Mengenalmu adalah hadiah terindah dari tuhan sedangkan dicintaimu adalah bonus yang tuhan berikan.
***
Alvaro menyusuri koridor rumah sakit dengan gedebag-gedebug. Sepulang sekolah tadi, tanpa pikir panjang lagi ia langsung menanyakan alamat Rumah sakit tempat clara dirawat kepada vidha. Kekhawatiran nya memuncak saat ini juga.
"Permisi"
"Iya, ada yang bisa saya bantu? " tanya suster penjaga.
"Pasien bernama Clara Revalina Femita dirawat dikamar mana ya? "
"Sebentar saya carikan dulu" suster itu nampaknya fokus menatap layar komputer didepannya yang menampilkan sederetan nama pasien-pasien yang dirawat dirumah sakit ini.
"Maaf de, saya tidak menemukan nama itu disini. Mungkin ada dirumah sakit lain"
Alvaro mengernyit dibuat bingung "Ah, terimakasih kalau begitu"
Alvaro berjalan gontai pikirannya menyeruak akan kejadian ditaman waktu itu. Waktu dimana dengan bodohnya alvaro melontarkan kata yang tak seharusnya ia katakan hingga membuat clara sakit hati.
Kembali keawal, kenapa nama clara tidak tercantum disini? Jelas-jelas vidha sendiri yang memberi tahu alamat itu. Apa alvaro salah membaca?
Alvaro langsung merogoh ponsel disakunya kemudian membuka chatt yang sebelumnya dikirim vidha dan membaca dengan seksama.Rumah sakit harapan. Jln kemuning
Ah, benar. Rumah sakit ini sesuai dengan yang didatangi alvaro tapi kenapa daftar nama clara tidak ada?
Alvaro mengacak rambutnya frustasi tak lama ia menjentikkan jarinya lalu bergegas pergi meninggalkan rumah sakit itu.
***
Alvaro menghentikan motornya disebuah rumah bernuansa biru langit yang memberinya kesan segar. Ia langsung saja mengetuk pintu rumah itu dengan perasaan khawatir yang menggelora.
Tak seberapa lama pintu terbuka menampilkan gadis sebayanya yang memakai pakaian putih abu.
"Eh elo al. Cari siapa? " tanya Vidha santai bersandar dipintu dengan tangan kanan sebagai tumpuan.
"Lo bilang clara dirumah sakit? Kok gak ada? "
Vidha tertawa meremehkan "Oh ya? "
Alvaro mengernyit ia langsung masuk kedalam rumah clara dengan tak sopannya tanpa memperdulikan vidha yang masih ditempatnya.
"Eh al gak sopan banget sih Lo" Teriak vidha tak terima.
Alvaro tak menggubrisnya, buru-buru ia menaiki anak tangga rumah clara yang sepi ia tak sabar untuk melihat keadaan clara. Rasa khawatirnya tak bisa ia sembunyikan sekarang. Ia tak ingin lagi berpura-pura dingin kepada clara jujur ia sama tersiksanya.
Blug
Pintu kamar clara dibuka dengan keras hingga mengeluarkan denyitan disana. Semua orang yang berada dikamar clara refleks menoleh dengan wajah kagetnya. Alvaro meringis atas kebodohannya tanpa mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk kamar orang sembarangan. Clara membeku menatap alvaro lekat-lekat tatapan penuh kerinduan yang telah lama ia pendam.
Dikamar clara sedari tadi ada kelima sahabatnya yang setia menunggu dan merawatnya.
"Mau apa lo kesini? " tanya gisella bangkit dari duduknya.
"Gue butuh bicara dengan clara"
Prokk prokk prokk
Dari belakang vidha bertepuk tangan sembari tersenyum sinis "Gimana al, setelah berhasil clara uring-uringan? Lo bahagia? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Ficção AdolescenteSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...