"Kenapa lo mau aja nerima saran dari bokap dan nyokap lo?"
"Gue dipaksa."
Nia menghela nafas. "Ren, lo kan udah gede seharusnya lo tolaklah."
Aku menyingkirkan bantal kecil yang-ku peluk tadi. "Lo pikir semudah itu? NGGAK! Bokap dan nyokap gue keras kepala, nggak kayak ortu lo yang gampang buat dibujuk."
Nia merubah posisi duduk menjadi lebih dekat denganku sambil menyodorkan kepalanya kedinding. "Huh, yaudah jalanin dulu aja, Ren. Menurut gue semua sekolah sama aja tergantung gimana cara lo buat bersyukurnya aja masih bisa keterima di sekolah negri."
Aku menoleh kearahnya sambil berpikir sejenak. "Omongan lo ada benernya juga, tapi gimana ya … Gue kayak merasa nggak nyaman gitu.
"Nggak nyaman gimana?" Nia menaikan sebelah alis.
"Gue gak suka aja disana ada banyak orang-orang nyebelin."
Nia terlihat penasaran. "Kalo boleh tau siapa namanya?"
"KAK BOBCHA!"
"Siapa tuh? Asing banget namanya ditelinga gue."
Aku mulai menggambarkan ciri-ciri Kak Bobcha se-detail mungkin. "Dia itu cowok nyebelin, gak jelas, bawel, sok tegas, kasar, intinya parah deh."
"Gilee ... Dia pentolan di sekolah lo?"
"Bukan cuma itu, masalahnya dia nge-jabat jadi ketua MPK!"
"HAH?!! Gak salah?"
"Lo aja heran apalagi gue yang adek kelasnya sendiri."
Nia mengangkat kepalanya dari sandaran dinding. "Tunggu! Apa lo bilang barusan? Adek kelas?"
"Iya."
"Lo yakin masih mau nganggep dia sebagai Kakak kelas lo?"
"Yaaa ... Nggak juga."
Kulihat bola mata Nia berputar sejenak. "Tadi katanya iya."
Drttt ... Drrttt ...
Tanganku langsung merogoh benda dibawah bantal tidur, tempat kumeletakkan smartphone.
LINE MESSAGE
Alby.PF:P
Ev.Ren: Apa?
Alby.PF: Gara-gara make sepatu mini lo itu kuku kaki gue sampe cantengan, sumpah dah.
Ev.Ren: Lagian udah tau sempit masih aja dipaksain -_-
Alby.PF: Yehh ... Bukannya minta maaf malah nyalahin gue, lo nya aja tuh gak ikhlas minjemin!
Ev.Ren: Fitnah lo! Gue ikhlas tuh ngasihnya -_-
Alby.PF: -,-
Ev.Ren: Serah lo dah! -_-
Read
Diam-diam Nia mengintip obrolanku dengan Alby di LINE.
"Alby siapa?"
"Temen sekelas."
"Lo suka sama dia?"
Aku bergidik. "Nggak lah!!"
"Trus kok dia bisa tau ID LINE lo? Lo kasih ya?"
"Mana gue tau, baru kemaren gue kenal sama dia trus kebetulan aja bisa sebangku."
"Sebangku? Wihh ... Cepet!"
"Cepet apanya?"
"Keren abis baru pertama kali masuk langsung dapet fans."
"Gak, Ni! Gue udah naksir orang lain."
"Siapa? Kasih tau!" Nia mengguncang-guncang tubuhku. Ia termasuk salah satu tipe orang pemaksa.
"Kasih tau nggak yaa ..." kubuat Nia agar semakin KEPO.
*KEPO [Knowing Every Particular Object]: Rasa ingin tahu lebih.
"Namanya, Wiam." tuturku dengan nada lembut.
Dia merupakan sosok cowok yang ada di dalam pikiranku setiap saat.
~●~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.