Orang yang jatuh cinta dalam diam itu seperti bintang kecil yang berusaha bersinar dilangit yang gelap. Dia ada, tapi tak terlihat
***
Hari minggu, hari yang paling dinanti-nanti setiap pelajar, hari yang sering digunakan untuk mengistirahatkan otak sejenak. Clara mengucek matanya sembari berjalan menuruni anak tangganya satu-persatu menghampiri ibunya dibawah. Hari masih pagi, sinar mentari tampak malu-malu bersinar. Clara belum mandi, memang sudah kebiasaannya jika hari libur ia suka malas-malasan.
Clara menguap lebar-lebar "Hai maa"
Gweni menoleh dan tersenyum "Udah bangun sayang? Sini dong bantuin mama masak"
Clara garuk-garuk lalu mengikat rambutnya asal cepol "Gak bisa ah"
Gweni berdecak "kan namanya juga belajar"
"kapan-kapan ajadeh mam"
Clara berjalan menjauh dari dapur menuju ruang tv. Ia meraih remote tv yang tergeletak diatas meja kemudian merebahkan tubuhnya disofa dan menonton tayangan Doraemon disana.
Gweni yang melihat kelakuan anaknya hanya menggelengkan kepalanya. Anak muda zaman sekarang memang beda.
"eheumm"
Clara menoleh saat suara deheman berat mengganggu konsentrasi nontonnya. Ternyata suara deheman itu berasal dari gavin—ayah clara—. Gavin mendudukan dirinya disamping clara hingga menbuat clara refleks bangun dari rebahannya.
"Anak perawan males banget"
Clara nyengir lebar "eh papah" ia menggaruk rambutnya yang tak gatal "Males pap"
Gavin geleng-geleng mencubit hidung clara gemas "Gimana mau dapet jodoh kalau males gini"
Clara mencebik sebal "kok bawa bawa jodoh sih? "
"Yaiyalah, mana ada laki-laki yang mau sama cewek yang males kayak kamu"
"ih papah ngedoain"
"mangkannya bantuin mamah dong" Ucap gavin menunjuk gweni dengan dagunya yang sedang berkutat didapur.
"iyaiyaa, bawel ishh"
"nahh baru ini anak papah"
"Tau ahh" balas clara menjulurkan lidahnya.
Gavin terkekeh "Bilangin agian nih "
Langkah clara terhenti saat nama yang membuatnya sensitif dilontarkan oleh ayahnya sendiri. Refleks clara langsung menoleh membalikan badannya dan mencebik sebal "Papahhhh! araa udah move on! "
"halah ngakunya aja udah move on tapi giliran liat dia sama cewek laen mewek"
Clara menghentakan kakinya kesal "Ara benci papah! Mam papahnya tuh nyebelin"
Gweni hanya menggeleng-gelengkan kepalanya maklum karena memang sudah menjadi tontonan yang biasa bagi gweni jika melihat gavin dan clara—anaknya— beribut seperti ini. Memang ya walaupun sudah bangkotan, ketengilan gavin sama sekali tak hilang.
"Udah udah cepet sini sarapan"
Clara berjalan menghampiri gweni dengan wajah kesalnya "Baru aja ara mau bantuin udah selesai masaknya?" Clara menoleh lagi kearah ayahnya yang sedang berjalan santai menghampiri "ini semua salah papah!"
Gavin mengernyit "kok papah sih? "
"iyalah, kalo papah gak bawa-bawa nama mantan pasti aku udah bisa bantuin mamah gak harus bedebat dulu "
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...