40. Goodbye, Ethan Exander

5.8K 234 23
                                    

Click vote, Enjoy reading then!


...

Ini sudah hari keempat di mana sosok itu masih berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan damainya. Sebenarnya kondisinya sudah baik-baik saja karena dokter mengatakan jika ia hanya kelelahan. Namun, ia tidak mau terbangun dari tidurnya sampai dirinya memastikan jika peristiwa beberapa hari lalu yang sempat membuatnya sangat shock hanyalah mimpi belaka. Sosok itu adalah Avira Andiana.

Avira sempat menangis selama satu hari penuh dan meronta seperti orang gila berniat menyusul sang pujaan hati saat Jason mengabarkan bahwa mobil yang dinaiki Ethan meledak. Ia merasa seakan dunia ikut hancur meluluh-lantahkan seluruh isinya.

"Avira.. sampai kapan kau akan memejamkan matamu?" Suara seseorang yang tiba-tiba terdengar di sebelahnya cukup membuat Avira tersentak. Entah sudah berapa kali Vanya mencoba membangunkannya. Bahkan nada suara Vanya terdengar sangat putus asa.

Sungguh, sebenarnya Avira juga tidak berniat berlama-lama di rumah sakit karena ia sangat membenci jarum suntik. Namun, ia benar-benar tidak berdaya jika harus kembali tinggal di apartemen atau bahkan menginap di mansion Ethan meski Mommy Marie terus membujuknya. Ia merasa seperti orang gila mengingat hampir semua tempat yang ia singgahi selalu terdapat kenangan bersama Ethan.

"Avira, aku tau jika kau hanya berpura-pura. Bukalah matamu. Tidakkah kau kasihan pada semua orang yang mencemaskanmu?" Vanya berucap sekali lagi. Avira tetap tak bergeming sedikit pun.

"Sayang, jangan bersedih seperti ini. Ethan pasti juga akan sedih melihatmu seperti ini, Avira." Kali ini Mama Anna yang berusaha membujuk Avira. Perkataan Mama Anna sukses membuat Avira membuka mata. Mamanya benar. Avira tentu tidak mau menjadi beban bagi arwah Ethan untuk menapaki kehidupan selanjutnya, bukan? Giliran Avira yang menghela nafas putus asa. Ethan, tidakkah kau berniat kembali? tanya Avira dalam hati.

Tiba-tiba, air mata Avira lolos begitu saja membasahi wajahnya. Dan ini entah sudah yang keberapa kali Avira menangisi kepergian Ethan. Sungguh, rasanya sangat berat melepas kepergian seseorang yang selalu memberi warna dalam kehidupannya. Selama ini Avira tidak sepenuhnya menyadari, kemana hatinya berlabuh. Terkadang Avira berniat memilih Ethan, tapi bayangan Alex masih saja hadir dalam benaknya. Dan Avira hanya memberi tempat untuk Ethan sedikit saja di sudut hatinya. Padahal jelas-jelas Ethan mencintai dirinya sepenuh hati. Bahkan sekarang Avira baru menyadari jika ternyata hatinya sudah berlabuh pada Ethan. Tidak tau kapan tepatnya, tapi yang jelas, dia mencintai Ethan. Sayangnya semua sudah terlambat. Ethan sudah pergi. Bukan, bukan pergi, tapi tega meninggalkannya.

"Mama.." Avira memanggil Mamanya tanpa menoleh. Bahkan wajah Avira sudah ditundukkan berusaha menyembunyikan tangisnya.

"Iya, Sayang?" Mama Anna mendekat dan meraih Avira ke dalam pelukannya. Mama Anna sangat mengerti bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat dicintai. Meski sebenarnya Mama Anna juga merasa sangat terpukul, tapi sebisa mungkin ia tidak menampakkan kesedihannya.

"Mama.." Lagi, Avira hanya memanggil Mamanya tanpa berniat mengungkapkan apa yang ingin ia katakan. Suara Avira bahkan terdengar bergetar. Vanya mencengkeram bahu Avira lembut, berusaha menyalurkan kekuatan pada Avira meski sebenarnya dirinya juga ikut menangis.

"Bicaralah, Sayang. Mama akan mendengarkan." ucap Mama Anna masih dengan posisi memeluk Avira dan nada suara yang terdengar lembut.

"Mama.. Avira merindukan Ethan. Bolehkah Avira bertemu dengan Ethan?" Sungguh, perkataan Avira mampu membuat air mata yang sedari tadi ditahan Mama Anna segera luruh dan tangisan Vanya terdengar semakin keras. Begitu juga dengan Sirena yang langsung menghambur ke pelukan Avira. Sirena tidak bisa berkata-kata sejak kemarin. Dia seperti kehilangan separuh pikirannya.

Love in the CornerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang