Tugas ku adalah mencintaimu. Urusan terbalaskan atau tidak itu urusanmu cukup hatiku yang menanggung
***Jam istirahat ini tak biasanya clara ingin berkunjung ketaman belakang sekolah. Biasanya ia akan memilih ke koperasi atau diam dikelas menggeluti novelnya yang tak habis-habis. tapi sekarang? rasanya ia ingin sekali ketaman belakang untuk menenangkan hati dan pikirannya. Hatinya panas saat tadi jam pelajaran geografi dimulai alvaro dan Iresya—sahabat alvaro— terus-terus saja tertawa bersama seolah tak memikirkan ada hati yang terbakar api cemburu.
Ya, walaupun Iresya adalah sahabat alvaro tetap saja clara tak bisa membohongi perasaan cemburunya karena apa? Kebanyakan jika sahabatan antara Pria dan Wanita itu rata-rata ujung-ujungnya pasti sahabat jadi cinta maka dari itu clara takut jika hal itu menimpa pada alvaro dan iresya apalagi iresya memiliki paras yang cantik jelita. Memang sih tak seharusnya clara cemburu seperti ini karena ia tak berhak sama sekali kan dia bukan siapa-siapanya alvaro.
Tapi untuk pembelaan, namanya perasaan tak bisa dikendalikan bukan?
Clara menghembuskan napasnya kasar moodnya hancur saat ini. Akhir-akhir ini pikirannya kacau akibat perlakuan alvaro yang—ah tak usah diingatkan lagi lah karena itu hanya menambah perih dihati.
"Apa emang gue harus jauhin alvaro dan ngikhlasin dia? Huhh"
Pikiran clara terus saja menggeluti antara menjauhi nya atau tetap bertahan seperti ini.
Setelah dengan pikiran yang matang sepertinya ia telah menemukan jawabannya.
Oke, clara yakin akan hal ini.
***
Clara pov
Aku duduk sendirian didepan gedung sekolahku. Pikiranku hanyut dengan segala hal yang berkecamuk. Aku sedang menunggu seseorang sekarang. Seseorang yang begitu amat membuatku sering susah tidur akibat memikirkannya. Ya, aku sedang menunggu Alvaro Algiero. Padahal kelas sudah sepi karena bel pulang sudah berbunyi sekitaran sepuluh menit lalu. Namun, aku tau sekarang hari senin adalah hari dimana ia kebagian jadwal piket jadilah aku rela menunggunya. Lagipula aku ingin sekolah sepi dulu untuk sekedar membicarakan hal yang mengganjal ini.
Oke, sebutlah aku memang terlalu berharap tapi entah kenapa hati aku terlalu ngebet akan alvaro. Aku tak ingin munafik jika aku memang mencintainya. Ayolah, bukannya perasaan memang tak bisa dibohongi?
Kulirik jam yang bertengger dipergelangan tanganku, jam sudah menunjukan sangat sore tapi mengapa alvaro tak kunjung keluar dari sana. Sesekali ku edarkan pandanganku kesekeliling berharap mataku dapat menemukan keberadaan alvaro saat ini.
Tak lama kemudian, alvaro muncul dari sana ia berjalan santai namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat tak sengaja ia menatapku. Aku tersenyum kaku entah harus berekspresi bagaimana sekarang. Dadaku mencelos ketika alvaro dengan acuhnya malah berbelok arah tanpa mengindahkan keberadaanku.
"Alvaro" Aku berteriak nyaring namun ia sama sekali tak menggubris nya. Akupun lari mengejarnya "tunggu! "
Langkah alvaro terhenti ia berbalik dengan wajah dinginnya hingga membuat bulu kuduk ku meremang. Aura dinginnya sangat mencekam.
Ia menatapku tajam hingga membuat nyaliku menciut aku menunduk tak berani menatap sorot mata yang tajam itu.
"ng.. Al sebenarnya gue mau tanya sesuatu sama lo"

KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...