Diary

3.8K 194 4
                                    

Biarkan aku mencintai mu seperti pasir kepada ombak yang setia menunggu datangnya ombak setiap detik.
***

Dear Alva...
Jika hatiku sudah terpatri akan namamu. Apa kamu mau untuk menjaga hati ini?
Aku tak tau benar hatimu ditakdirkan untuk siapa. Apakah untuk aku atau untuk dia? Namun sejujurnya aku mengharapkan kau menyukaiku, kau ditakdirkan hanya untukku. Kamu itu ibaratkan bunglon yang selalu berubah-ubah. Kadang didekatmu aku merasa diperlakukan istimewa tapi kadang pula aku diperlakukan seperti orang yang sama sekali tak kau hiraukan. Kamu itu terlalu pandai memainkan peranmu, membolak-balikkan hati aku dan memporak-porandakan nya. Ayolah jika kau cinta katakanlah sejujurnya jangan kau buat aku bingung akan sikapmu yang tak menentu. Menunggu tak seasyik itu al...

Clara menutup diary-nya dengan perasaan aneh yang menjalar. Matahari mulai meredup tergantikan oleh sinar kemerahan yang sangat indah dipandang sore hari. Ditempat ini, diTaman Kenangan lagi-lagi Clara menumpahkan segala perasaan yang terbuncah. Kejadian kemarin sore membuat hatinya terasa pecah berkeping-keping padahal Alvaro bukan siapa-siapanya tapi entah kenapa melihat kedekatan Alvaro dengan Iresya membuat hati Clara mau tak mau terbakar api cemburu.

Tadi Alvaro belum masuk sekolah mungkin karena masih sakit. Ingin rasanya merawat Alvaro sampai sembuh namun jika mengingat kejadian kemarin lagi-lagi Clara merasa enggan akan melakukan hal itu.

Angin sore berhembus menerpa setiap inci kulit Clara membawa kesejukan yang selalu Clara sukai. Clara terhenyak saat sebuah pesawat kertas meluncur jatuh tepat didepan kakinya. Tak urung Clara memungutnya dengan keheranan. Perlahan namun pasti ia membuka pesawat kertas itu dan membaca tulisan yang tertera disana.

'Tumben kepiting ganas ngelamun? Jangan ngelamun cantikan ganas hehe'

Clara terkekeh geli mengedarkan pandangannya mencari kesana-kemari keberadaan sipengirim pesawat kertas itu. Clara tersenyum hangat saat matanya bertemu langsung dengan mata tegas milik Alvaro.

Alvaro balas tersenyum menghampiri dan duduk disebelah Clara.

"Kenal gak? " tanya Alvaro.

"Kenal-lah" balas Clara.

Alvaro menoleh mengangkat dagunya menantang "Siapa? "

"Alvaro Algiero"

"Bukan! "

Clara mengernyit "Terus? "

"Coba dong tebak"

"ah gak tau ah"

"Yaudah kenalan dong!" Alvaro menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Clara terkekeh pelan membalas uluran tangan Alvaro.

"Kenalin aku Butub" ucap Alvaro.

Clara menyatukan alisnya hingga dahinya berlipat-lipat "Butub? "

Alvaro terkekeh "Bunglon Kutub"

"hahahahahaha" Clara terbahak mendengar panggilan darinya yang disebutkan Alvaro barusan.

"garing ya? Ah, gue kan bukan dilan yang selalu romantis" Ucap Alvaro mendramatisir.

"Delan ku haha"

"Buat sambel dong"

"Haha tuh tau" Entah kenapa lelucon receh seperti tadi saja sulit membuat Clara untuk tidak tertawa.  Ia malah terbahak tanpa henti tanpa bisa ia rem.

"Kemarin kok bentar? " tanya Alvaro mulai serius.

"Takut ganggu "

"Lo kan terlanjur kerumah. Ya gak mungkin ganggulah"

Certezza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang