Karena nyatanya kamu hanyalah harapan semu yang tak mungkin kumiliki.
***Setelah dua hari clara tak masuk sekolah akhirnya hari ketiga ini ia sudah merasa lebih baik dari sebelumnya. Badannya sudah sehat bugar kembali walaupun pegal-pegal masih terasa. Efek tidur terus.
Dengan semangat membara clara merapihkan rambutnya memandangi pantulan dirinya dicermin hadapannya. Mulai dari dasi, kerah baju, roknya dan seluruhnya ia rapihkan saat itu juga. Ia ingin hari pertama sekolahnya lagi ia lebih terlihat segar dan cantik. Tidak berpakaian amburawut seperti biasanya. Jujur saja, clara berbanding terbalik dengan gweni jika masalah penampilan. Dulu saat muda gweni lebih condong berpenampilan cuek apa adanya namun clara lebih memperhatikan penampilan nya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Pokoknya ia ingin terlihat perfect soal penampilan.
Clara mulai menuruni anak tangganya satu persatu. Ia masih saja merapihkan penampilan nya yang padahal sudah rapih sekali.
"Sarapan ara" panggil gweni mengingatkan.
"Iya ma—"
"Eh anak tengil papa udah sembuh toh. Sakit apa toh? Hatinya udah sembuh? " potong gavin yang langsung dihadiahi pelototan tajam dari anaknya.
"Ngeselin ih pagi-pagi"
"Iya tau kok papah emang ngangenin"
"Ngangenin pengen nabok " balas gweni yang membuat senyum merekah clara terpancar dibibirnya. Ternyata ibunya membela dirinya yes.
"Loh kok mamah malah belain anak tengil itu bukan belain papah tercinta? " Gavin mencebikkan bibirnya sebal hingga membuat gweni terkekeh."Inget umur sayang jangan kayak anak kecil hobbynya ngeledekin anak terus " Ucap gweni diselasela kekehannya kemudian hendak berjalan kedapur.
Namun gavin menarik lengan gweni hingga gweni terduduk dipangkuan gavin "I Love you girl" bisiknya hingga membuat kulit leher gweni meremang.
Gweni berdecak namun pipinya memerah walaupun sudah berumah tangga begini kenapa ketengilan suaminya ini tak pernah pudar sedikitpun?
Gweni hendak beranjak dari posisinya namun gavin menahannya kembali "I LOVE YOU SAYANG " tegasnya lagi kemudian mencium pipi gweni dengan sayang.
Clara yang melihat kejadian itu secara langsung hanya menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah orang tuanya itu "Eheum jaga jarak aman pah mah. Mata clara masih suci jangan dinodai begini" ucap clara lantang kemudian duduk disamping gavin dimeja makan.
Gweni segera beranjak dari posisinya mencubit pinggang gavin ganas "Love you too deh"
"Aaahh sakit! Jadi istri gak ada romantis-romantisnya dikit aja. Tetep aja galak kayak ibu kost"
Gweni terkekeh "Ibu kost cantik ya"
"Jelek" Balas gavin menjulurkan lidahnya.
"Jelek kok naksir setengah mati gitu"
"Matanya lagi rabun waktu itu mangkanya mau sama kamu" balas gavin sembari terkekeh.
Gweni mencubit lagi pinggang gavin lebih ganas "sembarangan"
"kamu emang jelek kalau lagi marah tapi kamu bisa jadi cantik banget kalo lagi senyum jadi senyum terus ya jangan marah-marah"
"Alah gombal gombel"
Gavin tersenyum menyeringai menggelitiki pinggang gweni gemas.
"ahahahah ampun ampun ahahaha geli avin hahah"
"Apa? Avin? Enak aja nama sebagus-bagus masa jadi avin" gavin semakin gencar menggelitiki pinggang istrinya itu.
"Ahahahaha iyaiya maaf suamiku tercinta hahaha "
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...