25

968 41 2
                                    

Evren POV

"STOPPP!!!"

Seorang gadis tiba-tiba saja muncul dihadapanku entah datang dari arah mana. Yang jelas ia telah menghalangi jalanku untuk memasukki ruang kelas. Dibalik tubuh gadis itu juga ada sesosok gadis lain yang tengah menatapku penuh keresahan sama seperti yang sedang dilakukan gadis satunya. Siapa lagi kalau bukan dua orang gadis yang bernama Ran dan Lin.

"Minggir dong! Jangan ngalangin jalan gue ah!" emosiku memuncak padahal ini masih pagi.

Aku pun berusaha menerobos pertahanan mereka. Setelah mencoba beberapa kali percuma saja aku tetap tidak bisa karena mereka berdua tetap keras kepala ingin mencegahku.

"Mau kalian berdua apa sih?" kataku semakin ketus.

"Sumpah beneran gue gak boong ini gawat banget Ren!" ucap Ran dengan nada serius membuatku menjadi penasaran.

"Gawat apanya?" tanyaku kebingungan.

"Lo tadi dicariin kakel!" jawab Lin, ia terlihat sangat panik.

*Kakel = kakak kelas

Aku mengernyitkan dahi. "Siapa?"

Ran dan Lin saling bertukar pandang, kemudian mereka mengangkat kedua bahu mereka hampir bersamaan, tanda tak tahu.

"Terus tujuan kakel itu apa sampe segitunya bela-belain masuk ke kelas buat nyariin gue? Udah gitu segala nyari tahu ke kalian berdua lagi."

"Nggak tau, pokoknya tadi mukanya keliatan sangar banget. Kayak pengen nonjok lo gitu!" kata Ran, bagiku itu terdengar mengerikan.

"Ah yang bener lo?" Aku masih tidak percaya pada perkataannya.

Ran dan Lin kompak menganggukan kepala.

Seketika kakiku bergemetar dengan sendirinya. Didahiku mulai muncul beberapa butiran kecil air keringat. Yang jelas jantungku mulai berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Aku takut sekali apabila hal buruk datang menimpaku. Apalagi kalau sudah mempunyai masalah yang ada sangkut pautnya dengan kakak kelas. Haduh, semoga saja itu tidak terjadi. Membayangkannya saja sudah membuat kepalaku seketika menjadi pening.

Ran dan Lin tanpaku beri perintah, maupun aba-aba, tanpa berpikir panjang mereka berdua mengambil tindakan dengan menarik lenganku secara paksa hingga membuatku sedikit terseret. Aku sudah melakukan penolakkan dan berusaha memberontak sambil menjerit minta tolong tetapi mulutku justru berhasil disekap oleh Lin menggunakan dasi abu-abu miliknya yang sengaja diikat kencang. Sempat malu ketika murid-murid yang tengah menempuh perjalan menyusuri koridor untuk menuju ruang kelas kenyamanannya jadi terganggu akibat kekonyolan yang telah teman-temanku perbuat. Aku yakin sekali pasti mereka sedang berusaha membawaku ke tempat dimana kakak kelas itu berada. Haduh, bagaimana ini?

Pemandangan hijau nan asri membuat mata ini seketika terbuka lebar. Dedaunan dan pepohonan menyatu dalam warna yang seirama. Bunga-bunga tersebar luas disegala penjuru dan satu per satu dari mereka perlahan mulai bermekaran seiring berjalannya waktu. Mentaripun sudah menampakkan diri diarah timur. Taman ini semakin tertata rapih dengan adanya beberapa deretan lampu. Namun, disuatu sudut ada yang menganjal dalam penglihatanku. Disana ada cowok yang duduk dikursi panjang seorang diri.

Setelah beberapa langkah kutempuh hingga hampir berjarak satu meter dengannya ia sudah lebih dulu menoleh kearahku usai Ran memanggil cowok itu. Yang benar saja! Cowok itu bukanlah orang asing bagiku. Rupanya itu Kak Bobcha, musuh bebuyutanku yang sudah lumayan lama tak berjumpa dan buruknya ini adalah hari sialku bertemu dengan singa jantan yang kerjaannya gemar sekali mengamuk kesana-kemari.

My Warm BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang