27. The Big Party

5.5K 256 5
                                    

Saat ini jam dinding menunjukkan pukul 5 sore. Mansion Ethan sudah dihias sedemikian rupa untuk merayakan pesta besar yang akan dimulai dua jam lagi. Itu berarti pukul 7 Avira sudah harus siap dengan dandanan cantiknya.

"Vanyaaa!! Aku tidak ingin seperti ini. Ini terlalu merepotkan." Avira menggerutu sambil menatap nanar gaun yang sedang dipasangkan ke tubuhnya.

"Diamlah, Avira. Kau ini harus terlihat cantik untuk mendampingi Ethan. Kau tidak ingin bukan orang-orang mencibirmu? Ethan itu orang yang sangat berpengaruh." Jawab Vanya masih dengan tangannya yang lihai memasangkan hiasan menggantung di gaun Avira.

"Oh astaga. Aku bahkan hanya m-e-n-d-a-m-p-i-n-g-i Ethan. Dan Ya Tuhan, pesta ini juga hanya pesta peluncuran produk baru milik Ethan, bukan pesta ulang tahunku. Mengapa aku harus berpakaian seperti ini sih?" Avira merengek seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.

Vanya sampai kehabisan kata-kata menjawab setiap rengekan Avira yang sejak awal dirias Avira sudah memberontak tak karuan.

"Aku yakin kau akan berterimakasih padaku setelah ini." Vanya telah selesai dengan pekerjaannya. Ia menuntun Avira untuk berdiri di depan kaca.

Avira menganga tak percaya menatap pantulan dirinya di cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Avira menganga tak percaya menatap pantulan dirinya di cermin. Ia terlihat seperti bukan dirinya. "Vanya.. ini.. apakah ini benar-benar aku?"

"Itu memang kau, Avira. Bagaimana? Kau masih mau menyesal setelah melihat dirimu berpenampilan bak Cinderella seperti ini?" Vanya bersedekap kemudian menaikkan sebelah alisnya.

"Ini luar biasa. Bakatmu memang mengagumkan, Vanya."

"Ini juga didukung dirimu yang memang sudah cantik."

"Ish kau ini." Avira tertawa, begitu juga dengan Vanya. Mereka pun berpelukan.

"Aku rasanya ingin menangis." Tiba-tiba Vanya berkata dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ish kau ini. Memangnya kenapa?"

"Entahlah. Aku hanya tidak percaya sahabatku sudah dewasa sekarang."

"Apa maksudmu?" Avira memicing menatap Vanya. Pembicaraan ini adalah pembicaraan yang tidak seperti biasanya.

"Tidak, tidak ada. Aku hanya akan merindukanmu." Kemudian Vanya memeluk Avira dengan erat.

"Sadarlah Vanya. Aku tidak akan kemana-mana."

"Kau akan kemana-mana setelah ini."

"Memangnya kemana?"

"Ya kemana."

"Kemana, kemana?"

"Pokoknya kemana-mana."

"Aishh. Aku tidak mengerti." Avira menggeleng tak percaya. Ia merasa sikap Vanya semakin terlihat aneh saja. "Vanya, apakah kau.. baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja." Vanya menjawab dengan alis berkerut seolah bertanya "Memangnya kenapa?".

Love in the CornerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang