Sudah lama Clara tak melakukan suatu kebiasaannya membaca novel. semenjak ia kenal dengan Alvaro, ia jadi melupakan segala kegiatannya saat ia sendirian dan digeluti rasa bosan. Ia jadi rindu pada masa-masa ia suka membaca buku-buku novel yang endingnya selalu mengkisahkan sebuah cinta yang berakhir indah. Berbeda dengan kisah cintanya sekarang yang kandas hanya karena orang ketiga dari masa lalu.
Clara mendudukan dirinya diayunan taman kenangan. Membuka buku novel yang sempat ia beli dulu namun tak sempat ia baca. Halaman perhalaman mulai ia buka dan berhasil menenangkan hatinya hingga ia ikut tenggelam dengan suasana bahagia dalam kisah cinta novel yang dibacanya. Kadang ia terkikik sendiri membacanya sungguh romantis disana dengan seorang lelaki yang dikisahkan tengil dan selera humornya tinggi sangat mencintai seorang perempuan super galak itu.
"tumben diayunan? "
Clara menoleh kesumber suara dan mendapati Alvaro sedang menatapnya lekat. Seakan mengingat kan Clara pada tatapan pertama ia kenal Alvaro dulu. Tatapan yang berhasil merebut hati Clara sepenuhnya.
"Bosan kalo duduk disana terus " Ujar Clara mengedikkan dagunya menunjuk sebuah bangku panjang taman yang biasanya ia duduki bersama Alvaro.
Alvaro tersenyum samar ikut mendudukan dirinya diayunan sebelah Clara.
"Katamu aku jangan ganggu kamu lagi al? Tapi kenapa malah kamu yang ganggu aku? "
Alvaro menatap Clara nanar. Sebegitu bencikah Clara padanya hingga berbicara demikian? Tapi memang benar adanya, jika Alvaro sendiri yang dulu bilang jangan ganggu dirinya tapi mengapa Alvaro mengganggu Clara sendiri. Sungguh jujur dalam lubuk hati yang terdalam Alvaro rindu Clara.
"uh, iya maaf. Kebetulan tadi aku lewat sini dan lihat kamu" jawab Alvaro dengan nada kecewa.
"varo kok kamu malah berdua-duaan sama Si Clara sih? " Claretta yang baru datang menghampiri langsung bergelayut dilengan kekar Alvaro dan marah-marah tak jelas.
"Kebetulan lewat aja. Gak usah berpikiran negatif dulu"
"Aku gak suka ya kamu sama sicewek ganjen ini" Claretta melirik Clara tak suka.
"Claretta! Jaga omongan kamu. Clara itu gak ganjen dia cewek baik-baik!"
"Kok kamu malah bentak aku demi cewek PELAKOR ini" Claretta menunjuk-nunjuk Clara dengan tak sopan dan dengan sengaja meninggikan suaranya pada saat kata pelakor.
"Claretta kamu keterlaluan. Aku kecewa sama kamu"
Claretta memegangi kepalanya kesakitan "Arghh Var kepalaku pusing lagi. Kenapa jadi gelap var? "
Sedetik kemudian Claretta jatuh meluruh tak sadarkan diri dipangkuan Alvaro hingga membuat Clara memekik kaget.
"Claretta bangun cla" Alvaro menepuk-nepuk pelan pipi Claretta berusaha membangunkannya namun tak kunjung membuka matanya.
"Alvaro kok claretta bisa tiba-tiba pingsan gini? Dia kenapa? "
Alvaro melirik sekilas Clara kemudian beralih menatap Claretta yang masih terpejam "sebaiknya kita bawa ke Rumah sakit"
Tanpa pikir panjang, Alvaro segera menggendong Claretta dan membawanya kedalam taxi untuk segera kerumah sakit. Sementara itu, disisi lain Clara yang melihat kejadian itu entah kenapa hatinya merasakan sakit serasa dihujam oleh beberapa ribuan tombak. Tapi Clara berusaha tegar karena ini dalam keadaan darurat dan statusnya sekarang pula bukanlah orang yang berhak untuk dikuasai cemburu.
Karena dia bukanlah siapa-siapa Alvaro.
***
"Gimana Dok keadaan teman saya? " tanya Alvaro khawatir begitu melihat dokter keluar dari ruangan Claretta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...