Dua Puluh Lima.
***"Ah, besok gue UN, lagi. Menurut lo, gue bisa dapet nilai bagus gak?"
"..."
Kanya menghentakkan kesal tubuhnya kembali pada jok mobil, wajahnya kecut dengan pandangan lurus ke jalan raya. Ia merasa berbicara pada udara meski ada orang lain di sebelahnya.
"Cowok bangsat."
"Kenapa?" sahut tenang laki-laki di sebelahnya. Tidak melirik sedikit pun.
Kanya mendengkus. "Pacaran kayak gak pacaran," sungutnya. "Lo sebenernya beneran suka gue atau cuma jadiin gue pelampiasan, sih, Rel?!"
"Maunya?"
"Gue juga punya hati, Sialan!"
"Terus lo maunya gimana?" lagi, dengan tenang Farel membalas, lalu dilanjutkan oleh kata yang sama sekali tidak Kanya duga, "putus?"
"Farel!" jerit Kanya, spontan. Menatap tajam Farel. Kedua tangannya meremas rok kuat-kuat. "Pokoknya gue gak bakal mau putus dari lo! Titik. Gak peduli sekalipun lo mau pisah dari gue!"
"Ya udah."
Lagi-lagi, jawaban yang bukan Kanya harapkan. Ingin rasanya ia menangis sambil berteriak, namun ia cukup tau diri dan memiliki harga diri, meski hanya sedikit.
Farel benar-benar menyiksanya dua minggu ini. Laki-laki itu tidak pernah peduli padanya, tidak pernah memberinya perhatian, dan jarang sekali memberi kabar. Ditambah, jika bertemu, dia akan berbicara hanya sepatah dua patah kata. Perempuan mana yang tahan diperlakukan begini selain dirinya? Kalau bukan karena sayang, mungkin Kanya sudah selingkuh dari jauh-jauh hari.
Cinta memang sialan!
Tiba-tiba, mobil yang mereka naiki berhenti mendadak, Kanya yang melamun pun melihat ke depan, ternyata macet. Lalu, tatapannya beralih pada laki-laki di sebelahnya yang nampak termenung sambil memegang ponsel.
Mulut Kanya gatal ingin bertanya, namun tidak jadi ketika melihat sesuatu di layar ponsel Farel.
Kolom chat laki-laki itu bersama perempuan bernama Zavelin Tania.
"Apa istimewanya itu anak, sih, sampe room chat-nya lo liatin terus?" Kanya menyisir rambutnya, kesal. "Lo gak bener-bener suka sama dia, 'kan?"
"..."
"JAWAB, FAREL!"
Terdengar helaan napas dari Farel. "Yang jelas dia lebih segalanya dari lo," jawabnya seraya memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jaket. Sebelum akhirnya menjalankan lagi mobilnya setelah macet terurai.
Sementara Kanya, hanya diam dengan segala amarah tertahan di dada.
***
"Kira-kira, kalo lagi puasa makan darah itu batal gak, ya?" Intan bergumam gabut seraya menatap langit-langit kamar, lalu menoleh pada ponselnya yang terdiam dingin seperti si doi di nakas. "Ini parah, sih. Bener-bener gak ada yang mau chat gue atau apa gitu? Padahalkan gue ngangenin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Holla, Hiper! (Complete)
Novela Juvenil[Side's Story of Favorably] Terkadang, rasa cinta yang awalnya indah bisa berbalik menyerangmu. Dan Cinta yang kamu agung-agungkan, bisa memutar balik hidupmu dalam sekejab mata. Setiap manusia memiliki ekspektasi dalam cinta. Berharap terus begini...