Evren POV
Rumah minimalis dengan perpaduan cat berwarna cream serta hijau toska membuat suasana hati menjadi sejuk bagaikan melihat ketuduhan dari pepohonan yang rindang dihamparan hutan luas. Seolah hidup dengan penuh keasrian. Serta menandakan bahwa dihuni manusia pencinta alam.
"Permisi ... Assalamualaikum."
Beberapa menit setelahnya keberanianku berhasil terkumpul hingga yakin tangan ini bergerak untuk mengetuk pintu tersebut.
"Wa'alaikumsalam," sahut seseorang dari dalam rumah.
Tanpa harus menunggu rentang waktu yang lama di depan teras rumahnya, keluarlah sesosok wanita berpakaian daster bermotif bunga-bunga tulip.
"Bujug buneng ade neng bahenol, nyari sape neng?" ("Busyet dah ada neng cantik, cari siapa?")
What? Bahasa alien ke berapa tuh?
Aku memberi sebuah cengiran lebar, pertanda bahwa kini aku kurang memahami bahasa asing tersebut. "Saya temennya Alby, Tante," tuturku lembut.
"Oh ... Bang Ably-nye lagi gering gara-gara maren." ("Oh ..., Alby-nya lagi sakit gara-gara kemarin.")
Aku mengerutkan dahi. "Bang Alby?"
"Iye kalo di rumeh namanye emang begono neng." ("Iya, kalau di rumah namanya memang begitu.")
"Oh gitu," ucapku sedikit paham.
"Udeh neng masuk, jangan diem baek dimari." ("Sudah masuk, jangan diam saja disini.")
Intinya setelah mendengar kata 'masuk' aku langsung menuruti perintah Beliau dengan senang hati, akan tetapi perasaanku tidak enak karena akan mendengar bagaimana kelanjutan logat itu terdengar masuk ke dalam telingaku.
Selain bagian depan teras rumah tertata rapih, ternyata ketika masuk ke dalam, sungguh ini dekorasi rumah impian sesuai dengan seleraku. Semua benar-benar tertata rapih dan bersih, bisa-bisa semut terpeleset karena saking licin dan kinclongnya lantai yang kupijak. Sebagai penambah untuk menyejukkan mata tak lupa diberikan pula tanaman hias berbahan plastik dibagian sudut ruangan. Kolam ikan koi sengaja dibuat dekat dengan bagian ruang makan, tentu ini sebagai penambah kecantikan rumah.
Sampailah kami di sebuah kamar dengan pintu berwarna putih susu dan aku dikagetkan dengan tulisan Don't enter except the handsome owner! sepertinya memang sengaja ditempel oleh sang pemilik, saat itu pula aku mengernyitkan dahi.
"Nih kamarnye Bang Alby," tutur Beliau.
"Oh ini ... Ren boleh masuk gak, Tante?" tanyaku ragu.
"Boleh-boleh. Kalo gitu Tante ke dapur dulu ye buat nyiapin makanan."
"Gak usah repot-repot Tante, lagi pula Ren cuma sebentar kok."
"Kagak ape-ape, minimal neng ngemil dulu, kan lumayan buat ganjel perut."
"Yahh ... Jadi ngerepotin deh ... Sebelumnya makasih banyak ya Tante."
"Same-same. Tante tinggal dulu ye ..."
Baiklah aku tinggal masuk ke dalam kamar Alby dengan santai, tapi detak jantungku tiba-tiba naik drastis. Huh, Keep calm.
Saat pintu terbuka lebar aku tidak sengaja melihat Alby yang hanya memakai celana boxer berwarna merah tanpa atasan.
"Astagfirullah ..." aku langsung menutup mataku dengan kedua telapak tangan.
"Buset, kalo masuk ketok pintu dulu napa!" Alby langsung marah-marah tidak jelas diselingi kekagetannya melihat kehadiranku yang tiba-tiba masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu ataupun minta izin darinya.
"Maaf-maaf ... Gue gak sengaja ... Serius deh ..." ucapku sambil memberi lambang jari peace padanya.
"Yaelah, santai aja kali! Gue cuma kaget doang tadi. Gapapa elah buka aja mata lo, gue udah make baju," katanya.
Perlahanku singkirkan kedua tangan yang menghalangi kedua mataku.
"Kok lo bisa tau rumah gue sih? Oh ... Gue tau nih ... Pasti lo diem-diem mata-matain gue-kan? Ngaku lo!" tuduhnya seraya menunjuk-nunjuk diriku menggunakan jari telunjuk.
"Nggak tuh, lo-nya aja yang kePD-an!" tuturku sesuai fakta.
"KePD-an gimana? Buktinya lo sekarang bisa ada disini. Udah ngaku aja! Gue tau kok kalo lo itu penggemar rahasia gue," lagi-lagi ia menuduhku yang bukan-bukan. Ia senyam-senyum kegirangan.
"Idihh ..." aku bergidik geli.
"Alah ... Udah sekarang mending lo jujur aja sama gue! Lo sebenernya kangen-kan sama gue?"
TBC ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Warm Boyfriend
Teen FictionPertemuan bukanlah keutamaan. Kedekatan bukanlah jaminan. Suka bukanlah tumpuan. Cinta bukanlah kepastian. Dan sayang bukanlah alasan. Karena orang yang benar-benar bisa menjadi penghangat, itulah yang kucari diantara kalian. ©oneda_ 01/02/18