain siapa. Dasar sepupu nyebelin! Cepet buka gerbang. Aku udah pegel bawa koper dari bandara. Mana gak ada yang jemput! Kamu—"

Pip!

"Aduuuh!" Intan merengek sebal, matanya mengarah pada jam dinding yang masih menunjukkan pukul setengah lima pagi.

Waktu di mana belum saatnya Intan membuka mata, dan wanita bernama Ike Ranjani telah mengganggunya di awal hari. Ugh!

Intan sudah menebak akan seperti apa hari liburnya kali ini.

"Mama belum bangun apa, ya? Ponakannya yang paling nyebelin itu mau dateng kenapa gak bilang-bilang dulu, sih!" gerutu Intan seraya bangkit dari kasur lalu berjalan menghentak kaki keluar kamar, seperti anak kecil merajuk.

Setelah mengambil kunci gembok, Intan pun dengan malas membuka gerbangnya. Dan bukannya pelukan hangat, yang Intan dapat pertama kali saat mereka bertemu pandang adalah:

"Ya ampuuun! Coba liat ini sepupu aku. Jam segini masih tidur. Terus iler nempel di pipi gitu, rambut acak-acakkan, muka beler. Iyyy ... gak suka liatnya!" heboh Mbak Ike dengan gerak-gerik seperti, ya ... layaknya orang risi.

"..."

Namun, Intan tidak menjawab, hanya mengambil koper sepupunya itu kemudian berjalan ke dalam. Ia tidak mau ada pertumpahan darah di pagi hari nan asri ini.

"Ih, dikacangin, gak sopan!" dumel Mbak Ike, tapi Intan masih bisa mendengarnya meski dari jauh.

"MAMAAA! BANGUUUN! PONAKAN MAMA YANG KATANYA PALING HIGIENIS DATEEENG!" teriak Intan begitu masuk rumah.

Dan tak lama setelahnya, Mama dan Bi Marni keluar dari kandang masing-masing. Intan dapat melihat raut Mama Yuni yang senang kala itu.

"Ike ... ponakan kesayangan tante ...." riangnya, lalu keduanya berpelukan. Kemudian bergilir ke Bi Marni yang memang sudah kenal dengan Mbak Ike. Mereka seumuran, omong-omong.

Holla, Hiper! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang