24

919 38 6
                                    

Evren POV

"Pak Bambang, saya pesen satu porsi bakso jumbo ya!"

"Saya juga, Pak!"

Beginilah rutinitas para pelajar usai bel istirahat berdering. Yap! Membeli jajanan di kantin itu menjadi pilihan yang tepat. Selain bisa menghirup udara segar, tempat itu juga bisa mengisi perut yang sudah keroncongan.

Biasanya sih cewek-cewek di sekolah ini sering banget tuh yang namanya ngobrol-in program diet, apalagi pas jajan di kantin. Aku sering sekali mendengar mereka sedang membicarakan-nya dan banyak dari mereka yang mengakui kegagalan dari program diet-nya. Banyak pula dari mereka merasa kesulitan untuk berpegang teguh pada program tersebut.

Namun, tidak dengan dua orang yang kini sedang berada di hadapanku. Ran dan Lin, justu cewek-cewek ini sama sekali tak berminat pada program diet. Mungkin karena badan mereka yang sudah langsing, jadi mereka malah mempunyai tekad sebaliknya yaitu mempunyai target untuk menambah berat badan.

Awalnya sih aku tidak menyangka bisa sekelas lagi dengan kedua orang ini. Sekarang aku tahu penyebab diriku tidak bisa jauh dari mereka, karena aku sadar bahwa hidupku memang sudah ditakdirkan untuk dikelilingi oleh orang-orang unik. Bagaimana tidak aku berpikir demikian, coba bayangkan Ran dan Lin beberapa menit yang lalu sudah memakan semangkuk mie ayam, akan tetapi mereka masih saja nekat untuk memesan semangkuk bakso jumbo. Ya ampun, ada-ada saja.

"Silahkan dimakan, Neng ..." tutur Pak Bambang, perlahan ia meletakkan kedua buah mangkuk berisi bakso jumbo tersebut di atas meja makan tempat kami berada.

"Bapak orang Betawi ya?" tanyaku sambil menebak-nebak, aku baru sadar bahwa Beliau baru saja mengucap sepatah kata yang sama persis seperti yang dipakai oleh Bunda Mega sehari-hari

"Iye, emangnye kenape? Eneng orang Betawi juga ye?" pertanyaan Pak Bambang tertuju padaku.

"Saya bukan orang Betawi, Pak. Ayah sama Ibu orang asli Jawa, tadi saya cuma nanya aja kok," jawabku sambil menyunggingkan senyum pada Beliau.

"Bapak pikir kamu orang asli sini," kiranya, lalu Beliau kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

"Emuang siapua yang oruwang Betauwi?" saking penasarannya Ran memaksakan dirinya untuk bertanya hal tersebut padaku, padahal mulutnya sedang dipenuhi potongan bakso jumbo yang masih dikunyah.

Aku menggeleng-gelengkan kepala karena melihat cara makan si gadis berambut kepang yang kurang etis ini. "Gue bakal jawab pertanyaan lo setelah lo telen tuh bakso," kataku disertai kekehan kecil.

Dan ia pun menuruti perkataanku barusan. "Sekarang apa? Ayo jawab! Gue penasaran tau!" kata Ran, ia terlihat ngotot sekali.

Daripada aku dihajar Ran, langsung saja aku cepat-cepat angkat suara. "Yang orang Betawi tuh Bundanya Alby."

Elin mengerutkan dahinya seolah tak percaya pada kebenaran ini. "Otomatis Alby orang Betawi dong? Gue gak nyangka kalo dia orang Betawi."

Ran menoleh kearah Elin sejenak dan kembali menatapku. "Sama gue juga gak nyangka. Gue pikir dia orang Sunda," kira Ran.

"Oh, ya. Btw, si Alby gimana kabarnya? Soalnya udah seminggu dia gak masuk sekolah," tanya Lin mengganti topik perbincangan.

"Alhamdulillah, kondisinya semakin lama semakin membaik dan Dokter bilang lusa dia udah dibolehin masuk sekolah," jawabku bersemangat.

"Alhamdulillah, kita jadi ikut seneng dengernya," ucap Lin lega dan Ran pun ikut tersenyum usai mendengar kondisi Alby.

"Hey, kalian! Lagi pada ngapain nih? Kayaknya asyik banget," ditengah percakapan kami bertiga tiba-tiba muncul suara tepat di atas kepalaku.

Lalu kudongakkan kepala sedikit dan nampak jelas wujud dari sang pemilik suara tersebut. "Kak Ulka!" ucapku sedikit terkejut. Akhirnya aku bisa bertemu lagi dengan Kakak kelas idamanku ini. Semenjak Kak Ulka datang menyelematkanku dari Kak Bobcha, disaat itulah aku mulai mengidolakannya. Kak Ulka hanyalah seorang gadis dengan gaya sederhana, namun dibalik semua itu ia sangat berani saat melawan Kak Bobcha yang mirip seperti singa jantan yang sedang mengamuk. Bukan hanya itu tapi ia juga kuat menahan rasa sakit saat didorong oleh seorang laki-laki tidak tahu diri hingga tubuhnya tersungkur, ia juga berbaik hati untuk menawarkan bantuan padaku. Pokoknya Kak Ulka itu strong girl banget deh buat aku.

Kemudian Kak Ulka duduk di sampingku sambil memperkenalkan dirinya pada Ran dan Lin. Setelah menjalani perbincangan dalam beberapa menit nampaknya Ran dan Lin mulai terlihat akrab pada Kak Ulka. Aku jadi senang mereka bisa berkawan baik sama sepertiku. Kamipun membuka obrolan hangat seperti bertukar cerita dari pengalaman pribadi. Saking asyiknya sampai hampir lupa masuk kelas karena tak satu pun dari kami mendengar bel masuk berdering. Begitulah kalau sudah kumpul bersama teman-teman terkadang suka tak ingat waktu.

~●~

My Warm BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang