Evren POV
"Dek, maaf gue cuma bisa antar lo sampai sini."
Sayang sekali Kak Ulka tidak bisa menemaniku lebih lama hingga tiba di kelas.
"Yahh ..."
"Gue baru inget disuruh Bobcha buat nemuin Bu Anna di ruang guru."
"Kenapa tadi gak bilang Kak? Kan bisa sekalian lewat jadi gak perlu bolak-balik."
"Hehe, gara-gara tadi keasyikan ngobrol sama lo. Udah ya gue mau ke bawah, bye!"
Sial, aku saja tidak tahu dimana letak posisi kelasku berada. Baru saja ingin bertanya malah lebih dulu melarikan diri. Mau bertanya sama siapa kalau sekolah sepi begini bagaikan tak berpenghuni. Aku yakin pasti sudah bel masuk dan murid-murid lain sudah pasti berada di kelas masing-masing.
Gue ke kanan atau ke kiri, ya? Aku kebingungan memilih arah. Intinya aku cuma takut salah masuk kelas. Apalagi disini ada dua jurusan, jadi tambah susah untuk mencari dimana kelasku.
"Telat!! Telatt!! Aduhh, gue telattt!!!"
Suara heboh tiba-tiba muncul memecah kesunyian lorong lantai 2.
"Bukan lo doang kok, gue juga sama."
Ia membalikkan badan, lalu wajah tegangnya berubah menjadi sedikit lebih tenang ketika melihatku masih berada di luar kelas. "Huh lega, gue pikir cuma gue satu-satunya orang terlambat masuk kelas."
"Kebanyakan orang pasti pernah ngalamin telat masuk kelas, gak cuma lo sama gue doang, jadi santai aja," aku pura-pura sok tegar dihadapannya.
"Lo IPA atau IPS?"
Sempat kesal sih pertanyaan itu terlontar kembali meski berbeda orang.
"IPS, lo?"
"Sama!"
"Bagus jadi gue gak perlu takut nyari-nyari kelas sana-sini sendirian kayak orang linglung."
*linglung: bingung
Aku dan teman sejurusanku berlari ketiap-tiap kelas untuk mencari daftar nama yang telah tertera pada selembar kertas yang sengaja ditempel pada bagian luar kaca jendela.
No: 10
Nama: Evren Alishba
Asal Sekolah: SMP N General
Kelas Sementara: X IPS 4"Yes, nama gue udah ketemu!"
No: 6
Nama: Alby Pradipta Fachry
Asal Sekolah: SMP N Titanium
Kelas Sementara: X IPS 4"KELAS KITA SAMA!!" serempak kami berdua reflek seraya bertatap muka.
"Udah cepet sana lo masuk duluan!"
"Gimana sih? Lo-kan laki."
"Apa hubungannya kalo gue laki?"
"Jadi cowo nggak macho banget!"
"Yaudah iya, gue masuk duluan."
"Assalamualaikum."
Arah pandangan seisi kelas terpusat pada kami berdua, padahal sebelumnya mereka terpaku pada dua orang Kakak OSIS yang sedang berbicara di depan kelas.
"Wa'alaikumsalam," jawab mereka kompak.
"Langsung masuk aja, Dek, gak papa," sambut Kakak OSIS dengan ramahnya ia mempersilahkan kami untuk memasukki ruang kelas.
Syukurlah kedatangan kami diterima. Malu juga sih pakai acara terlambat masuk kelas segala, padahal masih ber-status murid baru dan dihari pertama masuk sekolah pula.
Kami berdua langsung duduk dibangku kosong bagian belakang.
"Tadi yang baru dateng namanya siapa? Soalnya mau diabsen."
Huh, aku kira nama kami akan dicatat dalam buku pelanggaran.
"Nama saya Alby, sebelah saya Evren," ucap Alby lantang.
"Alby Pradipta sama ... Evren Alishba ya?"
"Ya, Kak," kata Alby mengiyakan.
"Kita lanjut lagi, SMA N Indonic itu diperbolehkan membawa dan mengaktifkan hp asalkan digunakan untuk kepentingan saat proses KBM berlangsung."
*KBM: Kegiatan Belajar Mengajar.
"Kak Sekar, saya mau tanya dong!" salah satu siswa mengacungkan jari.
Kak Sekar menanggapi siswa tersebut. "Mau nanya apa?"
"Misalkan ada telepon dari ortu boleh langsung diangkat gak?"
"Boleh angkat telepon atau bales pesan dari ortu, tapi kalo bisa sebelumnya minta izin dulu sama guru yang lagi ngajar kalian,” jelasnya.
Teman kak Sekar ikut memberi penjelasan. "Iya kalo bisa minta izin dulu, Dek, soalnya takut dituduh yang nggak-nggak sama gurunya."
"Ohh, makasih, Kak."
"Ada lagi nggak yang mau bertanya?"
Hening.
"Nggak ada lagi-kan? Kalo gitu Kakak ada games buat kalian."
"Games apa Kak?"
"Keluarin dulu buku tulis sama alat tulisnya!"
Semua mengikuti perintah Kakak OSIS.
"Sekarang bikin 12 kotak, mendatar 4, menurun juga 4, kalo udah selesai bilang Kakak."
"Woy pinjem penggaris dong!"
Ini kalimat paling mainstream disaat-saat pinjam penggaris.
"Bodo ah, nametag gue aja dijadiin penggaris."
Dengan PD-nya Alby melakukan ide konyolnya itu.
Aku prihatin sekali melihat kelakuannya. "Aduh Albyy, beli apa beli! Jangan kayak orang susahh!! Bukannya kemarin gue udah beliin lo penggaris ya? Yang harganya 3 juta itu!" sindirku secara halus.
"Pale lo 3 juta! Sejak kapan lo beliin gue penggaris? Lagian mana ada penggaris yang harganya sampe berjuta-juta mending duitnya gue pake buat beli hp baru," Alby nyerocos panjang lebar .
Saat itu seisi kelas tertawa lebar melihat kelakuanku dan Alby. Malu juga sih jadi bahan tertawaan, tapi aku yakin sekali disaat itu pula Alby malu tingkat dewa.
TBC ...
Wiam
KAMU SEDANG MEMBACA
My Warm Boyfriend
Teen FictionPertemuan bukanlah keutamaan. Kedekatan bukanlah jaminan. Suka bukanlah tumpuan. Cinta bukanlah kepastian. Dan sayang bukanlah alasan. Karena orang yang benar-benar bisa menjadi penghangat, itulah yang kucari diantara kalian. ©oneda_ 01/02/18