35 [part 2]

728 22 1
                                    

Author POV

"Mau ikut gak?" ajak Dika pada teman sebangkunya yang baru.

Wiam lekas merapihkan buku-buku yang masih ada di atas mejanya, kemudian lekas berdiri dari kursi yang ia duduki. "Kuy lah!" serunya akrab, lengan Wiam merangkul bahu Dika, seakan-akan mereka sudah menjadi teman dekat.

"Haiii!!"

"Haiii, Wiamm!!"

"Coba aja yang dirangkul itu gue."

"Enak banget dirangkul sama cogannn!!!"

"Pengen jadi Dika, meski cuma sebentar."

"Dikaaa, gue iriiii!!!"

"Dikaaaa!! Ntar lo pulang lewat mana?!! Gara-gara lo gue nggak bisa deket-deket sama dia!"

Pekik para gadis di kelas. Mereka masih histeris melihat ketampanan Wiam. Masing-masing dari mereka berusaha untuk menyapa cowok ganteng itu, berharap Wiam juga akan menanggapinya dan memberi sapaan balik. Tak sedikit dari mereka iri pada Dika, karena mereka berangan-angan untuk menggantikan posisi Dika kala itu.

"Cie, cieee ... Pada iri yaa?" ledek Dika. "Untung gue cowok, coba kalo cewek, lo semua bakal kena tikung!"

"Fans lo banyak juga, padahal baru hari pertama masuk sekolah," puji Dika, matanya terus memperhatikan cewek-cewek yang menjerit untuk Wiam.

Wiam hanya terkekeh usai Dika memuji dirinya, ia tahu bahwa Dika mempunyai rasa iri padanya. Menurut Wiam, itu merupakan hal biasa, cowok manapun pasti juga ingin merasakan diberi pujian dari kaum hawa.

"Ren, mau ikut gak ke kantin?" tanya Wiam pada gadis yang sedang sibuk memainkan smartphone-nya.

Evren menoleh. "Emm ... nanti aja deh, soalnya gue belom laper." Sebenarnya Evren tidak ingin menolak ajakkan dari Wiam, hanya saja ia merasa tidak enak hati pada kekasihnya.

"Oh, oke."

"Ekhemm ... aduh seret banget nih tenggorokkan," Alby pura-pura berdeham, ia cemburu karena mata Evren masih memperhatikan Wiam yang sedang berjalan menuju luar kelas.

Evren memalingkan pandangannya dan kini ia menatap kekasihnya yang sedang berpura-pura tidak melihat kejadian barusan.

"Kita cuma temenan, By," jelasnya.

Alby nampak tidak peduli pada omongan Evren dan ia tetap tidak ingin memandang Evren yang sedang berbicara dengannya.

"Aku serius," ucap Evren meyakinkan.

Alby menghela nafas agar lebih rileks saat berbicara pada kekasihnya. "Yakin?" Alby masih ragu terhadap perkataan Evren.

Evren mengangguk sembari memegang telapak tangan Alby. "Yakin."

Ia membalas genggaman Evren. "Iya, aku percaya," tuturnya sambil menyunggingkan senyum kecil. "Btw, ajarin aku sistem persamaan linear 2 dan 3 variabel dong."

Evren mengerutkan dahi, seingatnya materi tersebut tadi belum dipelajari. "Bukannya kita baru sampe materi pertidaksamaan irasional ya?"

"Aku tau, tapi aku mau pelajarin itu sekarang. Supaya pas Bu Tati ngasih soal aku bisa maju lebih awal dari kamu." Sebenarnya Alby tidak punya tujuan untuk mengalahkan prestasi Evren, melainkan si anak baru di kelasnya.

"Ternyata kamu rajin juga ya. Tapi, kalo mau adu kepintaran kok malah terang-terangan gitu sih?" ucapnya seraya terkekeh.

"Biarin, jadi kamu bisa lebih rajin lagi belajarnya supaya kamu nggak kalah dari aku."

Masuk akal juga sih yang dibilang Alby barusan, pikir Evren. "Kadang suka pinter!"

"Kadang?"

"Ya, kadang."

"Seakan-akan otak aku bonto banget ya?"

"Yaaa, gitu dehh ..."

"Dasar kamu! Buruan dong ajarin! Aku udah nggak sabar nih pengen belajar, asekkk ..."

"Mulai dari Eliminasi, Subtitusi atau Gabungan dulu?"

"Eliminasi dulu aja deh yang gampangan."

Evren mengambil buku paket milik Alby, kemudian mencari soal yang menurutnya masih mudah untuk pemula. "Misalnya, 3x + y = 5 dan 2x + 3y = 8." Setelah itu ia menulis ulang soal tersebut ke Buku Catatan. "Terus salah satu dari mereka harus kita kalikan supaya jumlahnya sama," jelas Evren sembari menunjuk angka tersebut. "Pilih depan atau belakang?"

"Depan aja."

"Jadi 3x sama 2x dikali berapa hasilnya supaya sama?"

"3x dikali 2 dan 2x dikali 3 biar hasilnya jadi 6x."

"Nahh, terus ini dikaliin semua. Sekarang berubah jadi, 6x + 2y = 10 dan 6x + 9y = 24, abis itu dikurangin."

"Oh gitu toh caranya. Sini bukunya! Aku mau coba kerjain sendiri."

Evren memberi Buku Catatannya dan langsung cepat-cepat dihitung hingga tuntas. Ketemulah jawaban senilai y = 2.

"Yes, bisa!"

"Gampangkan?"

Alby menganggukan kepalanya. "Nanti ajarin lagi ya!" pintanya lagi.

"Oke!"

"Kamu laper nggak? Biar aku beliin makanan," tawarnya. Ia merogoh saku baju dan celananya untuk mengecek uang yang ia bawa.

"Pasti mau lah!" sahut Evren tanpa jaim.

"Permintaan tuan putri segera dikabulkan," gumamnya dan Alby melesat menuju kantin.

Suara bising di kelas X IPS 3 menggelegar hingga ke kelas sebelah. Sehingga Evren tidak bisa memanfaatkan waktu istirahat untuk memejamkan mata. Semalam ia kurang tidur karena terus terngiang-ngiang dengan kondisi keharmonisan keluarganya. Hampir seharian penuh ia mengurung diri di kamar. Beruntung Lavenia datang dan bisa memberi nasihat untuk memotivasi dirinya supaya tetap berpikir positif.

Bagi Evren, Lavenia-lah teman yang paling setia dalam suka maupun duka. Bahkan ia menjadikan Lavenia sebagai sahabat karib, meski kini mereka beda sekolah, tetapi hal itu tidak menghalangi mereka untuk bertemu, saling bertukar cerita  dan yang terpenting adalah saling memahami satu sama lain.

~●~

08.19

LIAT YANG SEGER-SEGER
PART 3 :v

LIAT YANG SEGER-SEGERPART 3 :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Warm BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang