Author POV
"Alby?!"
"Kenapa? Kok kaget banget sih ngeliat aku dateng?"
Evren melihat raut wajah Alby yang sedang garang, sepertinya ia marah pada Evren dengan kejadian tadi siang. Tubuh Evren bergemetar, ia tidak menyangka bahwa malam ini Alby datang untuk menemuinya, terlebih lagi Ibunya baru pulang dari rumah sakit, ia takut Alby dan Ibunya saling bertatap muka. Bisa-bisa rahasianya terbongkar dan Alby akan semakin marah padanya.
"Kita ngobrolnya di dalem aja ya," pinta Evren seraya mempersilahkan Alby masuk.
"Gak perlu repot-repot, di sini aja," tolak Alby secara halus.
Syukurlah dengan begitu Alby tidak berjumpa dengan Ibunya. Namun, rasanya jadi tidak enak karena bisa saja ada orang lain yang tidak suka melihat mereka sedang berduaan diluar malam-malam begini.
"Ada yang mau aku tanyain ke kamu," ucapnya serius.
"Soal apa?" tanya Evren dengan raut wajah yang mulai panik.
"Kamu tadi siang kemana?"
Kepala Evren tertunduk, ia masih bingung harus berkata apa pada kekasihnya.
"Ren, tolong jawab," pintanya.
Kepalanya kembali menengadah dan mulai mengatakan sesuatu, "a-aku ..."
Alby masih menyimak penjelasan dari Evren.
"Aku tadi siang diboncengin sama dia pake motor," tutur Evren sejujur-jujurnya.
"SIAL!" pekik Alby sambil memukul pintu rumah Evren.
Sudah terduga, inilah reaksi Alby ketika tahu bahwa Wiam dengan kekasihnya bermesraan dibelakangnya.
"Emang kurang ajar tuh anak! Bener-bener harus dikasih pelajaran! Liat aja besok, bakal aku bikin babak belur!" emosi Alby semakin meledak-ledak.
Evren langsung berusaha untuk menenangkan Alby yang sedang naik darah. "Udah, Alby, udah!"
"Gak bisa gitu, Ren! Ini sih udah kelewat batas!" Alby sangat marah hingga nafasnya tak beraturan. Rasanya ia segera ingin menghajar wajah rivalnya.
"Alby udah Alby, aku mohon!" Dipeluknya erat tubuh Alby.
Alby yang melihat Evren seperti ini langsung meredam amarahnya sedikit demi sedikit.
"Aku mohon, kalian jangan berantem lagi!" Tak sadar Evren telah meneteskan air matanya.
Alby langsung membalas pelukan dari Evren dan segera meminta maaf atas perlakuannya. Terkadang emosinya sulit untuk dikendalikan.
"Iya, aku gak akan apa-apain dia, tapi untuk kali ini aja."
Alby melepas pelukkan dari Evren dan segera menengadahkan wajah kekasihnya. "Dengerin aku ya, aku begini karena aku tau dia itu sebenernya jahat. Dia itu jahat pengen misahin kita berdua."
Evren hanya terdiam dan terus menatap bola mata Alby.
"Jangan sedih lagi ya." Kemudian Alby menghapus air mata kekasihnya.
Evren mengangguk dan segera membersihkan kembali air mata yang tersisa di wajahnya.
"Oh ya, Ibu kamu mana?"
"Ada kok di dalem, lagi istirahat di kamar."
"Yaudah kalo gitu aku titip salam aja ya."
"Loh, kamu mau langsung pulang?"
Alby mengangguk. "Iya, kasian Bunda ditinggal sendirian di rumah, nanti kalo aku gak ada yang mau nemenin nonton sinetron kesukaannya siapa?"
Evren langsung terkekeh mendengar perkataan Alby. "Yaudah gih sana, hati-hati ya! Jangan lupa besok dateng pagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Warm Boyfriend
Ficção AdolescentePertemuan bukanlah keutamaan. Kedekatan bukanlah jaminan. Suka bukanlah tumpuan. Cinta bukanlah kepastian. Dan sayang bukanlah alasan. Karena orang yang benar-benar bisa menjadi penghangat, itulah yang kucari diantara kalian. ©oneda_ 01/02/18