26. The Disturber

4.7K 266 12
                                    

Ethan terduduk di sisi ranjang sembari memegangi tangan Avira dan menciuminya berkali-kali.

"Sayang.." Ethan mengelus puncak kepala Avira dengan sayang. Ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan Avira.

Selang beberapa waktu, Ethan merasakan adanya pergerakan dari Avira. Dengan segera Ethan menatap wajah Avira berharap Aviranya segera terbangun.

"Avira sayang.. Bangunlah.." Ethan menepuk-nepuk pipi Avira dengan lembut.

Avira mendesah lesu. "Hah.. Ethan?".

"Ya sayang? Aku di sini." Ethan mencium bibir Avira sekilas kemudian ia berkata lagi, "Bagian mana yang sakit? Apakah kita perlu ke dokter?"

"Memangnya siapa yang sakit?"

"Jangan bercanda, Avira. Jennie mengatakan jika tiba-tiba kepalamu terasa pusing."

"Well, itu tadi. Sekarang aku baik-baik saja."

"Benarkah sudah baik-baik saja?"

"Aku tidak berbohong. Aku hanya.."

"Hanya apa? Katakan saja." Ethan cemas-cemas menanti jawaban Avira.

"Hanya lapar. Aku lapar sekali, Ethan. Ini membuatku pusing."

"Oh Ya Tuhan.. Kau membuatku panik."

Avira terkikik geli. Memang benar jika Avira merasakan lapar luar biasa sehingga membuat dirinya merasa pusing karena terlambat sarapan.

"Baiklah. Aku akan menyuapimu." Ethan mengambil makanan yang sudah disiapkan di meja samping tempat tidur.

"Aaaaaaaa. Buka mulutmu, Sayang." Ethan memerintah seolah dia adalah pilot yang siap menerbangkan pesawat untuk dimasukkan ke dalam mulut Avira.

Avira membuka mulutnya, "Aaaaa..."  kemudian tersenyum. Manis sekali.

"Avira.."

"Hmm?"

"Kau ini cantik sekali. Jadi kau menuruni wajah siapa?" Tanya Ethan dengan masih terus menyuapi Avira.

"Wajah Mamaku tentu saja." Avira berkata dengan semangat. "Aku jadi merindukan Mama."

"Kau merindukannya?"

"Sangat sangat merindukannya. Aku juga merindukan Papa. Aku bahkan ingin memeluknya sekarang."

"Kau akan segera bertemu dengan mereka, Avira."

"Well, setahun lagi. Aku akan pulang ke Indonesia."

"Aku bisa mendatangkan mereka untukmu jika kau mau."

"Tidak perlu, Ethan. Aku yang akan menjenguk mereka."

"Bagaimana jika ternyata mereka ada di sini?"

"Benarkah? Kau tidak bercanda?"

"Aku hanya bertanya, Avira."

"Ish kau ini. Seriuslah. Hmm.. aku akan mencium seseorang yang berhasil mendatangkan Mama Papa kepadaku. Seperti di kehidupan drama."

"Seriously? Bahkan ketika aku melihatmu, kau tetap akan mencium orang itu?"

"Tentu saja. Aku sudah berjanji." Jawab Avira mantap.

Ethan terdiam sejenak. Ia menatap wajah Avira dalam. "Baiklah. Kau boleh menciumnya. Karena aku yang akan membawa mereka ke hadapanmu, Tuan Putri."

"Coba saja. Aku menantinya."

"Tapi aku meminta tambahan syarat."

"Apa?"

Love in the CornerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang