Operasi

3.8K 151 4
                                    

Sesuai yang telah dijadwalkan Dokter, pagi ini tepatnya pukul sembilan Clara akan melaksanakan Operasi gegar otak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sesuai yang telah dijadwalkan Dokter, pagi ini tepatnya pukul sembilan Clara akan melaksanakan Operasi gegar otak. Gweni, Gavin, Alvaro, dan kerabat lainnya sangat harap-harap cemas begitu melihat Clara dipindahkan langsung keruang Operasi khusus. Clara hanya tersenyum dan mengangguk pelan walaupun rasa sakit dikepalanya masih mendera, ditelinganya selalu bedenging nyaring. Ia akan tetap belaku baik-baik saja untuk hari ini agar keluarganya yakin bahwa dia akan sembuh.

Setelah dibawa kedalam ruangan operasi dengan ditemani dokter dan beberapa suster yang lengkap dengan peralatan operasi Clara memejamkan matanya sejenak sembari berdoa dalam hati apapun yang terjadi kedepannya Clara siap.

Sesuai dengan prosedur yang ada, sebelum melaksanakan operasi bagian kepala tentu saja rambut Clara akan dicukur sebersih mungkin hingga sampai terlihat kulit kepalanya.

Selang beberapa menit, akhirnya seluruh rambut Clara dibersihkan tak bersisa. Kepalanya sekarang tak mempunyai lagi mahkota diatasnya karena kepalanya sudah benar-benar botak. Dokter mulai menyuntikkan obat bius pada Clara hingga ia sudah tak sadarkan diri.

Kemudian, kulit kepala Clara mulai disayat, setelah nya lempengan tempurung kepala clara akan diangkat dan dokter akan memulai tindakan sesuai yang beliau lakukan pada pasien gegar otak.

***


Ditempat lain, Keluarga serta kerabat lainnya hanya bisa berdoa pada Allah Swt agar Operasi Clara berhasil. Gweni tak henti-hentinya menarik napasnya dalam-dalam berusaha meredakan sesak didadanya pasalnya sudah dua kali ia merasakan rasa sakit akan kehilangan orang tercintanya. Yauti yang pertama, saat dulu Gweni dihadapi masalah saat melihat Gavin koma karena insiden kecelakaan tahun-tahun lalu dan sekarang ia harus merasakan rasa sakit itu kembali.

Sedangkan Alvaro, dengan wajah panik serta keringat dingin yang bercucuran ia bersandar ketembok menengadahkan kepalanya dengan mata terpejam. Dalam pikirannya sudah dipenuhi banyak pertanyaan yang hinggap disana. Banyak kekhawatiran yang selalu berhasil menusuk hatinya jika mengingat bagaimana lampu yang begitu besar itu jatuh tepat diatas kepala Clara hingga lampu itu pecah disana membuat darah langsung tersembur deras keluar dari kepala kekasihnya.

Senyuman terakhir Clara selalu diingat Alvaro. Senyuman saat mengucapkan rasa terimakasih kepada para penonton. Senyuman itu ternyata adalah sebuah senyuman perpisahan yang menyakitkan. Senyuman yang selalu berhasil menohok hati Alvaro dalam-dalam.

Gisella menepuk pundak Alvaro lembut "Sabar ya al. Gue paham perasaan lo. Dan gue minta maaf"

Alvaro menoleh tatapannya menajam "Jangan pernah bilang lo paham gimana perasaan gue. Sebelum lo ngerasain gimana ada diposisi gue.

" Terkadang orang-orang cuma bisa bilang 'Ngerti' padahal mereka sendiri belum pernah ngalamin ada diposisi itu. "

Gisella menunduk "Maaf"

Certezza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang