Part 27 ( Nikky )

5K 274 2
                                    

Krrrriiiinnnngggg....

Bel pulang sekolah sudah berbunyi Semua murid langsung keluar kelas dengan sangat bahagia. Tetapi, tidak bagi aku, dan 5 orang temanku, karena kami harus melaksanakan piket hari ini. Kami berbagi tugas aku menyapu lantai, sedangakn Lina menata meja agar rapi, Reno membuat sampah, Dion & Gilang mengelap kaca jendela, sementara Siska mengepel lantai.

Kami melaksanakan piket tidak terlalu tertib karena Dion, dan Reno selalu saja bercanda sehingga membuat kami kesal, dan membuat piket menjadi kacau. Seperti sekarang mereka malah bermain lempar-lemparan kertas bahkan sambil kejar-kejaran.

*PLUK*

"Wleekk! Gak kena!" ucap Reno sambil memeletkan lidahnya kepada Dion.

"Awas lu ya!!!" ucap Dion kesal dan berlari mengejar Reno berusaha menangkapnya.

"Hei, jangan main disini dong!" tegur Lina.

"Tau, bukannya piket juga, tuh liat sampahnya tambah banyak." tambahku kesal karena sedari tadi aku menyapu tidak selesai gara - gara mereka berdua.

"Dion, Reno kalau lo berdua gak mau piket, gue aduin ke Pak Bandi!" ancam Siska.

"Iya-iya gue piket." ucap Reno sambil memanyunkan bibirnya.

"Iya gue juga, huh... bisanya cuma ngancam." umpat Dion kesal. Tetapi masih bisa didengar oleh aku, dan Siska.

"APA LO BILANG!" tanya Siska dengan nada membentak.

"Udah Sis diemin aja orang kayak gitu!" ucapku menenangkan Siska seraya mengelus-elus punggungnya.

"Udah, kalau kayak gini terus, kapan kelarnya nih piket?" ucap Gilang melerai pertekaran ini.

Kami melanjutkan piket kami yang tertunda, dan beberapa menit kemudian kami sudah selesai melaksanakan piket. Lalu kami menaruh kembali alat-alat kebersihan yang kami gunakan, dan bergegas untuk pulang karena hari sedang turun hujan.

Aku memutuskan untuk menunggu angkutan umum di halte sekolah. Kalian pasti bertanya kenapa aku tidak dijemput oleh mang Ujang? Karena mang Ujang sedang membantu istrinya yang sedang lahiran, jadi terpasak deh aku harus pulang sendiri.

Sudah 30 menit aku menunggu di halte. Tetapi, tidak ada satu pun angkutan umum yang lewat.

Hari semakin lama semakin gelap, dan hujan semakin lama semakin deras meluncur turun membasahi bumi. Aku memeluk tubuhku dengan erat karena rasa dingin yang semakin lama membuat tubuhku menggigil.

Tiba-tiba aku merasakan seperti ada sebuah kain yang membungkus tubuh dinginku sehingga aku merasa hangat. Aku mengalihkan pandangan ke arah lain, dan mendapati seorang cowok berkacamata tersenyum kepadaku.

"Gue lihat lo kedinginan jadi gue ngasih jaket gue ini ke lo." ucap cowok itu seraya masih tersenyum kepadaku.

"Makasih." ucapku singkat.

"Lo gak pulang?" tanya lelaki itu.

"Lagi nunggu angkutan umum." jawabku.

"Tapi, kayaknya dari tadi gak ada angkutan umum yang lewat?" ucapnya lagi. Akupun hanya diam bingung ingin menjawab apa.

"Kalau gitu lo mau gak gue anterin pulang?" tanya lelaki itu.

"Gue gak mau nerima tawaran dari orang yang belum gue kenal." jawabku was-was.

"Ok, kalau gitu kenalin gue Nikhyun Alexander Putra lo bisa panggil gue Nikh, kyun, atau Nikky. Gue asal dari bogor, dan baru pindah ke Jakarta lusa kemarin, karena gue ikut bokap gue yang ada kerjaan disini." jelas cowok itu memperkenalkan dirinya serta memberikan tangannya kepadaku.

"Gue Prilly, lo bisa panggil gue ily, Prilly, atau ii." ucapku lalu menjabat tangan itu setelah melepaskannya.

"Nah, karena tadi kita sudah kenalan jadi lo maukan gue anterin pulang?" tanya Nikky Lagi.

"Hmm... tapi lo bukan orang jahatkan?" ucap ku yang justru malah balik nanya ke Nikky. Yang dibalas gelengan kepala oleh Nikky.

"Yaudah gue mau." ucapku menerima tawarannya, gak ada salahnya sih nerima tawarannya, toh lagian emang dari tadi gak ada angkutan umum yang lewat, mungkin ini emang rezeki anak sholeha.

Kami pun berjalan menuju mobil Nikky yang terparkir didepan halte. Lalu, aku masuk ke dalam mobilnya menduduki kursi penumpang, sementara Nikky duduk disamping kursi pengemudi yang ada di sampingku. Nikky mulai menjalankan mobilnya menjauhi halte sekolah.

"Rumah lo dimana?" tanya Nikky tetapi masih fokus menyetir.

"Jalan Cempaka no 56." jawabku.

"Kayaknya rumah kita lumayan deket ya?" tanya Nikky memastikan.

"Emangnya rumah lo dimana?" tanyaku.

"Jalan Cendana no 44." jawabnya.

"Oh, cuma beda Jalannya doang."

"Ya benar."

Disepanjang perjalanan kami isi dengan berbagai obrolan, termasuk obrolan tentang keluarganya Nikky. Nikky bilang bahwa dia adalah keturunan Korea Indonesia, ayahnya adalah orang asli Korea sementara ibunya adalah orang Bogor. Pantas saja wajahnya kaya blasteran gitu.

Tak lama kemudian kami sampai di depan rumahku, sebelum turun aku mengembalikan kembali jaket Nikky yang tadi ku pakai, lalu turun dari mobilnya.

"Makasih yah Nik lo udah nganterin gue pulang."

"Iya sama-sama."

"Mau mampir?"

"Gak usah, terima kasih."

Saat aku hendak berbalik Nikky memanggilku kembali sehingga aku mengalihkan pandangan ku kearahnya lagi.

"Prilly!"

"Ya!"

"Senang bisa bertemu dengan lo Prill, dan gue harap kita bisa bertemu lagi."

"Gue juga, sekali lagi terima kasih ya."

Nikky mengangguk seraya tersenyum, lalu mulai menjalankan mobilnya. Aku melambaikan tanganku padanya, dan dibalas dengan lambaian tangannya yang ia keluarkan melalui kaca mobilnya yang sedari tadi masih terbuka. Aku pun tersenyum, lalu berjalan memasuki rumahku untuk beristirahat.

#vote&coment

Buat para reders plesee kalau coment jangan cuma next aku kan jadi drop, capek.🙇
Aku butuh semangat dari kalian.
Tolong ya🙏🙏🙇🙏

The Bad Boy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang