Minta Votenya dulu ya. Thankyou! 💞
🌼🌼🌼
Ethan tersenyum lega lalu ia mengecup bibir Avira sekilas. Avira membelalakkan matanya dan wajahnya memanas.
"Kau menggemaskan saat merona seperti ini." Ethan mencubit pipi Avira gemas lalu melajukan mobilnya pelan dengan hati yang berbunga.
Sementara itu, dari kejauhan, sebuah mobil mengintai mereka berdua. Pengemudinya menggunakan topi dan masker penutup mulut. Tatapannya tajam dan terdapat amarah tertahan yang siap untuk dikeluarkan.
"Berterimakasihlah karena aku masih berbaik hati membiarkanmu hidup hingga saat ini." Desisnya lalu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menyusul mobil Ethan."Tiiiiiiiiiiiiiin"
🌼🌼🌼
Suara klakson yang terdengar nyaring mengagetkan Ethan dan Avira. Dengan kendali penuh, Ethan membanting stir ke kanan agar mobilnya tidak tertabrak.
Ethan mengamati mobil itu dan menghapal plat nomornya. Ia mengambil handphone di saku dan dengan segera mencatat plat nomor mobil itu. THD2403.
"Avira, kau tidak papa?" Tanya Ethan sesaat setelah memasukkan handphonenya kembali ke dalam saku.
Ethan mengamati wajah Avira yang terlihat pucat seperti susu. Ia menggenggam tangan Avira dan merasakan dingin luar biasa.
"Avira, apakah kau terluka?"
Avira masih terdiam. Tatapannya kosong dan tubuhnya gemetaran.
"Avira, katakan sesuatu. Jangan diam saja, kumohon."
Ethan menarik Avira mendekat dan memeluknya erat.
"Ta..kut.. Et-than.. ta..kut.."
"Tidak papa, okay? Semua baik-baik saja. Sekarang tenanglah." Ethan mengelus rambut Avira dengan sayang. Sungguh ia merasa menjadi pria lemah sekarang. Melihat Avira seperti ini membuat hatinya mencelos.
"Tidak papa. Akan selalu ada aku yang melindungimu, Avira. Percayalah."
Mendengar perkataan Ethan barusan, Avira merasa lega. Tangisnya pecah. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat ingin mempercayakan semuanya kepada Ethan. Ia ingin mengatakan bahwa dirinya bersedia membuka hatinya untuk Ethan bahkan tanpa perlu menunggu 8 bulan.
Namun sayang, bibir Avira terasa kelu. Untuk mengucapkan sepatah katapun ia tidak sanggup. Yang keluar hanyalah raungan tangis ketakutan.
"Menangislah. Aku akan menunggumu hingga kau benar-benar merasa lebih baik." Suara Ethan terdengar lembut menyapu gendang telinga Avira. Hati Avira berdesir dan wajahnya menghangat. Perlahan ia menghentikan tangisnya meski isakan-isakan kecil itu masih dapat didengar.
"Ethan.. Et-than.." Avira berusaha mengucapkan apa yang ingin ia katakan.
"Ssstt. Tenanglah. Nanti saja, okay? Sekarang tidurlah. Jangan memikirkan apa-apa lagi."
Avira mengalah. Ia terdiam dan membiarkan Ethan membaringkan tubuhnya di kursi serta mengatur kursi itu agar Avira terasa nyaman.
"Mungkin memang belum saatnya." Suara hati Avira terdengar seolah membisikkan kata-kata peringatan untuk tidak mengatakannya sekarang. Ia akan bersabar sesuai dengan waktu yang ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in the Corner
Romance-Soft Adult- FOLLOW dulu sebelum membaca karena sebagian cerita diprivate. :) Di saat kau berusaha mati-matian menemukan kebahagiaan, tapi yang kau dapat hanyalah bualan. Kau berjuang keras melawan egomu untuk tidak lagi merasakan jatuh cinta. Namun...