ILY#34

140 21 2
                                    


Maria terdiam diruang musik yang tidak diketahui siapa-siapa karena ini untuk latihan.

Sejak kejadian dilapangan rumah Padilla, Maria tidak ingin menampakan wajahnya didepan Angelo.

Tiba-tiba entah dari mana seseorang yang berusaha ia hindari muncul tepat didepan wajahnya, hanya berjarak 3 senti.

Dengan cepat Maria mendorong dada bidang laki-laki itu lalu mulai mengatur jantungnya.

"Bisa nggak sih sehari aja nggak kayak setan yang muncul tiba-tiba?" Kesal Maria sambil mencebikan bibirnya.

"Maaf, kok tumben lo nggak bareng mrs.Quella? maunya sendiri? ada masalah?" Maria menghela nafas, Angelo mengenal dirinya karena ia adalah sahabat dari Angelo dan sejak kecil Maria selalu bergantung pada Angelo namun kini ia sadar Angelo bukan lagi miliknya.

"Ye, ditanya malah bengong. ada masalah? tell me dear." Maria menggigit bibir bawahnya, jantungnya berdebar dan rasa gugup mengusai dirinya.

"Nggak papa, gue cuma lagi badmood aja karena kesepian nggak ada Keno." Alibi Maria sambil berusaha tenang dan santai.

Ia memang benar-benar memiliki topeng, Maria benar-benar pintar menyembunyikan perasaannya.

"Yaudah, mulai aja yuk. tinggal beberapa hari lagi." Maria mengangguk lalu menyalakan sebuah musik yang dirancang untuk latihan.

Namun sebuah dering telepon membuat Maria mendengus, kini Angelo mengangkatnya dan wajahnya seketika sumringah.

Tak lama setelah itu justru Maria yang mendapat telepon dari orang yang telah membuatnya sedikit melupakan Angelo, Keno.

Kedua remaja itu sama-sama sumringah ketika pasangan mereka menelepon mereka.

Saat mereka menengok satu sama lain perasaan tak rela menyeruak dalam hati namun mereka hanya bisa tersenyum sebagai sikap ramah.

Ketika mereka sama-sama memutus sambungan keduanya kembali menengok satu sama lain, sebenarnya mereka ini memiliki indera keenam atau hanya kebetulan.

"Gimana kabar Keno?" Maria tersenyum mengingat Keno yang semakin kesini semakin terlihat perhatian padanya walau dia jauh diseberang sana.

"Dia baik dan dia semakin cinta sama gue, gue beruntung bisa dapetin dia. gue ngerasa bersalah karena udah berburuk sangka sama dia." Gumam Maria dengan tulus, perasaannya mengatakan ia menyayangi Keno tapi pikirannya mengatakan ia mencintai Keno, sebenarnya yang mana yang benar.

"Bagus. Bianca juga gitu, tapi gue lebih suka cara lo yang langsung bukti nggak perlu janji-janji." Maria berdehem sambil tersenyum manis.

"Cara orang tuh lain-lain Jel, gue tipe cewek yang langsung ke-intinya tanpa apapun dan menurut gue Bianca juga punya cara sendiri nunjukin kepeduliannya sama lo." Ucap Maria dengan mati-matian menahan rasa perih yang menyeruak dalam hati.

"Tapi gue suka cara lo peduli sama gue, cara lo yang langsung tanpa basa basi yang ngebuat gue nyaman sama lo. gue pengen aja kita kayak dulu lagi, nggak ada jarak, lah sekarang kita kayak dibatesin karena kita punya seseorang yang udah menghuni hati kita." Mendengar itu Maria justru tertawa, ia menampar pelan pipi Angelo.

"Gue nggak ngerasa ada pembatas tuh Jel, gue salut sama penjelasan lo yang panjang itu tapi maaf ye, penjelasan lo lebay." Ejek Maria sambil memasang wajah meremehkan pada Angelo yang membuat laki-laki itu mengacak-acak rambutnya, untung saja mereka diruang privasi kalau tidak mungkin ada banyak gosip.

"Nanti latihan dirumah gue ya Jel? mau bareng sama gue atau gimana?" Tanya Maria sambil mengernyitkan dahinya.

"Bareng aja, gue nggak bawa mobil juga." Jawab Angelo seadanya karena memang benar ia tak membawa mobil dan tadi ia memakai taksi sebab suasana hatinya tak enak.

"Oh ok, gue nelepon nyokap-bokap gue dulu." Angelo mengernyitkan dahinya melihat perubahan Maria yang wajahnya terlihat jelas bahwa ia saat ini sedang sedih.

"O-ok." Maria segera menelepon rumahnya, ia malas menelepon langsung, ia ingin yang mengangkatnya pembantunya atau siapapun asal jangan ibu, ayahnya dan sianak tiri itu.

Sambungan tersambung, Maria sesekali melirik kearah Angelo yang tengah fokus melihat lirik lagu disebuah kertas.

"Hallo."

Wajah Maria berubah datar mendengar suara yang terdengar dari ponselnya, itu Nila anak tiri keluarga Bernardo.

"Kenapa lo jawab telepon gue?"

Terdengar dari sana suara helaan nafas panjang dan lelah tapi Maria tak peduli.

"Iya kak. mommy sama daddy lagi banyak kerjaan katanya."

Maria terdiam, ia tak tahu harus bersikap seperti apa pada Nila karena menurutnya Nila yang membuat kedua orang tuanya harus membagi kasih sayangnya.

"Suruh pelayan buat rapihin aula, nanti aula itu mau gue pakek buat latihan sama Angelo."

"Iya kak, kakak jangan lupa makan ya."

Maria menggigit bibirnya, perasaan tak enak menyeruak didalam hati gadis berwajah manis nan cantik itu.

"Hm, lo juga."

Sambungan segera Maria putuskan sepihak karena ia mulai muak dengan sikapnya sendiri.

Gadis itu menoleh kearah Angelo yang tanpa disadarinya telah menatapnya sedari tadi.

"Lo kenapa? apa gara-gara adik tiri lo itu." Tepat, tebakan Angelo benar-benar tepat sasaran.

"Gue nggak nganggep dia adik gue Jel, buat apa? emang ada untungnya gue?" Maria terkekeh, miris sekali hidupnya.

"Maaf ya." Ucap Angelo sambil mengelus rambut indah Maria yang membuat gadis itu tersenyum.

"Hati ini rapuh Jel, rapuh. apa lo nggak sadar?"


Dimana-kah kira-kira Keno dan Bianca? mereka bakal muncul chapter 35....

Aku nggak nargetin chapter berapa cerita ini bakal ending yang terpenting dukungannya.

Tinggalkan jejak....

Salam Ifa yang selalu ngaret^^maafkeun ya.....

I Love You(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang