Author POV
Cowok tampan seperti Wiam yang terlihat gagah berani ini, seketika nyalinya langsung ciut ketika memasukki ruang BK, di dalam bayang-bayangnya kini terlihat seperti tempat eksekusi untuk orang-orang barbar, karena pada kenyataannya ruang BK sering dijadikan sebagai tempat para murid yang siap untuk diintrogasi atas pelanggaran yang telah dilakukan mulai dari ringan hingga kasus berat, namun kapanpun akan siap ditangani hingga tuntas oleh Guru BK. Selain mendapat poin pelanggaran, bisa saja Guru BK itu juga memberi surat panggilan untuk orang tuanya. Kurang mengerikan apalagi, bukan?
"Permisi ..." ucap Wiam sembari mengetuk pintu.
Didapatinya sosok Guru yang sedang duduk di salah satu kursi. Nampaknya Guru tersebut yang akan mengintrogasinya, terka Wiam dalam pikirannya. Sejujurnya bila dipertanyakan 'Apakah Wiam sudah siap untuk kena semprot oleh beliau?' tentu jawabannya adalah 'Tidak!' bahkan untuk selamnya, ia tidak akan pernah siap untuk berhadapan dengan Guru BK itu, ini karena terpaksa saja. Dari parasnya saja sudah menonjolkan arti dari kedisiplinan, jadi sudah tidak diragukan lagi bahwa beliau akan mengorek informasi dari Wiam hingga terdalam sekalipun.
"Iya, silahkan masuk, Nak." Biasanya sih awal-awal baik, santun, ramah, tapi kalo udah duduk di kursi keramat, langsung disikat abis.
Wiam semakin tegang. Meskipun ruangkan ini ber-AC akan tetapi ia tetap terasa panas bagai naik angkutan umum yang dipenuhi penumpang. Ya, itu karena suhu tubuhnya yang sedang panas dingin, belum apa-apa sudah panik duluan, sebenarnya memang payah Si Wiam ini. Jikalau ada Tuan Killer Bee dari salah satu tokoh Anime di film Naruto, mungkin ia sudah mencibir Wiam dengan perkataan legendnya yang berbunyi 'Dasar payah, dasar lemah!'
Wi, Wi ... Ada-ada aja lo ah! Lo bikin kesalahan apa coba? Kok sampe bisa dipanggil ke ruang BK gini sih?!! Wiam terus mempertanyakan hal tersebut pada dirinya sendiri. Padahal percuma saja, ia tidak akan mendapat jawabannya, sebab dirinya sendiripun tidak merasa telah berbuat dosa. Namanya juga manusia, jadi suka tak tahu diri.
"Apa benar kamu Wiam Adelard?" tanya Guru tersebut.
Wiam hanya mengangguk kaku dengan kondisi jantung yang masih dag dig dug seolah-olah sedang berhadapan dengan orang yang disukainya.
Lalu, Guru itu mempersilahkan Wiam untuk duduk di sofa yang telah disediakan.
Astagfirullah ... ini nih Wi, ini nih ... Hadeh, hadeh ... berat, berat ... keluhnya dalam hati.
Wiampun segera menuruti perkataan beliau meski terpaksa.
"Begini Wiam, ada yang ingin Ibu tanyakan."
Wiam hanya terdiam sambil menyimak perkataan Guru tersebut. Perlahan keringat mulai membasahi keningnya. Guru ini telah berhasil membuatnya mati kutu.
"Sekarang Ibu mau nanya sama kamu dan Ibu harap kamu mau menjawabnya jujur."
Wiam masih terdiam dengan gaya patungnya.
"Ibu denger-denger, kemarin kamu bolos jam pelajarannya Pak Radit ya?"
SKAKMAT!
Batin Wiam langsung menjerit. Si dodol! Tau gitu kemarin lo gak usah lari, Wi!
Saking tegangnya, Wiam sampai menelan ludah terlebih dulu sebelum berkata sejujurnya pada beliau. "I-iya, Bu."
Tanpa aba-aba Guru itu langsung sigap mengambil rotan yang sudah berada di sebelahnya. Sejak awal Wiam juga sudah menduganya. Beliau lalu menggeprakannya ke atas meja. "Kenapa kamu lakuin itu? Hah?!"
"Bu, sabar, Bu! Kasian atuh, nanti mejanya bisa rusak. Kalo pecah siapa yang ganti?" Reflek Wiam berbicara demikian.
Guru BK itu langsung memelototinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Warm Boyfriend
Teen FictionPertemuan bukanlah keutamaan. Kedekatan bukanlah jaminan. Suka bukanlah tumpuan. Cinta bukanlah kepastian. Dan sayang bukanlah alasan. Karena orang yang benar-benar bisa menjadi penghangat, itulah yang kucari diantara kalian. ©oneda_ 01/02/18