9 [part 4]

1.6K 105 12
                                    

Evren POV

Saat itu seisi kelas tertawa lebar melihat kelakuanku dan Alby. Malu juga sih jadi bahan tertawaan tapi aku yakin sekali disaat itu pula Alby malu tingkat dewa.

Kak Sekar memprovokatori para adik kelas barunya. "Awas loh, jangan kebanyakan berantem nanti jodoh!"

Aku dan Alby saling lihat-lihatan satu sama lain. Tentu ada rasa saling jijik diantara kami berdua.

"Idihh, saya sama Alby? Nggak pokoknya nggakk!!!"

Alby ikutan bereaksi. "Iihhh, siapa juga yang mau dapet jodoh kayak dia," tuturnya sambil melirikku.

"Kalian pada setuju nggak kalo mereka bakal kita jodohin bareng-bareng?" tanya Kak Sekar pada seluruh siswa-siswi di kelas X IPS 4.

"SETUJU!!!" jawab mereka serentak.

"NGGAKKKK!!!" tolak aku dan Alby ngotot bertekad bulat.

"Tuh kan sehati jawabnya sampe barengan gitu," lagi-lagi Kak Sekar memanas-manasi kami berdua.

Payah mukaku mau taruh dimana kalau begini jadinya? Perasaan belakangan ini rasanya aku serba salah terus. Apa-apa salah, dikit-dikit salah. Kapan benarnya coba? Sekarang malah jadi sasaran empuk. Tamat sudah dikeroyok satu kelas.

"Kak tadi katanya mau maen games, kenapa jadi bahas beginian sih?" Alby berusaha mengganti topik agar terhindar dari cemohan mereka.

Kak Sekar menepuk jidat. "Kakak lupa, sorry-sorry."

"Pinter juga lo!" pujiku sambil berbisik ke telinganya.

Dia memberi senyum miring penuh kesombongan padaku.

"Sebelum games dimulai, Kakak mau kasih tau rules-nya. Jadi, kalian akan Kakak kasih 12 pertanyaan sesuai dengan 12 kotak yang udah kalian kasih nomor tadi. Setelah itu kalian harus cari jawabannya melalui teman kalian sendiri dan jangan lupa minta tanda tangan ke orang tersebut. Abis itu langsung kumpulin ke Kakak. Orang yang pertama kali ngumpulin akan Kakak beri hadiah."

"Masa cuma orang pertama doang Kak? Kan muridnya ada 36," protes salah satu siswa berkacamata.

"Kemungkinan untuk menang bakal tipis, Kak," Alby ikut kompromi dengan protes siswa berkacamata itu.

"Ya nih, Pelit banget!" murid lain menyetujui protesan dari mereka berdua.

"Dehhh, malah pada nawar nih bocah!" teman Kak Sekar mulai emosi.

Kak Sekar mencari solusi agar tidak diamuk masa para adek kelas barunya. "Setelah ini bakal ada games lagi kok. Kalian gak perlu takut semua bakal kebagian hadiah."

"Bener ya janji?" Alby memastikan ucapan Kak Sekar bukan hanya sekedar omong kosong.

"Insyaallah," tuturnya ragu.

"PHP doang nih Kakak OSIS!" celetukku.

"Jangan salah loh, Kak! Kata 'Insyaallah' itu artinya berusaha sepenuhnya untuk melaksanakan suatu perbuatan atau janji pada orang lain," lagi-lagi Alby ikut menambahkan.

"Hayo lohh, Kak," aku kembali mengeluarkan suara.

"Iye, Iyee ... Maaf, Dek."

Inilah contoh minta maaf tak ikhlas ala Kak Sekar.

"Lanjut ah, Kak,  ngomul mulu dari tadi!" ucap Alby.

Teman Kak Sekar berdecak kesal. "Yaudahh, kalo gitu kita mulai. Nomor satu, siapa nama orang yang punya puser-puseran lebih dari 2 di kepala?"

"HAHH?!!"

"Situ ngelawak?" komen siswa kembali bermunculan gara-gara saking anehnya mendengar pertanyaan konyol macam itu.

"Udah diem tulis aja!" perintah teman Kak Sekar penuh amarah.

Biarku tebak sifat dominan temen Kak Sekar itu jutek dan pastinya dia tukang marah-marah, untung dia bukan Kakakku.

"Nomor dua, tulis nama temen cowok kalian yang ukuran sepatunya 39!" pintanya lagi.

"Emang ada Kak ukuran kaki cowok anak SMA segitu?"

"Lo pada belom liat gue ngamuk ya?"

Sadis sangat nih manusia. Mungkin ini alasan mengapa dia dipilih sebagai OSIS.

"Ren ukuran sepatu lo berapa?"

"Mau lo apa-in, Al?"

"Ukuran 39 bukan?"

"Ya, kenapa emang?"

"Cepet copot sepatu lo! Gue pengen minjem."

"Oh jadi ini ide licik lo. Lo minjem sepatu gue supaya lo dipintain tanda tangan sama penghuni kelas ini? Tujuan utama lo pasti biar famous terutama dikalangan cewek-cewek-kan? HAH, gampang banget ketebak!"

"Kalo iya kenapa?"

"Enak di lo nggak enak di gue!"

"Sebentar doang kok. Untuk sementara lo pake sepatu gue dulu nih."

"Ogah, sikil lo bau!"

"Please, Ren. Kali ini aja," rayunya.

"Yaudah, iya!"

Dengan berat hati kulepas kedua sepatu baruku kemudian-ku berikan padanya. Ia pun langsung mengenakannya tanpa ada rasa jijik sedikitpun, aneh bukan? Aku saja jijik memakai sepatu miliknya, tapi dia terlihat kesulitan pada saat memasukkan kakinya kedalam dikarenakan ukuran sepatuku yang memang terlalu kecil untuknya. Lagi pula itu salah dia sendiri yang terlalu memaksakan kehendak dan aku hanya bisa cekikikan melihat tingkah konyolnya.

Hari ini beragam jenis pertanyaan konyol itu telah tuntas tertulis rapih oleh tinta hitam bolpen dengan sangat jelas di buku tulis milik siswa-siswi X IPS 4 dan anehnya permainan games ini dimenangkan oleh salah satu spesies manusia unik yang belum lama kukenal, kau tahu siapa? Si calon pengrusuh kelas. Tidak perluku sebut namanya kalian sudah pasti tahu bukan?

~●~

GIF ALBY >< EVREN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GIF ALBY >< EVREN

My Warm BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang