Kukira kamu akan menyembuhkan luka tapi nyatanya kamu malah menyempurnakan luka.
***
Pagi-pagi sekali clara bangun sebelum subuh tiba. Ia bergegas mandi membersihkan badannya agar merasa segar. Semalam ia susah tidur akibat perkataan menyayatkan alvaro yang membuatnya kepikiran terus menerus. Baru kali ini alvaro bersikap acuh seperti ini yang membuat clara jadi bingung sendiri.
Rasanya jauh dengan alvaro itu sama saja menyiksa batinnya sendiri.
Ia membuka gordeng jendelanya dan berdiri setia menatap keluar jendela.
Pikirannya hanyut menerka-nerka pada segala hal yang berhubungan dengan alvaro. Clara bingung harus bagaimana sekarang ia sama sekali tak tahu menahu letak kesalahannya. Maka dari itu clara lebih baik dimaki sekalian daripada didiamkan seperti ini tanpa tau letak kesalahannya.
Ia berjalan menghampiri sederetan rak buku novelnya kemudian tangannya terulur meraih sebuah kotak berisikan bungkus coklat dari alvaro itu. Lihat saja, bungkusnya saja clara abadikan apalagi cintanya pasti abadi untuk selamanya..
"Al, Kenapa sih sikap lo kayak bunglon? Gampang berubah-ubah! "
Clara menatap nanar bungkus coklat digenggamannya sesekali ia mengusap nya pelan berusaha menghilangkan sesak didadanya jika mengingat kata-kata alvaro kemarin. Jujur hatinya teriris bahkan merasa miris karena dengan teganya alvaro membunuh setiap jengkal hati clara yang sudah tersusun rapih untuknya hanya untuknya!
Kenapa disaat clara sudah membuka hatinya untuk yang lain tapi ternyata orang itu membuat luka clara semakin menganga lebih lebar. Kenapa ia selalu salah meletakkan hati?
Ceklek!
Clara terhenyak dari lamunannya saat pintu kamarnya dibuka tanpa mengetuk dan menampilkan Vidha yang langsung berlari berhambur kepelukan clara hingga clara dibuat bingung.
"hikss.. Clarr.. hikss.."
Clara mengendorkan pelukannya menatap wajah kusut sahabatnya itu. Ia menangkup wajah vidha dengan prihatin. Lihat saja, matanya membengkak terlihat lingkaran hitam dikantung matanya, bibirnya pucat, wajahnya sangat kacau.
"Lo kenapa? " tanya clara panik akan keadan yang menimpa sahabatnya itu.
Vidha menggeleng lemah "Gu-gue... Bo-boleh ngi-nginep dis-ini g-ak? " tanyanya sesegukan menahan tangis yang tumpah tanpa bisa ditahan.
Clara mengurai rambut vidha "Boleh vid, tapi lo kenapa? "
Vidha menunduk tak tahan "Bo-bokap nyo-nyokap gue berantem. Me-mereka mau cerai hiksss hikss gue gak tau harus berbuat apa hikss dan mereka memperebutkan gue bahkan saling pukul" Vidha menghapus jejak air matanya dengan kasar "Gue gak tahan lagi clar lihat mereka kayak gini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...