Bertahan dalam harapan memang menyakitkan namun melepaskan harapan yang belum tergenggam jauh lebih menyakitkan.
***
Clara merapihkan seragamnya yang agak kusut kemudian merapihkan juga rambutnya yang berantakan tak beraturan. Ia berjalan menghampiri kulkas dengan riang gembira senyuman ceria tak pernah luntur terpancar dari bibir mungil itu seakan bibirnya itu sudah dilem untuk tersenyum setiap saat.
Ia menghembuskan napasnya pelan masih dengan senyum yang makin merekah perlahan tangannya mulai bergerak memegangi gagang kulkas dan membukanya.
Matanya melotot sempurna senyuman yang merekah sedari tadi pudar begitu saja digantikan dengan perasaan yang kesal bukan main.
"Aaaaaaaaaaaa SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MAKAN COKLAT ARAAAA" teriak clara nyaring hingga membuat gweni berlari panik.
"ha kenapa sayang ada apa? Kebakaran atau kenapa? Kepeleset? Atau kecoa? "
Clara menatap ibunya tajam "KENAPA coklat ara tinggal bungkusnya aja?" ia berkacak pinggang karena kesal "Siapa yang makan? "
Gweni meringis menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Ehehe Maaf mamah yang makan. Abis enak sampe gak kerasa kalo udah abis"
Bahu clara merosot tubuh yang sedari tadi semangat tiba-tiba pudar begitu saja. Ia mamasang muka melasnya "mamahh itukan dari alvaro"
"Yah duh gimana dong mamah gak tau kamu gak bilang juga. Udah tau mamah suka coklat ya kalo ada coklat pasti mama makanlah"
Clara meraih bungkus coklat itu dengan lemah kemudian berjalan gontai tanpa semangat "Ara males sekolah. Ara mau libur sekolah"
Gweni melotot mendengar ucapan anaknya barusan "Gak! Kamu harus sekolah jangan garagara hal sepele gak sekolah. Cepet jangan loyo! "
Clara menatap ibunya tanpa minat "Tapi ma—"
"Gak ada tapi-tapian!"
Clara menghembuskan napasnya kasar "Yaudah deh. Bentar ara keatas dulu"
Clara berjalan menuju kamarnya kemudian meraih kotak persegi panjang yang transparan. Ia meletakkan bungkus coklat itu kedalam kotak lalu menyimpan kotak itu disederetan koleksi novel-novel clara dekat rak.
"Maaf ya aku gak sempet makan kamu. Tapi aku akan merawat kamu biar aku ngerasa bersama alvaro terus " clara tersenyum sekilas sebelum meninggalkan kamarnya dan bergegas pergi sekolah.
Ibunya—gweni—hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Perasaan dulu saat masih muda gweni gak gitu-gitu amat ah mungkin turunan dari ayahnya alias gavin. Dia kan tengil bukan main.
***
Clara membaca buku geografi dihadapannya tanpa minat. Geografi itu menurutnya pelajaran yang paling ia tak sukai selain gurunya yang killer juga pelajarannya terlalu rumit. Harus memepelajari batu-batuan yang namanya aneh-aneh sekali, tentang Lapisan-lapisan bumi dan yang lainnya yang jelas itu sangat membuat otaknya berpikir keras untuk sekedar memahaminya.
Apalagi ditambah dengan suasana hatinya yang sedang kurang baik akibat kejadian tadi pagi yaitu insiden coklat hilang berbekas bungkusnya yang ternyata dimakan ibunya tanpa izin. Komplit sudah semuanya yang membuat hati seorang clara tak enak seperti ini. Tak bersemangat sama sekali.
Selly menyikut lengan clara keras "Woy lo baca buku apa ngelamun sih?"
Clara mendongak dengan malas "liatin buku " balasnya sekenanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/126536662-288-k414698.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Genç KurguSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...