Ketakutan

4.3K 195 3
                                    

Jika kata orang anak kucing itu menggemaskan nan lucu namun tidak menurut Clara, anak kucing adalah sejenis hewan dengan bulu-bulu lebat yang selalu membuat Clara bergidik ngeri dan tentunya hewan yang paling ia hindari. Entah kenapa dan entah karena apa sejak Clara kecil ia sangat-sangat takut akan Anak Kucing itu rasanya setiap kali menemukan anak kucing ia pasti selalu lari terbirit-birit seperti dikejar anjing. Padahal sama kucing besar ia sama sekali tidak takut tapi jika berurusan dengan anak kucing jelas ia akan kalah menangis saat itu juga.

Seperti layaknya sekarang, Clara sedang berusaha mati-matian mengusir anak kucing yang sedari tadi mengeong. Dengan keringat dingin yang menetes dengan deras diwajahnya. Wajahnya sudah pucat pasi menahan ketakutan yang mendera.

Entah dari mana asalnya anak kucing itu. Tiba-tiba saja saat Clara sedang asyik duduk ditaman kenangan menunggu Alvaro yang sedang pergi sebentar membeli sesuatu malah ia dihampiri anak kucing itu yang tak kunjung pergi menjauh.

"Huss.. Huss.. Huss. Meong jangan deket-deket ya please"

"meaww meaww"

Anak kucing itu semakin mendekat bahkan berusaha naik keatas kursi panjang yang diduduki Clara. Clara yang melihat aksi nekat anak kucing itu refleks merapatkan dirinya menjauh dengan kaki yang sejak tadi ia angkat naik keatas kursi.

"please jangan deket-deket"

Meeaww meeaww meaaww meaww

Lagi-lagu anak kucing itu semakin menjadi-jadi. Bukannya pergi malah makin mendekat.

"Aduuhh " Setetes demi setetes bulir bening mulai jatuh dari mata Clara. Jujur ia ketakutan sekali bukan cengeng tapi namanya takut bagaimana. Parahnya lagi tak ada satupun orang yang lewat saat ini. Taman begitu sepi hanya terdengar hembusan angin saja.

"hikss hikss meaw jangan deket-deket ara takut"

Alvaro yang baru datang membeli sesuatu langsung berlari menghampiri Clara dengan paniknya saat melihat Clara menangis.

"Cla kamu kenapa? Sakit? "

Clara menggeleng pasrah rasanya ia ingin pingsan saja sekarang juga.

Meaww meaww meaww meaww

Alvaro menoleh kesumber suara lalu dengan cepat menggerakan tangannya dengan gestur mengusir anak kucing itu hingga menjauh dari sana.

Alvaro mengusap lembut bahu Clara yang bergetar karena isakan berusaha menenangkan Clara. Clara berhambur kepelukan Alvaro dan memukul-mukul dada bidang Alvaro.

"ihh kamu kemana aja sih? Lama banget. Gak tau apa dari tadi ada anak kucing hikss hikss aku takut hikss hikss kamu lama banget ninggalin akunya hikss apa kamu sengaja? Hikss"

Alvaro mengeratkan pelukannya berusaha mentransfer kekuatan pada Clara agar lebih tenang "Maaf"

"Abis dari mana?! "

"Jangan nangis dulu baru aku jawab"

Clara mengurai pelukannya dan menghapus jejak jejak air matanya dengan kasar "Dari mana?!"

Alvaro tersenyum "maaf aku belum sepenuhnya tau soal kamu. Aku gak tau kamu takut anak kucing"

"Aku tanya dari mana Alva!?"

Alvaro mengulurkan Ice Cream coklat pada Clara "Tapi yang aku tau kamu suka banget ice cream bukan coklat"

Alvaro tersenyum tulus "Maaf sudah membuat mu menunggu dan menangis"

Tangis Clara malah pecah saat itu juga membuat Alvaro bingung merasa bersalah.

"elah masnya kok bikin terhura aja. Neng jadi baper." Clara menyeka air matanya dramatis "makasih udah berusaha sabar ngadepin sikap aku yang kekanak-kanakkan"

Certezza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang