ILY#32

120 17 2
                                    


Seorang laki-laki tengah memandang seorang gadis yang berada dibalkon, laki-laki itu Angelo dan gadis itu ialah Maria.

Maria ingin mengobrol berdua dengan Angelo tentang masalahnya namun ada rasa tak enak menyelimuti hati gadis cantik dan mungil itu.

Tiba-tiba dadanya berdesir menyadari bahwa dua tangan mungil tengah memeluknya dengan hangat.

Pemilik tangan itu yang tak lain dan bukan adalah Angelo yang telah benar-benar khawatir pada Maria yang merenung dan ia tahu bahwa ada masalah yang menimpa gadis itu.

"Apa masalah lo?" Suara Angelo tepat disamping telinga Maria yang berusaha mati-matian untuk biasa saja.

Maria menengok kesamping dan bertemu dengan wajah Angelo. "Nyokap ngangkat anak tanpa persetujuan gue."

Angelo mengernyitkan dahinya, setahunya Liora dan Ken seharusnya pulang bulan depan'kan?

"Tante Lio sama om Ken harusnya pulang bulan depan'kan?" Maria mengangguk dengan menatap sendu Angelo lalu kembali menatap kosong kedepan.

"Gue nggak tau harus seneng atau sedih, lo tau kalau bokap gue nggak pernah ada waktu buat gue. tapi kenapa sama anak itu dia bisa? sebenernya yang anak kandung itu gue atau dia." Maria tak dapat menyembunyikan emosinya, ia berusaha sebisa mungkin menahan namun tetap saja tidak bisa.

"Ssuutt...Maria, lo harus jadi cewek kuat okay? jadi Maria yang gue kenal Ri, jadi Maria yang gue kenal." Angelo membalikan tubuh Maria agar menghadap kearahnya.

Angelo memegang kedua bahu gadis itu dengan menatap lekat manik mata gadis yang menjadi lawan bicaranya saat ini.

"Sekarang kita mulai latihan dansa ya? besok kita duet nyanyi lagi, gimana?" Manik mata Angelo benar-benar teduh, Maria rindu saat dimana Angelo menatapnya dulu.

Dengan segera Maria memeluk tubuh laki-laki tampan itu dengan tetesan airmata.

Angelo yang mendapat serangan mendadak hampir saja terjungkal kalau saja ia bisa menahannya.

Maria sesegukan, ia benar-benar rindu dengan hangatnya pelukan Angelo.

"Gue kangen sama lo Jel." Ucap Maria didalam tangisannya, suaranya hampir saja teredam oleh wajahnya yang ia benamkan didada bidang laki-laki ini.

Angelo membalas pelukan Maria dengan mengusap-usap punggung gadis itu, ia juga merindukan saat dimana mereka masih bebas memeluk satu sama lain.

Tak lama Maria melepaskan pelukan itu yang membuat sebagian hati Angelo tak rela.

"Sebaiknya, gue pulang. gue takut nyokap bokap nyariin." Ucap Maria dengan menundukan wajahnya, wajahnya memerah bekas menangis.

Maria melangkah pelan kearah pintu balkon namun Angelo tak mengindahkan kelakuan Maria, dengan segera ia menarik tangan gadis itu hingga berada dalam dekapannya.

Maria yang mendapat tarikan kuat itu sontak saja kaget ketika ia sudah berada dipelukan Angelo sahabatnya.

"Kita dansa." Hanya itu yang diucapkan Angelo hingga membuat Maria menundukan kepalanya, enggan menatap laki-laki yang memeluknya saat ini.

Angelo meletakan tangan Maria dibahu kanannya sedangkan ia sendiri meletakan tangan kanannya dipinggang Maria.

Angelo lalu mengampit jari jemari Maria dengan senyuman, entah mengapa ia merasa senang.

"Tatap gue." Ucap Angelo dengan menarik dagu gadis itu agar menatapnya.

Maria menatap manik mata teduh Angelo yang membuat jantungnya berdebar.

"Are you ready?" Tanya Angelo dengan pelan, ditelinga Maria suara itu sangat seksi yang membuatnya bergeming.

"Are you ready?" Maria gugup, jujur ia canggung namun wajahnya tetap saja normal.

"Ya, gue siap." Walau sedikit gugup ia tetap menjawab pertanyaan Angelo.

Mereka-pun memulai dansa dengan tatapan Angelo yang teduh.

***

Maria memandang sinis seorang gadis bernama Nila, Nilandra marry manuel bernardo.

"Sejak kapan marga keluarga gue bisa didapatin sama lo?" Tanya Maria dengan menatap tajam Nila.

Nila menatap takut gadis dihadapannya, ia tahu bahwa kehadirannya tak diterima oleh kakak tirinya itu.

"Kak." Lirihnya dengan menahan airmata yang sebentar lagi lolos.

"Gue bukan kakak lo." Maria segera pergi kekamarnya dan menyunci pintu kamar dengan wajah datar, sedatar triplek.

Nila baru meneteskan airmatanya saat Maria memasuki kamarnya, sakit hatinya menerima terus-menerus ucapan datar gadis cantik yang merupakan kakak tirinya itu.

Maria menidurkan tubuhnya, ia lelah melihat perhatian ibu dan ayahnya yang harus dibagi dua.

"Gue nggak tau apakah gue bisa nerima atau nggak?" Gumam Maria dengan menatap langit-langit kamarnya.

Tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera nama sipenelepon yang bernama 'Keno' yang membuat Maria mengangkatnya.

"Hallo."

Pertama ia menyapa laki-laki yang menjadi belahan jiwanya kini.

"Hallo yang, gimana duet kamu nanti sama Angelo? sayang banget ya aku nggak bisa liat kamu."

Maria terkekeh, masih banyak orang yang membuatnya tertawa seperti ini.

"Iya nih yang, kamu jahat banget sih."

Terdengar dari sana sebuah kekehan kecil yang berusaha ditahan.

"Kangen ya?"

Maria tahu bahwa Keno menggodanya, dengan segera ia membanting dirinya kekasur dengan senyuman.

"Siapa yang kangen? uh ge-er ih kamu."

Sekali lagi Maria terkekeh mendengar helaan nafas Keno dari seberang sana.

"Udah malem, kamu tidur ya? aku juga mau tidur nih."

Maria menghela nafas mendengar perintah Keno walau ia senang laki-laki itu memperhatikannya

"Iya, kamu juga ya?"

"Iya sayang, okay nice dream."

"Too"

Maria segera mematikan ponselnya, pikirannya kembali mengingat dimana Angelo benar-benar melakukan sesuatu diluar batas, menurutnya.

"Jantung dan dada gue harus terus begini, gue capek banget dah tiap hari harus nahan terus."




I Love You,3 kata satu makna, OMG...
Baper nggak sih pas adegam Angelo-Maria itu?

Asli aku gugup dan ngebayangin banget adegan itu Angelo sama Maria itu...

Gimana nggak? aku ngebayangin ya pakek cast asli mereka....

OK, Tinggalkan jejak and sorry for typo...

I Love You(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang