Note: Puter vidio di mulmed :) ☝
"Selamat tinggal kenangan... "
Alvaro beranjak dan berjalan dengan lesu wajahnya mengekspresikan rasa kecewa dihatinya. Sesak yang terus menyelimuti hatinya tak kunjung reda. Harapan untuk sekedar mengucap salam perpisahan kandas begitu saja. Mungkin jika kata orang 'jodoh gak bakal kemana ' itu tidak sesuai dengan yang dialami Alvaro karena buktinya Alvaro malah mengalami 'jodoh entah kemana'. Memang sih, Clara belum tentu jodoh Alvaro tetapi hati Alvaro berkata Clara itu adalah jodoh nya.
Dengan wajah lesunya Alvaro masih tetap mengedarkan pandangannya berharap bahwa dia akan menemukan seorang pujaan hatinya yang malah pergi meninggalkan tanpa memberinya kabar. Maklum, memang Clara tak menganggapnya pacar tapi apa Clara tak bisa menganggapnya sebagai teman?
Teman hidup misalnya..
Sembari berjalan menuju parkiran, mata Alvaro tak henti-henti memperhatikan beberapa orang yang melintasi. harap-harap itu adalah Clara namun tetap saja hasilnya selalu nihil tak sesuai harapan.
Alvaro menaiki motornya dengan perasaan yang tak rela. Tak rela meninggalkan semua kenangannya bersama Clara begitu saja. Bahkan, semua kenangannya itu sudah dikubur jauh-jauh oleh Clara yang malah memilih pergi membawa separuh hati Alvaro.
Disepanjang jalan menuju rumahnya, pikiran Alvaro terus dipenuhi oleh wajah cantik Clara yang selalu tertawa riang didepannya. Ia takut, jika Clara disana bisa mendapatkan lelaki yang lebih darinya secara Clara iti cantik pasti siapapun akan terpesona padanya.
Sungguh itu adalah ketakutan terbesar Alvaro.
Alvaro mengendarai motornya dengan kecepatan diatas kata normal hatinya emosi serta kecewa bercampur aduk tak karuan. Ia bingung harus bagaimana lagi sekarang pujaan hatinya sudah tak bersama nya lagi.
***
"Gimana al ketemu? " tanya Nesya—ibu Alvaro— saat Alvaro masuk kedalam rumah.
Alvaro hanya menatap sekilas wajah ibunya lalu menggeleng pelan sembari berjalan menapaki undakan tangga menuju kamarnya. Perasaannya sudah tidak Mood. Yang sekarang dia butuhkan hanyalah berdiam diri dikamar seorang diri.
Ia membanting pintu kamarnya keras-keras hingga menimbulkan debuman cukup kencang lalu melepas jaket levis yang dipakainya dan melemparkannya kesembarang tempat.
Ia kacau sangat kacau.
Alvaro menghempaskan tubuhnya keatas kasur empuk miliknya memejamkan matanya yang terasa perih serta menjambak sendiri rambutnya frustrasi.
"Aaargghhhhh" geramnya kesal.
Ia tak tau lagi harus melampiaskan segala emosinya kemana. Melampiaskan segala kesakitan hati yang telah lama berkecamuk didalam hatinya.
"shit! Kenapa gue lemah gini? "
Alvaro merubah posisinya menjadi terduduk. Mengepalkan tangannya yang sudah gatal ingin membantingkan sesuatu bahkan ingin meninju sesuatu.
Lantas tak lama, ia beranjak dari duduknya menghampiri laci kecil dekat tempat tidur. Ia meraih sesuatu didalamnya yang ternyata sepuntung rok*k.
"Dulu, gue pernah nakal gara-gara cewek. Dan maaf kali ini gue nakal juga karena cewek! "
Ia mulai menghisap rokok itu perlahan-lahan berusaha menenangkan hatinya yang sangat kacau. Jujur saja, sebenarnya dulu Alvaro memang sempat nakal karena Claretta bahkan sampai mabuk-mabukan tapi itu hanya masa lalu. Semenjak masuk SMA dia mulai berubah menjadi orang dingin dan bertaubat meninggalkan segala kehidupan nakalnya tetapi sekarang Alvaro kumat lagi hanya karena Cinta.
Prinsip yang selalu dipegang Alvaro adalah sekali sayang akan tetap sayang. Mangkannya dia sampai seperti ini. Karena sayang Alvaro itu tidak main-main.
Tak lama, pintu kamar Alvaro tiba-tiba terbuka menampilkan sosok ibu Alvaro yang terkejut.
