EVREN POV
"Ibu gak habis pikir sama kelakuan kalian yang udah bikin nama baik sekolah ini semakin tercoreng dari tahun ke tahun," kata Bu BK dan matanya menyorot tajam kearah kami bertiga.Tak satupun dari kami berani menatap wajah Guru BK yang kini sedang asyik memarahi dan menceramahi kami panjang lebar.
Aku baru tahu ternyata di sekolah ini terdapat sekumpulan murid kriminal dan Guru-Guru killer. Jadi, aku tak perlu heran lagi melihat kelakuan Kak Bobcha juga Guru yang kini sedang berada di hadapanku.
Aku jadi menyesal sekolah disini usai menuruti permintaan Ayah dan Ibuku. Kupikir sekolah ini dalam keadaan harmonis dan menarik seperti yang Beliau obrolkan waktu itu.
"Apa awal permasalahan kalian hingga timbul perkelahian seperti tadi? Coba jelaskan pada Ibu sekarang juga!" perintah Bu BK.
Satupun dari kami tidak berani untuk angkat suara. Bukan hanya aku, tapi mereka otomatis ikut terlibat dalam permasalahan atas perkelahian itu.
Amarah Guru BK semakin bergejolak. "Kalian bertiga punya mulutkan? Ayo sekarang jawab pertanyaan Ibu!"
Kuambil nafas se-dalam-dalamnya. Kemudianku mulai merilekskan pikiran. Setelah itu baruku beranikan diri ini untuk berbicara pada Guru BK itu.
"Bu, sebenernya semua ini salah—"
"Iya, Bu. Ini semua salah saya," serobot Alby memotong kalimatku.
Kalimat yang kuucap belum sepenuhnya tuntas. Tetapi, Alby memotong kalimat terakhir itu, lalu memutar balikkan fakta. Tuduhan serta hukuman jadi jatuh ketangan sang pahlawan kebenaran. Bodohnya si Ketua MPK hanya bisa mematung seolah tak punya mulut tuk bercakap. Padahal sebagian besar ini semua kesalahan dia.
Alby, apa yang lo lakuin barusan? Kenapa nyalahin diri lo sendiri? Udah jelas-jelas gue yang salah. Gue jahat banget udah bikin kalian berdua ribut sampe dipanggil ke BK.
Guru BK memastikan kembali jawaban tersebut. "Jadi kamu pelakunya?" tanya Beliau pada Alby.
"Ya, Bu. Tindakan saya sangat tidak sopan karena sudah memperlakukan Kak Bobcha secara tidak hormat sebagai Kakak Kelas saya juga sebagai Ketua MPK di sekolah ini. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya, Bu," tutur Alby dengan segala hormat.
"Baiklah kalo begitu. Kamu kelas X, bukan? Lain kali jangan diulangi lagi! Saat ini Ibu masih mentolelir kamu sebagai anak baru," nasehat Bu BK pada Alby.
Ada perasaan lega diantara aku dan Alby, intinya tak ada kata 'hukuman'.
"Sekarang kalian berdua boleh pergi kecuali Bobcha, ia harus tetap berada disini," suruh Beliau.
Kak Bobcha terkejut. "Lah, kok saya Bu?"
"Iya kamu! Siapa lagi? Kamu harus tetap berada disini! Karena ada hal penting yang ingin Ibu bicarakan sama kamu," ucapnya serius.
"Kami permisi ya, Bu," ucapku sebelum akhirnya meninggalkan ruangan tersebut bersama Alby serta tak lupa kami tuk berpamitan pada Guru BK.
Kami tertawa geli usai menyaksikan secara live nasib malang sang Ketua MPK bermulut cewek itu.
AUTHOR POV
"Bobcha, Ibu heran sama kamu. Dari pertama kali masuk SMA sampai sebesar ini pun kelakuanmu masih tetap sama. Tidak pernah berubah, terus terang Ibu kecewa sama kamu! Padahal Ibu sudah berusaha untuk menasihatimu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan Ibu sudah memberi kepercayaan lebih. Namun, sayangnya kamu gagal untuk berubah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya," Bu BK meluapkan seluruh rasa kekecewaannya selama ini.
"Maafkan saya, Bu. Selama ini saya sudah banyak sekali merepotkan Ibu," nampaknya Bobcha mulai menyesali semua perbuatannya.
Bu BK acuh tak acuh pada permohonan maaf yang diberikan oleh Bobcha. "Kata itu terlalu membosankan untuk Ibu dengar," tegas Bu BK.
"Bu, tolong beri saya kesempatan untuk terakhir kalinya. Saya butuh sedikit waktu lebih lama lagi untuk merubah diri saya," mohon Bobcha pada Sang Guru.
Bu BK menghela nafas dalam-dalam. "Apa kamu tidak ingat point pelanggaranmu sudah hampir di luar batas? Kalau sampai sekali lagi kamu melanggar tata tertib atau bertingkah onar yang dapat mencoreng nama baik sekolah, jangan salahkan Ibu untuk— "
"Untuk melepas jabatan saya dari Ketua MPK," sambung Bobcha.
"Bukan hanya itu, tapi kamu akan dikeluarkan dari sekolah atas persetujuan dari pihak BK, kesiswaan dan ... Bagian terakhir pasti kamu sudah tahu-kan?" tanya Guru BK untuk mengetest kepekaan Bobcha.
Bobcha menundukkan kepala. "Ya, saya tahu betul maksud Ibu," tuturnya pelan.
TBC ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Warm Boyfriend
Novela JuvenilPertemuan bukanlah keutamaan. Kedekatan bukanlah jaminan. Suka bukanlah tumpuan. Cinta bukanlah kepastian. Dan sayang bukanlah alasan. Karena orang yang benar-benar bisa menjadi penghangat, itulah yang kucari diantara kalian. ©oneda_ 01/02/18