Part 26 ( Dihukum )

5.3K 306 6
                                    

Prilly pov

Pagi ini aku berjalan melewati koridor sekolah dengan santainya. Namun, saat hendak masuk ke dalam kelas, aku terkejut mendapati kursi yang berada di samping tempatku duduk sudah ditempati oleh Ali. Lalu, Ali menyapaku seraya tersenyum.

"Hai!" sapa Ali.

"Tumben lo datang pagi-pagi?" tanyaku heran.

"Lagi mood aja." jelas Ali singkat.

"Oh."

Aku pun meletakkan tasku dikursi samping Ali lalu duduk dikursi tersebut.

"Ehmm... li!" panggilku.

"Ya!" sahut Ali.

"Tentang di toko buku kemarin, gue mau bilang makasih, karena lo udah nolongin gue kemarin." ujarku

"Gak usah bilang makasih kalau pada akhirnya lo bakal jatuh juga." ucap Ali.

"Hehehe... iya sih. Tapikan, lo juga nolongin gue, waktu gue jatuh." ujarku lagi.

"Trus?"

"Y...a.. terima kasih." ucapku gugup. Tunggu, kenapa aku gugup ya? aneh banget. Kulihat Ali hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda ia mengerti.

Tak berapa lama kemudian bel masuk berbunyi...

Kkkkrrrriiiinnngggg....

Semua murid yang berada di luar kelas segera masuk ke dalam kelas, dan duduk ditempat mereka masing-masing. Seorang guru dengan kepala yang botak nan licin masuk ke dalam kelas dengan wajah sangarnya. Siapa lagi kalau bukan si lampu taman, ups eh salah maksudnya pak Ito.

"Selamat pagi anak-anak!" sapa pak Ito dingin.

"Pagi pak!" sahut semua murid-murid termasuk aku.

"Buka buku paket kalian halaman 165 kerjakan soal 1-20 yang ada disana, dalam waktu 30 menit harus sudah rapi semua, lalu kumpulkan ke meja bapak, DAN JANGAN ADA YANG MEMBANTAH!" ucap pak Ito tegas.

Aku langsung mengeluarkan bukuku dari dalam tas lalu membukanya, dan melihat soal tersebut. Mataku membulat melihat soal tersebut semuanya esai, dan aku yakini pasti jawabannya panjang - panjang, karena pak Ito hanya mau menilai jika jawaban kami dilengkapi dengan caranya.

Aduh mati! bener-bener ya nih guru ngasih soal gak kira-kira. Dengan kecepatan kilat aku mulai menyalin soal yang ada di buku paket itu lalu mulai mengisi satu persatu soal tersebut.

Detik demi detik, menit demi menit berganti Sudah hampir mau 30 menit tinggal beberapa soal lagi yang harus kujawab, dan akhirnya aku berhasil! Tepat 30 menit aku sudah menyelesaikan semua soal tersebut, aku menghela nafas lalu mengumpulkan soal itu di meja guru.

Ku lihat Ali terlihat sangat santai. Tunggu, apa dia sudah selesai?

"Eh li, lo udah rapi?" tanyaku penasaran.

"Dari tadi." ucap Ali santai.

"Hah?" aku terheran, kok bisa ya? Ali mengerjakan semua soal tersebut dengan sangat cepat?

"Leonardo Aliando Fernando!" panggil pak Ito dengan suara lantang.

"Iya pak!" sahut Ali.

"Kenapa buku kamu kosong mana jawaban kamu?" tanya pak Ito dingin.

"Di paling belakang pak." jawab Ali.

Kulihat Pak Ito membalik halaman paling belakang buku Ali dan raut wajah nya memerah tanda ia sangat marah.

"Ali! Ini apa tulisannya coba sini kamu baca!" suruh pak Ito dengan masih menahan amarahnya.

Ali pun maju kedepan dan mulai membaca tulisannya dengn suar yang keras, "SAYA GAK TAU SEMUA JAWABANNYA BAPAK BOTAK!!!"  Lantas hal itu membuat semua murid tertawa terbahak-bahak.

"DIAM SEMUANYA DIAM!" bentak pak Ito seraya mengebrak meja guru. Karena bentakkannya itu lantas membuat kami semua terdiam, dan suasana kembali hening.

"Ali karena kamu sudah membuat saya malu, dan kesal kamu saya hukum! berdiri di tiang bendera sambil hormat sampai bel istirahat berakhir, CEPAT!" perintah pak Ito tegas.

