Diam adalah caraku mengekspresikan kekecewaan.
***Clara menendang batu kerikil sembarangan bosan karena berjalan seorang diri untuk pergi pulang kebetulan ibu dan ayahnya tidak bisa menjemput karena sibuk dengan urusan nya masing-masing jadi ia pulang naik kendaraan umum namun berhenti dipersimpangan jalan yang masih jauh dari rumahnya karena tadi ia salah naik angkot yang jurusannya ternyata berbeda. Maklumlah clara tak biasa naik angkot jadi ia tak tau angkot yang mana yang harus ia tumpangi untuk kerumahnya.
Ia menengadahkan kepalanya memandangi langit kemerahan mulai muncul disana memberikan kesan keindahan yang berbeda memberikan kesejukan yang selalu ingin clara rasakan. Clara tersenyum melanjutkan langkahnya dengan riang namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat sebuah motor menghadang nya dengan tak sopan.
Si pengemudi itu melepaskan helmnya kemudian tersenyum kepada clara "Agian"
Jujur, clara tak mengenali motor agian yang sekarang ini motornya beda dari yang biasanya.
"Ikut aku" agian mencekal pergelangan tangan clara lembut kemudian memberikan isyarat agar clara naik kemotornya.
Cepat-cepat clara menggeleng berusaha melepaskan cekalannya namun ia kalah tenaga.
"Kenapa? " tanya agian.
"Urusan kita sudah selesai agi" Clara berusaha santai menatap manik mata tajam agian "Maaf aku bener-bener gak bisa"
Agian tersenyum sekilas mengusap lembut punggung tanganku "tak apa. Kita masih bisa jadi temankan? "
Clara mengangguk diiringi senyuman tulus.
"Yasudah ayo ikut. Aku temanmu bukan? "
Clara terdiam namun sedetik kemudian ia mengangguk ragu-ragu tak urung ia menaiki motor itu kemudian agian melajukannya lambat-lambat.
Sebelumnya suasana diantara keduanya hening tanpa suara tapi kemudian agian memecah keheningan yang sempat tercipta itu.
"Kamu lihat aku dimana sama wanita? "
"Pulang sekolah "
"Kapan? "
"mungkin kamu akan lupa karena terlalu banyak wanita yang kamu ajak pulang bareng"
"Kamu cemburu? " Clara memalingkan wajahnya agak risih dengan pertanyaan barusan.
Dulu mungkin ia akan menjawab 'iya' namun berbeda dengan sekarang. Jelas jika sekarang jawabannya 'tidak' karena ia yakin ia sudah move on sepenuhnya.
"Gak usah geer. "
"Kamu gak nyesel udah nolak aku? "
"Nyesel atas dasar? "
"gak usah pura-pura move on kalau nyatanya belum move on"
"Gak usah maksa aku agian. Aku beneran gak bisa. Aku takut kejadian sebelumnya terulang" Clara mengarahkan pandangannya kearah langit-langit "Kamu pergi ninggalin aku lagi"
Agian tiba-tiba berhenti dan menepikan motornya. Ia turun dari motornya diikuti clara yang kebingungan. Tak diduga agian menangkup wajah clara dan menatapnya sungguh-sungguh "percaya sama aku. Aku gak bakal ninggalin kamu untuk kedua kalinya "
"Jaminannya? "
"Aku gak bisa kasih jaminan tapi aku ngejamin diriku sendiri. Pukul aku jika aku ingkar janji atau jika perlu bunuh aku sekalian"
"Gak usah lebay" kata clara.
Agian terkekeh "Percaya? "
Clara mengangguk lemah disambut senyuman mengembang dari bibir agian "Jadi? " tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...