Setelah sekitar setengah bulan Clara habiskan terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit yang serba putih. Akhirnya hari ini ia diperbolehkan untuk pulang. Ia senang jika memang dirinya lambat laun mulai membaik walaupun ia terkadang merasa sedih jikalau sakit dikepalanya kala mengingat sesuatu terasa berdenyut. Ia terkadang pula sedih disaat orang-orang kesana kemari berjalan dengan kaki mulusnya sedangkan Clara hanya bisa duduk diatas kursi roda. Ingin berjalan lagipun rasanya sulit, kakinya sangat sulit digerakan padahal ia sudah melakukan sebuah terapi tetapi tetap saja kaki dan ingatannya belum kembali seperti semula.
"Sayang jangan melamun" ujar Gweni yang sedang merapihkan pakaian kedalam koper.
"Mah, maaf kalau ingatanku belum kembali "
Gweni mengusap rambut Clara dengan sayang "jangan bilang begitu. Ini semua bukan salah kamu. Ini takdir Clara"
Clara tersenyum mengangguk. Ia bahkan saat pertama melihat kedua orangtua nya, ia sama sekali tak mengingat mereka. Untunglah ayah dan ibunya selalu meyakinkan clara bahwa dirinya memang anak dari Gavin dan gweni. Mulai dari menunjukkan foto masa kecil hingga beranjak dewasa akhirnya Clara percaya bahwa mereka benar-benar orang tuanya.
"Clara jangan melamun terus" ujar Gweni sekali lagi hingga membuat Clara tersenyum samar.
"iya mah"
Drrrttdrtttdrrrtt
Handphone Gweni bergetar hingga menghentikan aktivitas gweni yang sedang merapihkan pakaian itu dan langsung merogoh handphone disakunya.
"Halo?"
"...."
"Oh iya Clara sekarang pulang"
"....."
"Memangnya kamu gak sekolah? "
"......"
"yasudah kalau begitu. Tante tunggu disini yah"
Gweni memasukkan handphonenya kembali kedalam saku celananya dan tersenyum kepada Clara sekilas.
"Siapa mah? "
"Alvaro. Katanya dia mau jemput kamu"
"Alvaro siapa? Sicowok ngeselin itu? "
"Hey sayang gak boleh begitu. Dia itukan pacar kamu"
"Dia bukan pacar aku ma. Lagian ngapain sih pake ngejemput segala? Kan ada papa"
"Papa lagi ada meeting mendadak sayang jadi gak bisa jemput"
Clara mendengus kasar.
"Jangan gitu ah jelek! " Ucap Gweni mencolek hidung Clara sembari terkekeh pelan.
***
"Sini tante biar Alva yang bawa kopernya " Alvaro mengambil alih barang-barang bawaan Gweni lantas segera berjalan kearah mobilnya terparkir.
Sedangkan Gweni, tersenyum ramah mendorong kursi roda Clara dengan santai. Sedari tadi, sejak datangnya Alvaro. Clara terus saja membuang mukanya kearah lain dengan wajah kesalnya. Entah kenapa ia benci sekali dengan orang yang bernama Alvaro itu. Rasanya ingin selalu memaki jika melihat wajahnya yang selalu tersenyum tenang mengaku-ngaku sebagai pacarnya.
"Barang-barangnya udah semua tan? "
"Udah Al"
"Yaudah, biar Al gendong Clara masuk kedalam mobil"
Alvaro hendak menggendong Clara namun segera ditepis kasar oleh Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...