"Baik Pak, terima kasih." ucap Ali lantas langsung pergi dengan santai seperti tak ada apapun yang terjadi. Aku heran melihatnya sudah dihukum. Tapi, tetap saja masih bisa santai.

Kkkrrriiinnnggg....

Bel istirahat berbunyi aku keluar kelas bersama Dahlia, kenapa cuma bersama Dahlia? Karena Mila katanya sedang ada urusan sama Kevin. Aku yakin pasti mereka pengen mojok, dasar!

Kami pun mengobrol sambil berjalan menuju kantin. Tapi, baru saja hendak melewati koridor seseorang memanggil kami dari belakang larat bukan kami melainkan hanya Dahlia.

"Ule, Ule!" panggil orang itu yang tak lain adalah Ricky, ia berlari lalu berhenti tepat di depan kami dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Eh Rick lo kenapa lari-lari kaya abis dikejar setan?" tanyaku kepada Ricky.

"Hah... huh... hah, ntar dulu nanyanya!" ucap Ricky. Akhirnya kami menunggu membiarkan Ricky mengatur nafasnya.

"Udah?" tanyaku lagi.

"Dah, le ke kantin bareng yuk!" jawab Ricky.

"Ya Allah, kirain ada apa ternyata cuma mau ngajakin gue ke kantin." ucap Dahlia kesal.

"Tau kita udah panik tau gak sih!" timpalku

"Iye maaf, yaudah yuk le kita ke kantin!" ucap Ricky yang langsung capcus menarik tangan Dahlia. Sebenarnya aku ingin memprotes, karena sebenarnya aku ingin pergi ke kantin bersama Dahlia. Tapi, biarkan saja mungkin mereka butuh sedikit privasi.

Saat sedang berdiri di koridor aku mengedarkan pandangan ke arah lain, dan mendapati Ali yang sedang berdiri sambil hormat kepada bendera merah putih di bawah teriknya matahari siang. Aku yang melihatnya pun merasa kasihan sambil berfikir. Kenapa ya nih anak demen banget kena hukuman?

Aku lalu melanjutkan langkahku menuju ke kantin untuk membeli 1 botol air mineral dingin, dan 1 pacs tisu kecil. Lalu aku menuju ke tengah-tengah lapangan berjalan mengahampiri Ali yang terlihat sudah keringattan.

"Nih!" ucap ku sambil menyodorkan 1 botol air mineral yang tadiku beli.

"Lo ngapain disini?" tanyanya.

"Udah diminum aja dulu!" suruh aku. Ali pun meminum air mineral yang ku berikan dengan sangat cepat kurasa dia sangat kehausan, lihatlah 1 botol air mineralnya saja sudah hampir mau habis diminumnya. Aku hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Ahhh... makasih ya gue emang lagi haus banget." ujar Ali.

"Iya sama-sama, hmm... lo gak mau istirahat dulu?" tanyaku.

"Gak, lagian bentar lagi istirahat juga bakalan berakhir." jawabnya santai lalu melanjutkan hukumannya kembali.

"Li lo keringattan banget sih." ucapku, lalu mengambil selembar tisu, dan mengelap keringat yang berada di wajah Ali. Sontak hal itu membuat kami saling bertatapan lagi.

Dan aku bisa melihat matanya lagi, mata elang yang selalu menatapku tajam, dan dengan bola mata yang berwarna hitam legam membuat kadar ketampananya meningkat. Tunggu, apa aku baru saja memujinya? ya Tuhan aku ini kenapa sih?.

Kkkkrrriiiinnnggg...

Bel masuk berbunyi, dan itu sukses membuyarkan aksi tatapan kami.

"Eh, sorry-sorry." ucapku.

"Gak apa-apa." ucap Ali seraya tersenyum.

"Hmm... li masuk yuk, kan istirahat udah selesai." ajakku.

"Iya lo duluan aja ntar gue nyusul." ucap Ali.

"Oh yaudah, dah!!!" ucapku seraya melambaikan tanganku kepadanya. Setelah itu aku meninggalkan Ali yang masih berada dil lapangan.

Aku memasuki kelas dengan perasaan yang campur aduk bahkan kadang aku senyum-senyum sendiri gara-gara kejadian di tengah lapangan tadi. Bahkan juga kedua sahabatku menanyakan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Tapi, aku jawab, "Gak apa-apa kok, cuma lagi senang aja."


#vote&coment


















The Bad Boy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang