34. Jealous

5.5K 248 9
                                    

"Aku hanya mengatakan saja. Bagaimana denganmu? Kau bahkan sudah bersiap akan membunuh Alex. Padahal kau tau Jennie mencintainya. Kau lebih tidak berperikemanusiaan." Jason mendengus lagi. Namun kali ini tatapannya mengatakan 'kena kau.'

Belum sempat membalas perkataan Jason, seseorang lebih dulu menginterupsi pembicaraan mereka.

"Ethan.. kau ingin membunuh siapa?"

Ethan menoleh ke sumber suara. Di sana ia melihat Jennie berusaha mendudukkan dirinya.

Ethan segera mendekati Jennie diikuti Jason. Ethan menahan tubuh Jennie agar tidak memaksakan dirinya untuk duduk.

"Jangan bangun dulu, Jen. Perutmu bisa-bisa robek."

"Tadi kau menyebut nama siapa?" Jennie bertanya ingin tahu.

"Aku tidak menyebut siapa-siapa." Ethan menjawab dengan eskpresi datar.

"Ayolah. Tadi Jason bilang kau ingin membunuh.. siapa?" Kali ini pandangan Jennie teralih pada Jason.

"Hai adik kecil. Kau semakin cantik saja." Bukannya menjawab, Jason justru mengacak rambut Jennie.

Jennie yang merasa jengah dengan sikap dua pria di hadapannya ini pun menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"Jen..." Ethan yang sangat mengerti perasaan adik-nya pun berusaha menenangkan.

"Jangan bicara padaku." Jennie menjawab dengan nada lirih. Namun telinga Ethan dan Jason masih berfungsi dengan baik sehingga dapat mendengar apa yang Jennie katakan.

"Aku jauh-jauh kemari untuk menjengukmu tapi kau malah seperti ini." Jason berpura-pura mendengus kesal.

Jennie pun membuka selimutnya. Ia memandang Jason dan Ethan yang terdiam bergantian.

"Ayolah Kak. Tadi kalian mengatakan ingin membunuh siapa? Alex? Jika memang benar, maka aku akan mendukungnya." Jawab Jennie dengan ekspresi penasaran.

"Wah wah wah. Ada apa denganmu Jen? Apa kau sudah tidak mencintainya lagi?" Jason memasang ekspresi terkejut, tapi tiba-tiba senyum lebar segera menghiasi wajahnya.

"Aku masih mencintainya. Aku hanya tidak ingin Avira terluka." Kali ini wajah Jennie mendadak sayu.

Ethan yang sedari tadi diam pun angkat bicara. "Jangan memikirkan apa-apa lagi. Kau hanya perlu beristirahat. Kau baru saja kehilangan calon bayi-mu, Jen."

"Tidak apa-apa. Jenal selalu di hatiku." Jawab Jennie dengan ekspresi tersenyum.

"Jenal? Siapa?" Ethan bertanya dengan alis berkerut.

"Bayiku. Walaupun dia tidak di perutku lagi, dia tetap di hatiku." Jawab Jennie masih dengan senyuman.

Jawaban Jennie membuat hati Ethan merasa miris. Ethan tahu sebenarnya Jennie merasa sangat kehilangan, tapi dia bersikap seolah baik-baik saja. Jennie sesungguhnya adalah sosok yang rapuh dan perlu perlindungan.

"Aku bisa mencarikan pria untukmu, Jen. Apa kau ingin bersama Sean?" Jason yang sedari tadi diam pun menimpali. Ethan yang mendengar Jason mengatakan hal itu langsung menatap tajam ke arah Jason dengan ekspresi seolah berkata 'kau ingin mati?'

Jason mengendikkan bahu pura-pura tidak mengerti kemudian berkata "Aku hanya bercanda. Ya sudah aku akan menemui Daddy di mansion. Sampai nanti. Cepat sembuh, Jen." Jason mengacak rambut Jennie lagi kemudian melangkah menuju pintu.

Jason menarik gagang pintu. Bersamaan dengan dibukanya pintu itu, seseorang masuk hingga menabrak tubuh Jason. Jason dengan sigap menangkap tubuh yang hampir terjatuh itu. Posisi mereka bertahan lama seperti dalam kisah Raja dan Ratu. Wajah mereka bahkan terlihat sangat dekat.

Love in the CornerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang