Prilly pov
Kkkrrrriiinngg....
Akhirnya bel pulang berbunyi juga, menyelamatkanku dari guru matematika yang terkiler di sekolah ini. Guru matematikaku itu namanya Pak Ito seperti yang aku bilang dia itu guru terkiler di sekolah ini, selain kiler dia guru yang paling mulus. Mau tau mulus apanya?, mulus kepalanya.
Memang benar banget kepalanya Pak Ito itu mulus banget udah gitu licin lagi. Coba kalian bayangkan kalau misalnya tuh kepala kepantulan sinar matahari apakah mungkin akan bersinar juga seperti lampu taman?
"Prill pulang bareng gue yuk!" ajak Dahlia.
"Ehmm... sebenarnya gue sih mau. Tapi, gue udah ada janji sama adik gue buat nemenin dia beli buku, sorry banget ya!" jelasku seraya meminta maaf.
"Yahhh... terus gue pulang bareng siapa dong?" tanya Dahlia dengan nada kecewa.
"Bukannya ada Mila?" tanyaku bingung.
"Iih... kan lo tau Mila sekarang udah punya pacar, pasti sekarang dia lagi dianterin pulang lah sama pacarnya." jelas Dahlia.
"Ya udah kenapa lo gak pulang aja bareng Ricky?" usul aku.
"Ih kalau gitu jadinya, mending gue pulang sendiri aja!" ucap Dahlia, dan langsung melenggang pergi meninggalkan aku dengan wajah cemberut.
"LaLah, boca ngapa ya?" ucapku sambil memasang ekspreksi bingung.
Setelah Aku membereskan bukuku, aku keluar dari kelas menuju parkiran, dan terlihat disana sudah ada Mang Ujang yang menjemputku.
Aku lekas menuju mobil, dan membuka pintu, lalu masuk kedalam mobil. Saat Aku sudah duduk Mang Ujang lalu menyapaku, dan tersenyum hangat padaku.
"Selamat sore neng Prilly, gimana sekolahnya?" tanya mang Ujang ramah.
"Selamat sore juga Mang Ujang, Alhamdulillah sekolah Prilly hari ini lancar kok." jawabku yang tak kalah ramahnya.
"Alhamdulillah, ya sudah sekarang neng Prilly kita mau kemana dulu nih?" tanya mang Ujang.
"Kita jemput Raja dulu Mang! setelah itu kita ke toko buku! soalnya Prilly mau nemenin Raja beli komik." jawabku.
"Ok, siap atuh neng!" mang Ujang lalu menjalankan mobilnya menuju sekolahnya Raja.
Tak berapa lama kemudian kami pun sampai di sekolah Raja. Kami menunggu Raja di dalam mobil, dan tak lama kemudian sang empunya keluar dari sekolah. Namun, aku melihat dari kaca mobil ternyata Raja tidak sendiri ia bersama dengan salah satu temannya.
Raja mulai menghampiri mobil yang Aku, dan mang Ujang kendarai, dan membuka pintu yang berada disamping kiriku.
Namun, saat ia hendak masuk Aku langsung menahannya."Mau ngapain lo?"
"Ya, masuklah!"
"Hah, masuk? No, no, no lo gak boleh duduk di samping gue dengan keringet yang basah banget kaya gitu. Ntar bisa-bisa gue bau keringet lagi."
"Heh, meskipun gue keringetan tapi gue tetap selalu wangi, buktinya cewek-cewek banyak yang mau nempel sama gue."
"Iya tapi itu bukan termasuk gue. Udah gue gak mau tau lo harus duduk didepan sekarang juga! TITIK!"
"Iye bawel, huh!" Raja menutup kembali pintu kursi belakang mobil yang berada di sampingku, dan beralih masuk ke pintu kursi depan, dan langsung duduk di sana.
Mang Ujang, lalu menjalankan mobilnya menuju toko buku terdekat. Setelah menemukan toko buku terdekat Mang Ujang lalu memarkirkan mobil kami di parkiran toko buku tersebut. Aku, dan Raja turun dari mobil, dan menyuruh Mang Ujang untuk menunggu sebentar di dalam mobil. Setelah itu kami masuk ke dalam toko buku tersebut.
"Nah, sekarang kita udah sampe nih di toko bukunya. Sekarang lo pilih, mana komik Naruto yang lo mau!" ucapku.
"Iya, tapi semuanya lo yang bayarkan?" tanya Raja dengan smirknya.
"Iya bawel!"
Raja pun pergi menuju salah satu rak berisi semua komik yang tertata rapi di sana. Sambil menunggu Raja memilih buku aku berkeliling ke sekitar toko buku untuk mencari apakah ada buku atau komik yang bagus disana.
Setelah beberapa lama berkeliling mataku berbinar melihat sebuah komik Doraemon edisi 19 dengan judul 'Petualan Nobita Di Luar Angkasa' aku berniat mengambil buku itu. Namun, aku tidak bisa menjangkaunya karena letaknya yang terlalu tinggi. Aku mengedarkan pandanganku ke segala ruangan yang ada di toko buku berharap aku menemukan sesuatu yang dapat dijadikan seperti sebuah tangga.
Lalu mataku melihat ada sebuah bangku kayu yang berada di sudut toko buku, aku mengambil bangku itu, dan meletakkannya di depan rak buku tempat aku ingin mengambil buku komik itu. Dengan hati-hati aku mulai menaiki bangku itu.
Yes! akhirnya aku bisa mengambil buku komik Doraemon edisi ke 19 itu, saking senangnya hingga membuat bangku yang aku naiki itu bergoyang, aku pun kehilangan keseimbangan, dan akhirnya jatuh.
" Aaaaaaa...!!!"
*Hap*
Aku masih memejamkan mataku. Tapi, tunggu kok gak sakit ya? Kalau jatuh biasanya sih sakit. Tapi, kok ini malah nyaman. Dengan ragu aku membuka mataku, dan ternyata aku tengah berada di pelukan seseorang.
Tunggu sepertinya aku mengenali pemilik bola mata hitam legam dengan tatapan tajam ini, dan ternyata dugaanku benar bahwa pemilik mata ini adalah Ali, ya ampun bagaimana bisa ia berada disini? Kami masih terus bertatapan sampai seseorang berdehem sehingga membuat kami terkejut, dan Ali refleks melepaskan pelukannya dariku, dan benar-benar membuatku jatuh kelantai.
Bruk!
"Aww... sakit tau!"
"Sorry gue gak sengaja." Ali membantu Aku untuk berdiri. Kami mengalihkan tatapan kami melihat orang yang tadi telah membuat kami terkejut, dan membuat bokongku dengan mulus mencium lantai, sementara yang ditatap hanya tertawa cengengesan.
"Hahaha... lucu banget sih lo kak." orang yang tadi mengagetkan aku, dan Ali tak lain adalah Raja.
"Oh ya nama gue Raja, gue adiknya kak Prilly, nama lo siapa Bang?" sapa Raja memperkenal dirinya pada Ali sambil mengulurkan tangannya.
"Gue Ali," balas Ali tersenyum, dan menjabat tangan Raja, lalu setelah itu melepaskannya.
"Pacarnya kak Prilly ya?" tanya Raja. Hei, apa dia bilang!
"Bukan pacarnya tapi masa depannya, tunggu aja." jawab Ali. Aku yang mendengarnya merasa malu, dan aku yakini pipiku sekarang sudah memerah seperti tomat.
"Oh, siap abang ipar!" ucap Raja sambil menaikan satu alisnya seraya tersenyum sinis kepadaku.
"Oh ya, kalau gitu gue duluan ya." ucap Ali tersenyum lalu meninggalkan Aku, dan Raja disana.
"Yaudah sekarang kita ke kasir biar gue bayar semua komik lo."
Aku, dan Raja berjalan menuju kasir untuk membayar buku komik yang kami pilih tadi. Setelah itu kami menuju mobil, dan kulihat Mang Ujang masih di dalam mobil sambil memainkan Handponenya.
"Ayo Mang jalan!" kataku saat sudah masuk kedalam mobil.
"Eh iya neng." Mang Ujang meletakkan Handpondnya di dasboard mobil , lalu menjalankan mobil kami pulang menuju rumah.
#vote&coment
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy✓
FanfictionKebut - kebutan , dunia malam itu semua sudah biasa untukku. Menjadi cowok yang brandal , angkuh , dingin itulah sifatku. Tapi, semua itu perlahan mulai berubah saat aku bertemu dengannya, gadis dengan mata hazel coklat membuat teduh siapapun yang m...