Note: puter vidio dimulmed :)
**Waktu terasa begitu cepat berlalu, siang kini telah berganti sore. Sinar mentari mulai turun keubuk barat meninggalkan sinar kemerahan yang selalu disukai banyak orang yaitu senja. Burung-burung mulai berterbangan menuju rumahnya masing-masing karena gelap telah menanti. Semilir angin yang dingin mulai menyapu setiap inchi kulit hingga membuat seorang Alvaro bergidik.
Sejak tadi pagi, tubuh Alvaro rasanya enggan beranjak dari kasur. Untuk kali ini kasur Alvaro rasanya sangat posesif hingga tak membiarkan pemiliknya pergi dari sana. Kini giliran air yang amat dingin padanya seperti enggan di colek sedikitpun.
Apalagi jika mengingat suatu kenyataan pahit bahwa hari ini adalah hari dimana pertunangan seorang mantan kekasih nya yang bahkan Alvaro sendiripun tak tau kapan ia putus dari gadis yang bernama Clara itu. Pergi membawa luka dan datang juga membawa luka untuk Alvaro bahkan luka yang amat dalam yang tak akan pernah mungkin dilupakan Alvaro. Alvaro pikir, jika ingatan Clara pulih Clara akan pulang dengan setia bukan malah mendua.
Sungguh kejam rasanya dunia ini.
Entah, kejadian menyakitkan apalagi yang akan dialami Alvaro kedepannya. Apa akan lebih parah dari ini?
Alvaro mengusap wajahnya kasar sesekali ia menjambak rambutnya sekuat tenaga. Walau raganya diam namun dalam hatinya ia berteriak. Batinnya tidak menerima semua kenyataan pedih yang sedang menimpanya sekarang.
"Aaaarggghhhh ANJ*NG!" Alvaro meninju udara didepannya. Hatinya hancur parah, pikirannya kalut. Ia tak tahu lagi ia akan berbuat apa nanti.
Tokk.. Tokkk.. Tokk..
Alvaro melirik sekilas pintu yang mulai terbuka yang memunculkan sosok wanita paruh baya yang masih awet muda yaitu ibunya.
Nesya berjalan mendekat, menghampiri Alvaro yang mulai merubah posisinya menjadi duduk bersandar. Nesya tersenyum sekilas sebelum kemudian mengusap lembut pundak putra tersayangnya yang sudah dewasa.
"Sabar sayang. Ayo cepat mandi ganti pakaianmu bentar lagi kita kerumah Clara"
"Alva gak ikut ma! " Tolaknya tegas memalingkan wajahnya malas.
Nesya mengernyit merapihkan rambut putranya yang berantakan "Lho kenapa? Gak baik sayang"
"Alva gak enak badan, alva masih butuh istirahat "
"Kamu udah dewasa Al, jangan bersikap seperti anak kecil begini. Kamu hormati lah om Gavin sama tante Gweni mereka kan sahabat mama papah" tutur ibunya memberi pengertian agar Alvaro luluh.
"Buat apa ma al kesana? Buat lihat pemandangan yang menyakitkan? Rasanya gak perlu! "
Nesya terkekeh pelan "Ya ampun ini udah lima tahun lho Al, kamu sama Clara jauh, masa kamu masih belum bisa nerima? "
Napas Alvaro memburu menahan emosi yang membara hingga wajahnya memerah "Mama gak ngert-"
"Ssstt! Jangan banyak cakap, cepat mandi siap-siap. Mana Alvaro yang mama kenal dulu? Gak begini! " Nesya menyingkap selimut yang membalut tubuh Alvaro lantas menarik paksa tangan anaknya hingga mau beranjak dari ranjang untuk bergegas kekamar mandi.
"Mamaa... "
"Alvaro.. Cepetan nanti papah dateng bisa kena marah kamu kalau begini"
Alvaro menghembuskan napasnya kasar, ia pasrah sekarang jika harus berurusan dengan papahnya yang notabene sangat seram jika sedang marah jadi ia memilih menurut dari pada ribut.
"Yaudah Alva mau mandi, mamah keluar"
"awas ya kalau nanti mamah kesini lagi kamu belum rapih" tatapan mata nesya menajam setajam silet "Mama cincang!! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Teen FictionSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...