Author POV
"Yes sekarang jam pelajaran lintas minat Biologi!" seru Alby sambil mengangkat kedua kepalan tangannya setinggi mungkin hingga melebihi kepalanya. Ia bersorak-sorak penuh kebahagiaan hingga membuat Evren tertawa melihat tingkah konyolnya hari ini.
"Widih, kayaknya semangat banget nih pengen belajar," celetuk kekasihnya.
"Harus dong! Alby-kan pengen jadi anak rajin." Jarang sekali ada cowok yang ketika berbicara akan menyebut namanya sendiri. Justru itu akan menimbulkan kesan aneh dan menggelikan bila didengar langsung oleh teman-temannya terlebih lagi oleh cowok lain. Alby yang tampan, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung ini bisa-bisa akan diberi cap seperti banci bila ia terus mencoba untuk menyebut namanya sendiri ketika sedang berbicara dengan orang lain. Akan tetapi, hal itu tidak Evren pikirkan didalam kepalanya, menurutnya Alby itu hanya ingin mencoba untuk terkesan lebih ekspresif ketika sedang berbicara padanya.
"Emang sebelumnya kamu nggak rajin?" tanya Evren sambil menaikkan sebelah alisnya.
Alby menoleh dan membenarkan kalimat yang baru saja ia ucapkan. "Eh, salah deh! Maksud Alby itu, Alby-kan udah jadi anak rajin, nah sekarang pengen jadi tambah rajin lagi."
Evren tertawa sejenak dan kembali menanyakan sesuatu pada kekasihnya. "Apa alasan Alby pengen jadi lebih rajin lagi dari sebelumnya?"
Alby melirik ke arah Evren kemudian ia menjawabnya dengan sumringah. "Alasannya cukup sederhana kok, yaitu supaya Evren makin sayang sama Alby!" Kedua mata mereka kini saling beradu satu sama lain.
Evren tertunduk sejenak dan kembali menengadah, masih dengan tawa yang melebar dibibirnya. "Kamu ini, ada-ada aja!"
"Aku serius loh!" katanya.
"Iya aku percaya kok," tutur Evren, kemudian ia menebarkan senyum manis pada kekasihnya.
"Apa harus aku kasih tau ke semua orang biar kamu percaya?" tanya Alby.
Padahal belum ada jawaban dari Evren, akan tetapi Alby kini bangkit dari kursinya dan naik ke atas meja, tanpa ragu ia melakukan hal konyol itu dihadapan teman-teman sekelasnya.
"Alby turun! Kamu ngapain berdiri diatas meja kayak gitu?!" kekasihnya tak menyangka Alby akan serius melakukannya.
"Untuk apa aku turun?" ia justru malah melontarkan pertanyaan, seolah-olah ia tidak memahami maksud dari perkataan kekasihnya.
"Pokoknya turun! Nanti kamu bisa jatoh!" perintah Evren.
"Gak mau! Pokoknya aku gak mau turun!" bantahnya. "Lagi pula badan aku nggak gendut kayak Si Ketua MPK itu. Mejanya juga kuat," ia berkata sambil melompat-lompat diatas meja tersebut seperti anak kecil yang memiliki tubuh ramping.
"Eh-eh! Alby jangan loncat-loncat begitu, kasian nanti mejanya rusak!" perintah Evren untuk kesekian kali.
"Lah kok mejanya doang sih yang dikasihanin?" tanya Alby heran.
Rania dan Elin saling bertukar pandang ketika melihat Alby. Mereka berdua baru menyadari kekonyolan yang sedang Alby lakukan.
"Itu Si Alby ngapain dah, Lin?"
"Tau dia mah kocak banget, Ran!"
"Eh Alby lo ngapain sih, malu-maluin banget dah!" Rania mengkomentari kelakuan konyol Sang kekasih sahabatnya.
"Eh turun, dodol! Nanti kalo ada Bu Lilis gimana?!" Lin juga memerintahkan Alby untuk segera menghentikan kekonyolannya.
"Biarin!"
"Deh, nih anak kalo dibilangin susah amat yak!" geram Elin.
"Eh, gimana nih? Bantuin gue dong!" pinta Evren.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Warm Boyfriend
Teen FictionPertemuan bukanlah keutamaan. Kedekatan bukanlah jaminan. Suka bukanlah tumpuan. Cinta bukanlah kepastian. Dan sayang bukanlah alasan. Karena orang yang benar-benar bisa menjadi penghangat, itulah yang kucari diantara kalian. ©oneda_ 01/02/18