"Tidak. Aku tidak akan meninggalkan Ethan. Dia pria yang baik. Dia tidak akan menyakitiku, Jen. Aku percaya itu."
"Terimakasih Avira. Aku selalu berdoa untuk kebaikan kalian."
"Sama-sama. Oh iya, jadi siapa pria yang kau cintai? Apakah kau sudah dipertemukan dengannya?"
"Sudah. Namanya.. Alex."
Sebenarnya jantung Avira seperti akan melompat keluar dari tempatnya. Namun Avira mencoba berpikiran positif bahwa Alex yang dimaksud Jennie bukanlah Alex-nya. Mengingat selama ini Avira telah salah paham kepada Jennie. Padahal menurutnya, Jennie adalah orang yang baik.
Alex-nya? Tunggu dulu. Cepat-cepat Avira meralat batinnya yang terus menerus menyebut nama Alex. Ia menggelengkan kepala berusaha mengusir bayangan Alex. Ia bahkan melafalkan nama Ethan berkali-kali.
Jennie yang melihat tingkah aneh Avira segera bertanya dengan nada khawatir, "Kau tidak apa-apa, Kak?"
"Aku tidak apa-apa. Baiklah, teruskan."
"Aku sudah mengatakannya."
"Ah.. kalau begitu pembicaraan kita selesai?" Avira merutuki dirinya yang menjadi sarkastik seperti ini. Oh ayolah. Bukankah nama Alex itu tersebar luas?
"Maafkan aku, Jen. Aku tiba-tiba merasa pusing." Avira berucap lagi. Avira memegangi kepalanya yang terasa memberat.
"Apakah perkataanku membuatmu terluka?" Jennie berusaha membantu Avira berbaring di ranjang.
"Tidak. Hanya saja aku perlu beristirahat sebentar."
"Baiklah aku akan mengambilkanmu obat." Jennie beranjak meninggalkan Avira dan menutup pintu pelan.
Di balik pintu, Jennie terdiam sebentar. Ia menghembuskan nafas pelan. Ia tidak menyangka jika Avira terlihat sangat baik dan.. rapuh.
"Maafkan aku karena pernah menghancurkan hidupmu, Kak. Aku berjanji akan melindungimu." Kemudian Jennie melangkah meninggalkan tempat untuk mengambil obat pereda sakit dan berniat menelepon Ethan setelahnya.***
Di sisi lain..
Berdirilah dua orang penjaga dengan tubuh besar tinggi di depan sebuah ruangan. Ruangan itu terdapat di sebuah bangunan kosong.
Matahari masih tinggi namun mereka membuatnya seolah malam yang sedang menyapa. Ruangan itu tanpa jendela, hanya berupa lubang-lubang kecil di setiap dinding untuk keluar masuknya udara.
"Pergilah bersama Jennie."
"Aku tidak mau."
"Kau sudah berjanji akan bertanggung jawab."
"Aku ingin, Avira."
"Kau sudah menyakitinya."
"Kembalikan Avira padaku, Ethan!!" Teriaknya. Alex Hudson. Sosok pria yang sedang berdiri berhadapan dengan seorang Ethan Exander. Matanya nyalang menatap Ethan marah. Ia baru saja mendengar kabar jika Ethan akan melamar Avira malam ini.
"Aku tidak bisa. Aku mencintainya. Dia milikku sekarang." Ethan menjawab dengan tenang. Posisinya terlihat sangat santai. Berdiri dengan memasukkan kedua tangan di saku celana.
"Dia hanya mencintaiku." Alex mendesis sinis.
"Kau ini terlalu percaya diri. Aku bahkan sudah menjamahnya." Bibir Ethan terangkat sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in the Corner
Storie d'amore-Soft Adult- FOLLOW dulu sebelum membaca karena sebagian cerita diprivate. :) Di saat kau berusaha mati-matian menemukan kebahagiaan, tapi yang kau dapat hanyalah bualan. Kau berjuang keras melawan egomu untuk tidak lagi merasakan jatuh cinta. Namun...