Angin yang berhembus perlahan-lahan membuat bulu kuduk Clara meremang. Sinar mentari hangat mulai muncul meski malu-malu. Clara mengecek jam bekernya yang menunjukan pukul enam pagi namun ia masih enggan untuk beranjak dari kasurnya karena prinsipnya jika bertemu dengan hari minggu adalah untuk bermalas-malasan diatas kasur menghabiskan waktunya untuk sekedar mendinginkan otak dari kegiatan-kegiatan yang selalu berhasil menguras otak. Intinya hari minggu menurutnya adalah me time.
Pikiran Clara menerawang memikirkan semua hal yang pada saat hari-hari sebelumnya pernah terjadi pada kisah dirinya. Hingga kejadian kemarin kembali terlintas dipikiran Clara.
"gue anter ya"
"Gak usah, lo kan baru sembuh. Lo istirahat aja"
"Gapapa"
"Gue nya yang kenapa-napa al. Please istirahat ya jaga kesehatan. Gue gak mau lo sakit lagi. Okey" Clara mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum lebar.
Alvaro tersenyum mengacak rambut Clara gemas "Yaudah hati-hati"
Clara mengangguk membalikkan badannya dan mulai berjalan menjauh.
Baru seberapa langkah Clara kembali berbalik "Al"
Alvaro mengernyit menunggu kelanjutan ucapan Clara barusan.
"Kalo gue bilang i love you, apa lo bakalan jawab I love you too? "
Alvaro mendekat mengacak rambut Clara dengan gemas namun berbeda dengan Clara yang menunduk malu-malu meruntuki dirinya sendiri atas mulutnya yang tak bisa diajak kompromi.
Clara kemudian mendongkak menepuk jidat Alvaro keras lalu terbahak kencang "Yelah mas, gue becanda kali"
Alvaro mencubit gemas hidung Clara hingga meninggalkan bekas merah disana "udah berani ya sekarang? "
"Aww" Clara mengusap sayang hidungnya yang telah jadi sasaran tak lama ia menjulurkan lidahnya "Berani lah, wlee"
Clara bergegas pergi berlari meninggalkan Alvaro yang masih ditempat semula menatap kepergian Clara yang isengnya bukan kepalang.
Clara terkekeh pelan, sedetik kemudian ia malah meneteskan air matanya.
"Bego! Kalo Alvaro nganggep itu bener becanda gimana? " Ia memukul-mukul kepalanya keras-keras meruntuki kebodohan nya itu.
"Terus gue kudu gimana? " Clara mengacak rambutnya frustrasi.
Dia memang selalu ceroboh tidak memikirkan kedepannya bagaimana. Untuk kali ini Clara pasrah deh.
***
Buku-buku yang berjejer rapi diraknya membuat mata seorang Clara berbinar-binar. Ia memilah-milih buku novel dengan membaca sinopsisnya. Ya, disinilah ditoko buku sekarang Clara berada. Mencari buku-buku novel yang ingin ia koleksi untuk sekedar melakukan suatu kegiatan yang menjadi hobbynya selama ini.
Clara hendak mengambil sebuah buku dirak kedua namun ada seseorang pula yang hendak mengambil buku yang sama. Clara menoleh dengan wajah masam."Buku ini gue duluan yang ambil" Tegas Clara.
Orang itu menaikkan alisnya acuh hendak mengambil buku itu kembali namun dengan cepat Clara menggeplak tangan orang itu keras hingga membuat orang itu meringis.
"jadi cewek kasar amat mba"
Clara melotot tajam "Sembarangan, cantik-cantik gini dibilang mba" Clara menggelengkan kepalanya tak percaya "Minta maaf! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...