"Alvaro? Apa-apaan kamu? " Nesya segera merampas rokok Alvaro dan membuangnya.
"Mama kok masuk gak ketuk pintu dulu? "
"Memangnya kenapa? Hak mama! " Nesya menjewer kuping Alvaro keras hingga ia meringis kesakitan "sejak kapan kamu ngerokok lagi kayak gini? Mama udah bilang, ngerokok itu gak baik! Jangan cuma gara-gara cewek kamu jadi kayak gini! Lagian Clara pergi untuk berobat disana bukan untuk selamanya. Tugas kamu disini adalah mempersiapkan diri kamu menjadi calon imam yang baik agar nanti Clara merasa beruntung bisa dapetin kamu bukan malah jadi nakal begini! Diajarin sama siapa kamu begini? Mama papah gak pernah ya ngajarin beginian? "
"Aaaa iya-iya maaf maaf. Sakit ini kuping aku"
Nesya melepaskan jewerannya yang meninggalkan bekas merah ditelinga Alvaro.
"Mama kalau ngomong kebiasaan gak ada titik komanya"
"Jangan coba-coba ngalihin topik ya! "
"Perasaan salah mulu dah ngomong sama mama" Ucap Alvaro.
"Mau mama jewer lagi kamu? "
"e-eh enggak! Enggak! Enggak! "
"Janji dulu jangan nakal lagi? "
"iya iya janji"
"Gak ada untungnya kamu nakal juga gak bakal bisa ngerubah apapun. Harusnya kamu mikir jangan malah begini. Katanya sayang Clara tapi malah ngerusak diri sendiri bukannya sukses kalau gitu"
"iya mama ku yang cantik yang bawel"
"jangan ngegoda begitu. Gak bakalan mempan! "
Alvaro terdiam menundukan kepalanya hati nya masih sakit. Seberapapun ia berusaha biasa namun tetap saja semuanya tidak bisa.
"Clara pindah kemana ma? "
"Kamu gak perlu tau. Nanti kamu nyusul lagi kesana. Kamukan nekat minta ampun"
"Ma! Alva berhak tau. Alva sedih kenapa disaat-saat terakhir seperti ini Alva gak ngucapin salam perpisahan atau mengingat kan sesuatu untuk Clara"
"Cowok jangan cengeng ah. Kuat!!!! "
"kalau Clara jodoh kamu dia pasti kembali karena cinta pasti menemukan jalannya" Nesya mengusap pelan rambut Alvaro yang acak-acakan lantas tersenyum lembut "Jangan coba-coba nakal lagi! Mama gak suka apalagi kalau clara tau dia jiga pasti gak suka!"
Alvaro hanya diam dengan tatapan kosong. Benar juga yang dikatakan ibunya. Kalau Clara tau Alvaro bersikap seperti anak kecil seperti ini pasti Clara tidak akan menyukainya bahkan mungkin akan menertawakan nya dan meledek habis-habisan.
Seharusnya memang benar, Alvaro harus menata masa depannya agar ketika Clara kembali Clara dapat melihat seorang Alvaro yang sukses dan bisa membahagiakan nya seumur hidup.
Alvaro yakin suatu saat nanti Clara pasti kembali walau mungkin saat kembali nanti entah Clara akan membawa hatinya juga atau tidak alvaro tak tahu. Yang jelas, apapun keadaannya nanti Alvaro harus menjadi seseorang yang berguna dan sukses dimasa depan.
Kebahagiaan masih menanti didepannya.
"Mama keluar dulu. Inget buang semua hal yang bikin kamu nakal!"
Alvaro mengangguk patuh sedangkan ibunya tersenyum tenang lantas pergi meninggalkan Alvaro sendirian kembali didalam kamarnya.
Sepeninggal ibunya, Alvaro menjadi banyak diam seperti banyak sekali hal yang sedang dipikirkan nya. Rasa-rasanya Alvaro menjadi seorang pemurung untuk saat ini. Dia hanya diam menatap dengan pandangan kosong tanpa berniat beranjak dari posisinya.
"bunglon kutub ini akan selalu menunggumu kepiting ganas" gumamnya pelan..
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Certezza [END]
Novela JuvenilSequel: My Moodbooster Judul awal : My Name is Clara Jika ada yang bilang bahwa 'Mata adalah jendela hati ' menurutku itu memang benar. Karena berawal dari kontak mata aku bisa mencintai dia pada pandangan pertama. Alvaro Algiero, orang yang berha...