14 [part 1]

1.1K 66 24
                                        

Evren POV

Jarum jam menunjukkan pukul 06.35 WIB—lebih tepatnya 5 menit setelah bel masuk berdering—. Suasana kelas sudah begitu ramai layaknya pasar pagi. Murid-murid di kelas ini sibuk dengan urusannya masing-masing. Mulai dari gosip-in cogan di sekolah, curhat masalah percintaan, hingga se-gerombolan cowok yang kerjaannya nonton Youtube atau main game ML—Mobile Legend—disudut kelas bagian belakang.

Ditengah keramaian ini. Entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang kurang. Hari ini bangku yang ada di sebelahku tak berpenghuni. Ada apa dengannya? Mengapa ia tidak datang? Apa dia demam sehabis diguyur hujan deras? Kemarin, ia terlalu berlebihan memikirkan keadaanku. Tapi, lihatlah sekarang. Justru keadaan malah berbalik padanya.

Aku berinisiatif untuk mengecek keadaannya. Aku khawatir ia benar-benar sakit dan lagi-lagi semua itu akibat ulahku untuk mengajaknya berbincang usai bel pulang sekolah berdering.

LINE MESSAGE

Ev.Ren: Lo hari ini nggak masuk?

Read

Cepet banget nih orang nge-read-nya. Nih anak termasuk kriteria orang yang nggak bisa jauh dari hp.

Alby.PF: Iya, Bunda gue udah ngirim surat dokter ke Pak Sobri.

Ev.Ren: Pak Sobri yang mana?

Alby.PF: Lo jadi orang gak gaul amat sih? Itu tuh nama satpam di sekolah kita.

Ev.Ren: Kan gue gak tau, makanya gue nanya. Lagian belom ada seminggu sekolah mana gue hapal nama-nama penghuni sekolah ini -_-

Alby.PF: Ya gak mesti diapalin juga, dodol! Lo pikir tuh nama bakal keluar diujian?

Ev.Ren: Ya nggak gitu juga kali -_-

Alby.PF: Minimal lo cari tau lah ..., tanya ke sana-sini. Gue yakin lo juga gak bakal hapal nama temen sekelas lo sendiri, jangankan hapal tau aja gak-kan?

Ev.Ren: Harus banget gitu? Baru kelas sementara ini-kan? -_-

Alby.PF: Tetep aja mau gimana juga lo kudu hapal. Gak mungkin-kan kalo sekelas lo panggil 'eh' semua, ya orang bingung lah bedainnya gimana, yang ada semua pada nengok ke lo atau bahkan sebaliknya malah pada pura-pura budek.

Ev.Ren: Biarin aja si, gue ini yang bakal dikacangin ngapa jadi lo yang sibuk? -_-

Alby.PF: Ya, gue gak terima lah kalo lo digituin.

Read

Ih ... Apaan banget nih orang. Lebay!

Kumatikan data seluler supaya tidak ada satu pun notifikasi yang masuk. Termasuk chat dari Alby. Lagi pula aku sedang berusaha untuk menghemat kuota setidaknya 2GB bisa cukup bertahan sampai sebulan. Soalnya kugunakan disaat-saat tertentu, sekadar untuk chatting-an sama Nia-masih mending daripada tidak ada satupun orang yang ingin chattingan denganku-.

"Permisi ..."

Segala aktivitas di kelas seketika terhenti ketika ada longokkan kepala yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Huh, aku pikir Guru rupanya itu Kak Sekar dan temannya Kak Maria-yang suka marah-marah tapi garing-.

"Hari ini yang gak masuk siapa aja?" tanya Kak Maria pada penghuni kelas X IPS 4.

"Alby, Kak!" ucapku lantang.

"Ciee ..., tau aja!" ledek Kak Sekar.

"CIEEEE ...," seisi kelas bersorak untukku.

Bukan untuk pertama kalinya aku dipermalukan seperti ini. Selalu saja aku dikaitkan dengan Alby sebagai bahan perjodohan. Huh, sebal! Padahal, aku sudah lebih dulu memiliki calon pacar. Eh, maksudnya gebetan, hehe ...

"Kalo si Alby, Kakak udah tau dia hari ini gak masuk soalnya pak satpam udah ngasih surat dokternya tadi. Terus, ada lagi gak yang gak masuk hari ini?" tanyanya lagi.

Semua menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengamati keadaan sekitar.

"Kayaknya gak ada lagi, Kak. Cuma satu orang doang," ujar seorang siswa.

"Oke kalo gitu makasih ya," ucap Kak Maria pada kami semua.

"Yang dipojok jangan galau ya! Nanti pulang sekolah jangan lupa buat jenguk pacarnya!" ledek Kak Sekar sebelum pergi meninggalkan kelas bersama Kak Maria.

Siswi yang duduk di depanku tiba-tiba merubah posisi duduknya dan mengajakku untuk ngerumpi. "Eh, lo mending pacaran aja sama Alby. Lagi pula gue setuju kok!"

Lalu teman di sebelahnya juga ikut-ikutan buat nge-ship aku sama Alby. Bener banget tuh! Gue juga nge-dukung lo kok! Daripada lo terus-terusan jadi bahan gosip seisi kelas yang statusnya gak jelas kayak gini."

"Gue sama Alby pacaran? Aduh ..., aduh ..., gak deh kayaknya," ucapku sambil membayangkan bagaimana kedepannya.

"Loh kenapa emang? Menurut gue dia itu cowok baik-baik dan gak banyak tingkah kok. Udah gitu dia termasuk cogan di kelas ini. Kalo gue jadi lo dan misalkan dia nembak pasti bakal gue terima. Setuju gak Ran?" katanya.

"Setuju banget, Lin!"

Ran dan Lin. Dua orang yang awalnya sama sekali tidak kukenal dan namanya pun terdengar asing ditelingaku. Dengan niat tulus untuk berinteraksi denganku setidak aku jadi bisa lebih akrab pada teman sekelas, berharap pula bisa berkawan baik dengan mereka. Semoga saja.

Disisi lain aku juga setuju sama apa yang mereka bilang barusan.

Alby itu ...
Cowok berparas tampan,
Bersikap tegas dalam membela kebenaran dan ia takkan berhenti sebelum warna hitam lenyap menjadi putih. Juga, ia memiliki ketulusan hati dalam memberikan perhatian pada orang lain. Meski terkadang agak pecicilan dan lebay tapi masih tetep oke juga.

Eitss, kenapa gue tiba-tiba jadi terkagum-kagum sama dia kayak gini?

TBC ...

My Warm BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang