33. The Black (2)

4.9K 222 4
                                    

Happy Reading buat readers dimanapun kalian berada. Makasih banget buat dukungannya sejauh ini 💕

🌼🌼🌼

"Jika kau tersadar pagi ini, jangan mencarinya lagi. Aku tidak tau apa yang harus aku katakan nanti." Setelah berkata seperti itu, Ethan mengecup kening Jennie kemudian melangkah menuju pintu. Ia bersiap memegang gagang pintu dan membukanya. Ia melangkah namun terhenti saat seseorang memanggilnya.

"Ethan."

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ethan kepada seseorang yang kini tengah berdiri di hadapannya. Ia memandang orang itu seolah berkata 'jangan halangi jalanku'.

"Harusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan, Brother?" Jason balik bertanya dengan nada meremehkan seolah berkata 'jangan coba-coba'.

"Aku sudah menduga hal ini pasti akan terjadi lagi." Jason berkata lagi. Kali ini bukan hanya nadanya yang terdengar meremehkan, akan tetapi dengan tatapan mengejek.

"Jika kau ingin menjenguk Jennie, masuklah. Kebetulan aku ingin pergi keluar sebentar." Balas Ethan malas. Jason benar-benar membuang waktunya. Jika saja Ethan bergerak lebih cepat sedikit, ia tentu tidak harus bertemu Jason.

"Kau bodoh atau apa, Ethan? Aku tentu tau apa yang akan kau lakukan dengan pakaianmu yang seperti itu. Perkiraanku benar-benar tepat sasaran."

"Bagaiman kau tau?" Ethan bertanya dengan alis bertaut. Ethan memang mengakui kehebatan Jason yang tidak pernah ketinggalan informasi sedikit pun karena ia mempunyai banyak mata-mata. Tapi kali ini, apakah dirinya juga masuk dalam daftar target yang dimata-matai? Hell. Yang benar saja.

"Rupanya kau benar-benar bodoh. Memangnya siapa yang membantumu mencari Avira? Jika berurusan dengan Avira, aku tau kau akan seperti ini."

"Jika kau sudah tau apa yang akan aku lakukan, maka menepilah. Kau menghalangi jalanku dan membuang waktuku."

"Kau ingin aku mengadukan pada Daddy?" Jason menatap Ethan dengan tatapan meremehkan lagi. Jika bersama Ethan, Jason merasa sangat hebat. Tapi sebenarnya kekuatan mereka sama. Hanya saja mereka memiliki kelebihannya masing-masing.

"Adukan saja. Dia tidak akan percaya hanya melalui perkataan."  Ethan balas menatap Jason dengan pandangan meremehkan. Kali ini Ethan bersiap melangkah meninggalkan Jason saat tiba-tiba ia mendengar Jason benar-benar menelepon Daddy-nya. Shit!

"Bagaimana kabarmu, Dad?" Jason bertanya sesaat setelah Daddy William mengangkat teleponnya.

"..."

"Aku ingin mengatakan sesuatu. Apa kau percaya apa yang akan aku katakan, Dad?"

"..."

"Dad, jika aku mengatakan..." Jason menggantung kalimatnya kemudian melirik Ethan sekilas dengan wajah yang mengatakan 'kau masih mau membantah?'

Ethan menatap Jason tak percaya. Sial! Pria itu benar-benar ingin mengatakan pada Daddy. Aku akan tamat.

Ethan pun berbalik memasuki kamar Jennie dan menutup pintu keras, membuat dirinya lupa bahwa saat ini ia sedang berada di rumah sakit.

Sementara itu, Jason tersenyum penuh kemenangan. Ia melanjutkan perbincangannya dengan Daddy William. "Aku hanya akan mengatakan jika aku merindukanmu, Dad. Aku sedang mengunjungi Jennie. Aku akan mengunjungimu nanti. Sampai nanti, Dad." Setelah berkata seperti itu, Jason mematikan panggilannya dan memasuki kamar Jennie.

Di sana Jason melihat Ethan sudah mengganti pakaiannya dan tertidur di sofa dengan sebelah lengannya menutupi wajah.

Jason berdiri di samping Ethan. Ia membuka percakapannya, "Aku hanya akan memberimu dua pilihan. Tinggalkan Avira atau biarkan aku membunuhnya."

Love in the CornerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang