26

930 35 0
                                    

EVREN POV

"Mau apa kita disini?"

Bongkahan keramik juga serpihan beling berserekan dimana-mana. Gelap, kotor, dingin dan sunyi, beginilah kondisi bangunan yang sudah tak terurus lagi. Ya, gedung tua ini nampaknya sudah tidak dihuni sejak puluhan tahun yang lalu. Tempat ini terlihat sangat menyeramkan bagi cewek penakut sepertiku.

Memperhatikannya dari kejauhan saja sudah membuat bulu kudukku merinding, terlebih lagi bila harus dipaksa untuk masuk ke dalamnya. Tentu aku pasti sudah lari terbirit-birit, apabila memang sudah tidak kuat lagi bisa-bisa aku mendadak pingsan di dalam sana sampai esok pagi.

Alby menyunggingkan senyum liciknya. "Emangnya kenapa? Lo takut?"

Aku langsung menggigit bagian bawah bibir. Ragu untuk menjawab pertanyaannya, antara gengsi dan panik. "Siapa bilang?" tantangku, padahal jantungku sudah berdetak tidak karuan.

Ia berbisik ditelingaku. "Yakin? Disana banyak hantunya lho."

Kemudian aku tetap nekat untuk membesarkan nyali. "Gue gak takut tuh sama yang begituan."

Alby mengangkat sebelah alisnya. "Berarti lo berani dong sendirian masuk ke dalem gedung itu."

"I-iya beranilah," kataku dengan penuh keraguan yang terselubung dalam benak.

"Yaudah kalo gitu silahkan masuk." Ia benar-benar sengaja ingin membuat jantungku copot.

Satu, dua, tiga, hingga dua belas langkah kaki sudahku tempuh namun untuk yang ke tiga belas terasa sangat berat sekali untuk dilakukan. Sesekali aku menoleh ke arah Alby untuk memastikan bahwa ia masih tetap berada disana, memperhatikanku dari kejauhan. Hempasan angin bernuansa horror yang diduga berasal dari lorong baseman semakin menciutkan nyaliku untuk melanjutkan tantangan uji nyali ini.

"Kok diem? Ayo cepet masuk!" perintahnya dari kejauhan.

Aku lekas memutar badan, berlari sekencang-kencangnya dan bersembunyi di balik punggung Alby. "Alby gue takut!" pekikku.

Alby menoleh dan tangan kanannya meraih salah satu telapak tanganku yang sedari tadi memegangi kedua sisi bahunya. "Tenang, sekarang lo aman, karena ada gue disini," seketika ia mulai sok jadi pahlawan.

"Lagian untuk apa sih lo ngajak gue ke tempat ini? Orang mah kalo mau ngajak kencan ke mall atau restoran ternama. Lah, ini malah ke tempat yang udah jadi sarang hantu," kini aku merasa kesal atas ide bodohnya.

"Eh, tunggu, tadi lo bilang apa barusan? Kencan?" tanyanya sambil mendekatkan wajahnya padaku. Ia mengangkat sudut kiri bibir. "Siapa juga yang mau kencan sama cewek penakut dan cengeng kayak lo."

Aku melepas pegangangku dari kedua bahunya. "Gue emang penakut tapi gue gak cengeng tau!" ucapku sedikit berteriak di telinganya.

Alby membalikkan badan dan terbahak melihatku.

Aku mengerucutkan bibir. "Gak lucu!"

"Ih galak bingit, abang Alby jadi atut," ledeknya.

Wajahku melengos dan kedua tanganku melipat di bawah dada.

"Ga usah sok ngambek, lo udah imut kok!" Ia membelai lembut rambutku, kemudian meraih tangan kananku. "Ayo masuk! Gue temenin," tuturnya sambil menebar senyuman manis.

Bagai kerbau dicocok hidung, rasa takut ini perlahan memudar dan aku terus mengikuti langkahnya menaiki satu per satu anak tangga hingga kami berdua sampai di puncak gedung. Ternyata tempat ini tidak seseram seperti apa yang aku pikirkan layaknya difilm-film horror. Ternyata dari atas sini tempatnya tersusun rapih dan dibuat tempat untuk berteduh serta ada sofa bekas, meja dan beberapa snack yang sepertinya sengaja disediakan.

My Warm BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang