Acara perpisahan untuk melepas kelas dua belas tinggal menghitung hari lagi hingga Alvaro disibukkan dengan berbagai kegiatan. Oleh karena itu, waktu bersama Clara menjadi berkurang berhubung Alvaro menjadi panitia inti dari acara itu dan bagian dari seksi acara atau kegiatan. Mulai dari acara A sampai Z diurusi oleh Alvaro dan rekan-rekan lainnya.
Beruntungnya, Clara mengerti keadaan itu dan tak manja-manja dengan meminta Alvaro untuk selalu bersamanya. Lagipula, akhir -akhir ini Clara sendiri juga disibukkan dengan latihan nyanyinya dan belajar piano pada ibunya atau ayahnya yang memang basic kedua orang tua Clara berada pada bidang musik.
Walaupun suara Clara terbilang merdu ia tetap lemah dalam hal memainkan alat musik apalagi alat musik gitar yang menurutnya susah dimengerti kunci-kuncinya bahkan tangannya pernah memerah akibat menahan senar gitar yang terlalu kuat.
"Kamu pulang duluan aja ya" Alvaro mengelus rambut Clara lembut "Aku masih ada rapat sama panitia yang lain"
Clara tersenyum diikuti dengan anggukan patuh "Semangat yah"
"Pasti" Alvaro balas tersenyum menangkup pipi Clara "Kamu hati-hati. Maaf gak bisa antar pulang"
"Iyah gak apa-apa. Aku ngerti"
"Kalo ada apa-apa dijalan telpon aku"
Clara terkekeh "Lebay Kamu al, akukan udah biasa pulang sendiri gak akan terjadi apa-apa kok"
"Kamu minta jemput tante gweni atau om gavin aja biar aku tenang"
Clara berpikir sejenak "Mama lagi sibuk ada fashion show launching karya-karya barunya"
"Terus kalo papah juga sibuk lagi meeting sama Arsitektur lainnya soalnya ada bisnis dilondon minggu depan" sambung Clara menjelaskan dengan rinci.
Alvaro menghembuskan napasnya kasar "supir kamu gak ada? "
"Supir aku? " Clara nyengir menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Sama. Dia juga lagi pulang kampung anaknya sakit"
"Kenapa semua orang dirumahmu sibuk? "
Clara menggeleng sebagai jawaban. Sementara, Alvaro dipanggil oleh rekannya yang lain untuk segera melakukan rapat mengenai acara perpisahan kelas dua belas.
"Santai aja, aku gak akan kenapa-kenapa jangan lebay sayang" Clara tersenyum hangat untuk meyakinkan "Cepet sana. Udah dipanggil tuh kasihan yang lain kalo harus nungguin kamu yang lagi pacaran"
Alvaro dengan berat hati menghembuskan napasnya kasar "Yaudah pokoknya kamu harus hati-hati. Kalo ada cowok yang godain, kamu cubit aja perutnya terus tendang kakinya. Udah gitu kamu langsung lari telpon aku juga jangan lupa"
Clara terbahak mendengar segala kekhawatiran kekasihnya yang sangat berlebihan itu "Bawel banget ini cowok. Anak siapa sih? "
Alvaro mengapit hidung Clara dengan gemas "Yee dibilangin malah ngatain"
"Habis jadi cowok kok cerewet kayak cewek"
"Biarin yang penting sayang"
Clara terkekeh mengangguk-anggukan kepalanya.
"Yasudah, aku kesana ya. Daah"
Clara tersenyum "Iya pak bos"
Alvaro berjalan menuju ruangan rapat dan meninggalkan Clara seorang diri. Clara senyum-senyum sendiri kala mengingat begitu besar kekhawatiran kekasihnya kepada dirinya hingga berlaku cerewet layaknya seorang ayah pada anaknya. Jujur, hati Clara menghangat begitu senang diperlakukan seperti itu. Yang artinya kekasihnya memang peduli dan perhatian padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...